Berfoto di depan pintu masuk kampung Pulo
Selain candi
Cangkuang , di sekitar sana juga ada Kampung Pulo atau kampung adat. Menurut
cerita dulunya mereka beragama Hindu, makanya di sekitar situ ada peninggalan
candi. Baru kemudian Mbah Dalem Alif Muhammad datang beserta teman-temannya dan
beliau menyebarkan agama Islam pada penduduk kampung Pulo ini. Mbah dalem Alif
ini mempunyai enam orang anak dan salah satunya adalah pria. Makanya di kampung
Pulo didirikan 6 buah rumah adat yang berjejer berhadapan , tiga di sebelah
kiri dan tiga di sebelah kanan. Di sana ada sebuah mesjid. Ternyata menurut
kepercayaannya rumah mereka tidak boleh lebih dari enam, jadi tidak boleh
ditambah. Makanya kalau ada anak yang sudah menikah , harus keluar dari kampung
tersebut paling lambat dua minggu setelah menikah.Ternyata adat waktu mereka
beragama Hindu masih terbawa sampai sekarang, dan itu terbukti masihnya mereka
melaksanakan upacara ritual Hindu.
Waktu berkunjung
ke kampung Pulo, memang keadaannya tidak ramai karena memang hanya terdiri dari
6 kepala keluarga, makanya kampung mereka sulit untuk berkembang .Hanya dipakai
sebagai cagar budaya, dimana wisatawan bisa melihat kehidupan mereka , bahkan
ada yang menggunakan kampung Pulo ini sebagai subjek penelitian. Ternyata
merekapun masih taat dengan adat setempat yang kadang menurutku sih aneh
sekali, seperti tidak boleh berziarah pada hari rabu, dan tidak boleh bekerja
berat dan waktu itu malah mbah dalem Alif malah tidak boleh menerima tamu
karena pada hari rabu ini digunakan untuk mengajarkan agama. Selain itu , kalau mau berziarah perlu
mematuhi syarat-syaratnya seperti bara
api, kemenyan, minyak wangi, bunga-bungaan dan cerut yang katanya akan mendekatkan
peziarah dengan roh para leluhur. Nah, ini yang sungguh aneh ya, disisi lain
sudah menganut ajaran Islam tapi di sisi lain masih mempercayai adat yang
sebetulnya bertentangan dengan ajaran Islam.
Bentuk atap
rumah juga masih dipertahankan yaitu bentuknya harus memanjang/jolopong, tidak
boleh memukul gong dan tidak boleh memelihara hewan ternak berkaki empat seperti
sapi,kambing dan lain-lain. Dan setiap tanggal 14 Maulud ada upacara memandikan benda pusaka. Dan
lucunya yang boleh menguasai rumah adat adalah wanita dan akan diwariskan
kepada anak perempuannya dan untuk anak laki-laki harsu meninggalkan kampung tersebut.
Mungkin melihat
kampung dengan hanya enam rumah , sangat aneh . Dan suasananya juga sepi dan
jarang ada anak yang berkeliaran di sekitarnya. Di saan juga bisa berfoto di
depan rumah adat mereka , bahkan kalau mau bertamu juga dibolehkan.. Waktu saya
ke sana , di salah satu rumah mau diadakan hajatan sunatan dan banyak orang
berkumpul untuk membantu masak buat acara hajatannya. Kalau di lihat
keseluruhan objek wisata di desa Cangkuang ini unik menarik. Ada kampung Pulo,
Candi Cangkuang yang harus melewati situ Cangkuang yang airnya tenang dengan
gunung dan hamparan pepohonan yang hijau , menambah kesejukan dan keindahan
daerah tersebut. Jadi jalan-jalan ke Garut jangan lupa mampir tempat wisata
yang penuh pesona ini.
Rumah adat kampung Pulo yang hanya berjumlah enam dengan bentuk yang sama
Ini benar satu kampung cuma 6 rumah, trus jumlah warganya berapa?
BalasHapusiya bener, jumlah penduduknya 21 orang !1 wanita dan 10 pria. Unik ya
BalasHapus