Sumber gambar di sini
Matematika???
Pasti semua tahu itu pelajaran yang paling
dianggap menakutkan . Selalu bikin kepala pusing tujuh keliling. Tapi entahlah
aku selalu suka dengan guru matematikaku saat aku duduk di bangku SMA,pak
Malikul namanya Beliau bisa membuat matematika menjadi pelajaran yang mudah dan
disukai murid-muridnya.Sungguh aku begitu suka dengan beliau. Banyak hal yang aku
suaki dari beliau. Kesederhaanan dan kesahajaan dengan sepeda tuanya yang setia
menemani beliau mengajar. Kepanasan dan kehujanan tak membuatnya malas untuk
megajar. Mungkin di sini akan aku tuliskan surat ini utnuk beliau yang aku
yakin sudah mendapat tempat yang baikdi sisiNya.
Untuk
Pak Malikul ,
Aku
mengenal bapak saat pertama masuk SMA di kelas satu. Kebetulan bapak juga
menjadi wali kelasku. Masih ingatkah pak??? Betapa aku yang ceriwis ini kadang
merepotkanmu tapi kelembutanmu membuat aku bisa lebih tenang belajar matematika
saat beliau mengajar. Dengan mencontohkan soal-soal di papan tulis dengan kedua
tangannya, beliau menerangkan secara detail, perlahan sampai muridnya mengerti
betul. Bayangkan bisa menulis dengan tangan kanan dan kiri memudahkannya
menerangkan di papan tulis sehingga dia tak perlu berbalik arah kalau hendak menulis.
Dan beliau mempunyai sebutan untuk kami murid-muridnya. Kebetulan aku sering
disebut dengan veteran penyakitan, karena memang aku sering sakit perut. Hal
ini karena aku alergi udara dingin, sehingga setiap pagi aku pasti merasakan perut
yang sakit. Kalau parah bisa diare dan mulas sekali, bapak akan membawaku ke ruang UKS. Tentuk bapak masih
ingat bukan????. Bapak pasti mengurut kakiku sampai aku tertidur pulas di ruang
UKS. Aku sudah seperti anaknya sendiri.
Aku
paling suka dengan sepeda kumbangnya. Betapa bapak masih setia dengan sepedanya
sedangkan guru yang lain sudah menggunakan
motor pribadi. Aku suka sekali melihat bapak ada di atas sadel sepedanya. Kadang
aku suka meminjam sepedanya barang sejenak untuk berkeliling lapangan. Rambutku
akan terbawa angin berkibar-kibar dan dari kejauhan bapak tersenyum. Aku ingat
selalu memandang punggung bapak saat bapak meninggalkan sekolah untuk pulang.
Ayuhan kakiknya begitu berirama , halus dan lembut sama seperti bapak
mengajarkan aku matematika. Atau juga saat istirahat aku suka membunyikan bel
yang ada di sepeda bapak. Kring,kring bunyinya yang menyuarakan suara nyaring
yang membisingkan, tapi aku dan temann-teman sangat suka membunyikan bel sepeda
yang disimpan bapak di tempat parkir motor.
Ah,
bapak antara matematika dan cinta itu beda tipis ya pak? Kadang aku bertanya pada
diriku, alangkah bapak mencintai matematika dan membuat murid-mudidnya juga
cinta matematika. Di sikap sehari-hari bapak selalu penuh cinta untuk
murid-muridmu. Sungguh bapak bisa memadukan matematika dengan cinta yang tulus
di hatimu. Walau kelas dua aku sudah tak diajarkan dirimu lagi, aku masih bisa
melihat bapak dengan sepedanya. Aku masih menyapanya dan menggodanya. Ah,
bapak, itu dulu..... masih kuingat bayang-bayangmu di atas sadel sepeda. Dengan
senyuman tipisnya, bapak tak peranh sirna dari hadapanku. Kalau aku mau
menghitung secara matematika betapa hitungan ini menjadi tak terhingga karena
jasa bapak yang begitu besar untukku dan teman-teman. Sungguh , pak!!! Aku akui
ternyata antara matematika dan cinta beda tipis, ada terkaitan yang membuat
bapak menjadi berbeda dengan guru yang lain.
Hanya
doa yang aku bisa panjatkan untuk arwah bapak. Aku yakin bapak berada di sisiNya.
Kebaikan dan kesederhananya tak lengkang oleh waktu. Menjadi kenangan yang tak
terlupakan. Pintu maaf selalu ada di hatimu. Aku ingat waktu itu aku mencoba
bergurau tapi mungkin ada kata-kataku yang
menyakitkan hatinya. Beberapa hari bapak mendiamkanku dan itu membuatku menyesal.
Tapi beberapa hari kemudian , bapaklah yang menegur duluan. Rasanya malu di
hati ini,bukan aku yang meminta maaf. Aku sering merepotkanmu saat aku sudah
mulai kumat sakit perutku, kau selalu mengurusku dengan kasih sayangmu. Tanpa pamrih.
Pernah aku dan teman-temanku dimarahi kepala sekolah karena ngerjain guru
akutansi. Tapi saat kepala sekolah menyuruh bapak sebagai wali kelas membina
kami, bapak datang dengan senyumnya. Bapak cuma tersenyum dan
menggeleng-gelengkan kepalanya . Gak marah sama sekali. Aku menyangka bapak
akan marah besar karena keisengan kami . Nyatanya tidak. “Ini yang terakhir ya,
lain kali jangan. Sudah kalian godain bapak saja.” Terimakasih bapak, surat pendek ini aku
sampaikan sebagai kenangan dan doa untuk bapak. Ingat ya pak, ada muridmu yang
bekas veteran penyakitan yang kini bisa berdiri tegak karena jasamu. Aku akan
selalu berteriak keras dan lantang untuk guruku satu ini. Umar Bakri
pahlawanku!!!!! Bapak berjuang untukku dan teman-temanku, aku akan selalu
merindukan dirimu ,pak. I miss you....
Salam sayang dari muridmu : Tira
veteran penyakitan.....