Kamis, 01 Mei 2014

My First Journey : Menyusuri Jalan Setapak Menuju Gunung Tangkuban Perahu





 Gambar dari sini

Perjalanan pertamaku bersama teman –teman yaitu pada saat masih duduk di sekolah menengah pertama. Bisa dibayangkan itu sudah 36 tahun yang lalu. Menurutku ini perjalanan pertama bersama teman dan sangat lucu.. Tujuannya adalah gunung Tangkuban Perahu, karena gunung ini dapat dijangkau baik dengan kendaraan maupun jalan kaki. Aku dan teman-teman memutuskan untuk menggunakan kendaraan umum dan disambung dengan jalan kaki. Sebelumnya aku dan 5 orang temanku berjanji pada bu Diah , beliau guru biologi, kalau sepulangnya dari perjalanan ini mau membuat herbarium dari daun-daun yang ditemukan sepanjang perjalanan nanti. Nah, saat itu yang dipikiran kami, wah pasti hebat , mau jalan-jalan tapi masih mau menambah ilmu, apalagi bu Diah sempat memuji kami di depan kelas. Ternyata setelah pulang dari sana, mencari nama-nama latin tumbuhan itu tidaklah mudah, tidak seperti sekarang tinggal nyari di mbah google, akhirnya kami mencari di perpustakaan ITB dan Unpad dan itu sesuatu banget karena anak SMP mencari di perpustakaan mahasiswa dan untungnya banyak dibantu oleh pegawai perpustakaan di sana.

Kami berangkat dari rumah sekitar jam enam pagi dan bersama naik kendaraan umum menuju Lembang. Salah satu teman mengusulkan untuk pergi ke biara Karmel terlebih dahulu , ingin mengikuti misa, karena kebetulan itu hari minggu. Oh, ya aku kebetulan sekolah di sekolah katolik yang isinya perempuan semua. Sesampainya di biara ada sebuah kapel di sana. Dari enam orang , empat orang beragama Katolik dan mereka mengikuti misa pagi itu. Berhubung aku dan Atri tidak mengikuti misa, kami berjalan melihat suasana di sekitar kapel dan biara. Tampak jelas ada kebun arbei di sana dan astaga sedang berbuah , hampir semua tanaman ditutupi dengan buah arbei. Aku sangat tergoda untuk mengambil arbei, pikir-pikir kalau mengambil dalam jumlah sedikit toh tidak akan ketahuan. Jadi aku mengeluarkan kantung plastik dari ranselku dan bersama Atri mengambil buah Arbei. Tanpa disadari saking keasikan mengambil buah arbei ada orang yang menjawil bahuku, tapi selalu kutepis sampai akhirnya Atri tiba-tiba berhenti mengambil arbei dan memberi kode padaku. Aku heran ada apa tiba-tiba Atri terdiam sambil mengedipkan matanya padaku. Dan bahuku terasa dijawil lagi. Saat kutengok ternyata di belakangku sudah ada dua biarawati yang membawa bakul. Biarawati itu menyuruhku untuk memanen semua arbei yang ada di kebun itu dan aku melongo karena kebun itu luas. Mau tak mau aku dan Atri terpaksa melakukannya . Waktu teman-teamnku yang lain selesai misa mereka terkejut melihat aku dan Atri sedang memanen dan diawasi oleh dua biarawati. Selesai memanen, kami mendapatkan arbei dan diceramahi oleh biarawati untuk tidak melakukan hal yang sama lagi di kemudian hari dan terakhir biarawati itu menutup mata dan mendoakan aku dan Atri. Aku hanya bisa nyengir saja. 



Gambar dari sini



Dari biara karmel kami naik kendaraan lagi yang menuju Subang dan turun di trak jalan kaki menuju Tangkuban Perahu. Jalan kaki dimulai sambil melihat tanaman di sana, lalu mengambil daun-daun yang bentuknya bagus untuk dibuat herbarium. Sepanjang perjalanan beraneka ragam pepohonan yang rindang yang menyejukan mata. Sekali-kali sinar mataharu menembus dedaunan sehingga daun tampak kekuningan terkena sinar matahari. Indahnya alam dengan pepohonan yang berjejer rapih. Setelah beberapa lama beberapa orang dari kami ingin buang air kecil dan kami memutuskan untuk tidak satu-satu tapi bersmaaan saja karena terlihat keadaan sepi tidak ada pejalan kaki lainnya. Enam orang mencari semak-semak yang bersisian dan mulai membuang hajat kecil, tapi belum selesai kami dikejutkan oleh orang-orang yang menyibak semak-semak tempat kami buang air kecil. Serempak kami menjerit dan langsung menarik celana panjang kami tapi karena ada beberapa yang belum selesai akhirnya celananya basah. Kami serentak memarahi mereka, tapi mereka berargumen karena mereka curiga dengan suara-suara di semak. Akhirnya kami tak bisa berbuat apa-apa dan mulai melanjutkan perjalanan dengan rasa malu!!!! Nah, ini lagi mungkin karena keasyikan makan buah arbei pemberian biarawati nan baik itu, ada temanku Eti sakit perutnya dan ingin buang air besar. Akhirnya dia mencari semak-semak lagi untuk buang hajatnya tapi dia meminta kami untuk melindunginya takut ada kejadian seperti tadi. Tadinya kami menolak karena pasti baunya itu tak tahan, tapi melihat wajah Eti yang sudah tak tahan terpaksa kami setuju. Semua mengeluarkan saputangan dan menutup hidung masing-masing, aman dari bau tapi suara-suara yang keluar dari temanku membuat kami tak bisa menahan tertawa. Kami semua tertawa keras, saat itu ada beberapa orang yang lewat bertanya: “Ada apa si neng-neng pada tertawa,” belum sempat kami menjawab terdengar temanku buang angin keras sekali dan kami terpana sebentar dan melihat mimik orang –orang itu yang terkejut dan mulai tertawa bersama. Tak berapa lama kemudian Eti keluar dari semak-semak dengan wajah merah karena malu!!!!!! Alamak, petualangan ini kok banyak berhubungan dengan buang hajat !!!!!


 Gambar dari sini


Gambar dari sini


Akhirnya sampai juga di wisata Tangkuban Perahu dan sudah tampak kawah Ratu yang dipagari karena pengunjung dilarang masuk. Bau belerang menyengat di hidung dan tampak belerang kekuningan di bebatuan yanga da di sana. Kami bersitirahat sambil makan ketan bakar sambal oncom dan jagung bakar. Berhubung tadi sudah berjalan jauh jadi kami hanya melihat sekeliling kawah ratu dan sovenir-sovenir yang dijual di warung –warung di sana. Padahal di sana masih ada kawah lagi tapi berhubung ke sana harus berjalan kaki , akhirnya kami memutuskan tidak ke sana karena kami sudah kelelahan. Pulang dari sana , kaki terasa pegal dan langsung merebahkan di kasur empuk kamarku dan tertidur lelap menanti pagi menjelang untuk pergi ke sekolah lagi





 Tulisan ini disertakan dalam Giveaway My First Journey Wanderer Silles

20 komentar:

  1. Tahun 2009 lalu saya ke sana bersama teman-teman seangkatan. Melihat foto Kawah Ratu di atas, jadi ingein ke sana lagi :)

    BalasHapus
  2. Ketawa terus selama baca mba, masih culun pastinya ya hahaha....

    BalasHapus
  3. gambar rumahnya bagus banget mba heheh *lospokus*

    BalasHapus
  4. Cerita perjalanan pertama yang seru, mamah tira :)
    Jadi pengen jalan-jalan lagi, backpakeran :D

    BalasHapus
  5. saya masih berencana mau ke sini..... ga jadi-jadi T_T

    BalasHapus
  6. aku juga pernah mak ke kawah ini. Luar biasa ya mak. Tapi sayangnya terlalu banyak penjualnya. Jadi agak terganggu juga karena kadang mereka suka maksa ngejual barangnya. Tapi tetap sih.. keren.

    BalasHapus
  7. mengingatkanku pada saat pergi ke sana,,indah banget apalgi pemandangannya,,pohon yg menjulang tinggi,,Subhanallah sungguh Besar Kuasa Allah :)

    BalasHapus
  8. wuaa... aku blm pernah kesanaaa.. kpn ya bisaa

    BalasHapus
  9. ayo mbak Icha kesaan tidak rugi tapi kalau maus eru enak jalan kaki dan ada khusu untuk pejalan kaki

    BalasHapus
  10. betul mbak Dwi, apalagi kalau ada kabut tipis eksotis

    BalasHapus
  11. iya mbak Ade, sy juga pernah ke berapa tempat pariwisata dimana banyakpenjual yg memaksa kita untuk beli, ini sangat mengganggu

    BalasHapus
  12. ayo mas Firdaus dijadwalkan, jalan kaki lebih seru!!!1

    BalasHapus
  13. iya mbak Indah seru dan lucu dan dulu masih culun

    BalasHapus
  14. mbak Santi , itu bukan rumah tp kapel/gereja kecil dan disana juga ada biaranya dan penginapan yg modelnya seperti itu juga, memang pemandangannya keren di sana , suasana sepi

    BalasHapus
  15. iya mbak Hidayah, makanya masih aku ingat karena kejadian lucunya

    BalasHapus
  16. iya mas Lufti, sy juga sdh berapa kali ke sana dan tak bosan2

    BalasHapus
  17. Terima kasih atas partisipasinya :)

    BalasHapus