Kalau
ke Lombok pasti banyak yang menyarankan untuk melihat desa yang masarakatnya
membuat gerabah. Gerabah sendiri di Lombok sudah lama ada. Pertama gerabah
dihasilkan di desa yang bernama desa Penunjak. Menurut cerita gerabah di Lombok
ini berasal dari ketel/kendi yang biasa dipakai untuk upacara kelahiran dan
upacara kematian. Pada upacara kelahiran kendi ini dipakai untuk menyimpan tali
pusar bayi dan pada saat kematian digunakan untuk memandikan jeansah. Nilai
dari gerabah sebagai pengingat agar manusia jangan jadi sombong karena manusia
hanyalah segumpal tanah dan kehidupan manusia yang tergantung juga dari tanah.
Ketrampilan masarakat Lombok membuat gerabah juga ada legendanya. Dulu ada
penguasa gunung Rinjani yang bernama Dewi Anjani . Dia mengutus burung pembawa
pesan/manuk bere untuk mengajarkan pasangan suami istri yang bingung untu
memasak beras. Oleh manuk bere itu diajarkan cara membuat kendi/periuk dari
tanah liat . Nah, sejak itu munculah kendi/periuk .Akhirnya masarakat sana terampil
membuat gerabah. Kendi inilah yang dikembangkan menjadi bentuk-bentuk lain yang
akan berubah sesuai kemajuan zaman.
Awalnya
masarakt membuat gerabah hanya untuk kebutuhan rumah tangga atau perabot dapur,
tapi dengan perkembangan zaman bentuk gerabah semakin bervariasi dengan banyak
fungsi. Saat ini hampir 90 % gerabah digunakan sebagai fungsi seni , dekorasi
dibanding untuk keperluan rumah tangga lagi. Nah di kawasan Banyumulek inilah
banyak masarakat yang membuat gerabah. Hal ini dikarenakan tanah di sini
mempunyai tanah lempung dengan kualitas yang bagus. Aneka ragam gerabah
terdapat di sini mulai dari selao/genting, dumang/anglo, kekete/sigon/wajan,
kemek/periuk, tong sampah, guci, asbak dan banyak lagi yang bisa dilihat di
sentra gerabah. Kalau dilihat gerabah dari Banyumulek ini ini mempunyai
keunikan tersendiri. Cara pembuatan masih mempertahankan pembakaran secara
tradisional. Di sana juga kalau pengunjung mau belajar membuat gerabah diberi
kesempatan. Ciri lainnya ada tambahan hiasan di gerabah berupa anyaman rotan/ketak
atau dengan pasir putih yang ditempel dengan motif tertentu di gerabahnya. Dan yang terpenting gerabah dari daerah ini
sudah ada sertifikat non toxic. Jadi kalau digunakan untuk makan atau minum
sangatlah aman. Satu lagi yang unik di Banyumulek adalah gerabah yang dikenal
dengan Kendi maling. Bentuknya mirip kendi tapi dia punya lubang pengisian air
yang terletak di bagian bawah. Jadi kalau
kendi di balik dalam posisi berdiri air tak akan tumpah. Gerabah dari Banyumulek
ini sudah sampai mancanegara. Banyak pesanan dari luar negri akan gerabah ini.
Di
bagian depan biasanya akan terlihat banyak gerabah dengan berbagai bentuk dan
ukuran yang disusun di rak-rak yang berdiri tinggi. Dari luar sudah tampak dan
kita tinggal melihat dari sela-sela rak hasil gerabahnya. Di bagian belakang
terdapat tempat penyimpanan gerabah yang belum kering dan ada tempat untuk
belajar membuat gerabah. Aneka ragam bentuk gerabah yang indah-indah membuat
aku susah untuk memilihnya. Putar-putar dan kembali ke tempat semula kadang
membuatku bingung.Keindahan gerabah dengan hiasan dari rotan dan pasir putih
itu unik berbeda dengan gerabah yang dihasikan dari Kasongan Jogjakarta dan
Purwakarta. Akhirnya aku memutuskan
untuk membeli beberapa hiasan di meja . Dan di sana juga sudah bisa dipak yang
aman untuk dibawa menggunakan pesawat. Sungguh kunjungan kemari sangat berkesan
. Untuk menuju lokasi ke sini
membutuhkan waktu kurang lebih 14 km dari kota Mataram. Tepatnya di desa Banyumulek, kecamtana Kediri, kabupaten
Lombok Barat.
Di Jogja juga ada mbak...kampung yang kesohor gara2 gerabahnya. Kasongan namanya.. Mirip yang di desa penunjak ini juga kisahnya.. Berawal dari bentuk yang sederhana, sampai sekarang gerabah2 kualitas ekspor
BalasHapusTernyata gerabah punya filosofi tersendiri ya
BalasHapusTiap daerah punya keunikan tersendiri yaa, walaupun sama-sama gerabah ya mba, bagus-bagus modelnya..
BalasHapusSaya belum pernah ke tempat pembuatan gerabah di Lombok. Tapi kalau memandangi gerabah gerabah cantik gitu Saya suka sekali. Karena di rumah ruang terbatas jadi saya tidak bisa memanjakan hobi mengumpulkan gerabah atau keramik yang disukai. Gerabah gerabah dalam pos ini membuat saya jatuh cinta :)
BalasHapusWah gerabahnya cantik-cantik, seperti Kasongan kalau di Jogja. Lombok indah-indah juga ya pantainya mb
BalasHapusWaah minggu kmaren saya ke lombok mba, tapi gak sempat kesini
BalasHapusiya bunda raka, tapi masing2 daerah punya ciri khasnya ya, coba lihat di gerabahnya ada gambar itu pakai kulit telur
BalasHapusiya mas johanes
BalasHapusnah itu mbak dewi, betul aku kalau ke kota lain ada gerabahnay apsti beli yang ekcil2 untuk dipajang dan kalau dilihat banyak perbedaan sesuai dengan ciri khas daerahnya
BalasHapusmbak evi aku ngumpulin kalau ke daerah yang ada gerabahnya tapi yang bentuknya kecil dan tak memenuhi ruang
BalasHapusdedaunan hijau, iya tapi di lombok ada cirinya yaitu ada hiasan dari kulit telur dan rotan
BalasHapuswah iya tah mbak doli
BalasHapusduluuuu aku sempet ke sini deh kayaknya mah..bbrp tahun lalu waktu ke lombok, tp gak beli2...repot bawa pulangnya..pdhal lucu2 yaa
BalasHapusDi desaku juga ada yang buat gerabah, tapi sederhana banget. Kalo gerabah buatan orang lombok bagus banget. :)
BalasHapusDuuhhh..unik dan bagus2 banget gerabahnya. Jadi pingin ke Lombok lagi
BalasHapusah mbak ophi aku mah beli tapi yang kecil2 dan lucu buat pajangan
BalasHapusoh gitu ya mbak isnaini, di kotaku juga ada gerbah yang dulunya masih sederhana sekarang ada orang seni rupa ITB yang membina mereka agar punya desain yang bagus , malah sekarang desa itu dibuat desa wisata gerabah
BalasHapusdatang lagi mbak sie thi , aku juga mau lagi ke sana
BalasHapuspenasaran dengan kendi maling... bentuknya seperti apa...
BalasHapusdulu ibuk saya juga suka menyimpan air di kendi rasanya segar dan sejuk tidak dingin seperti air dari kulkas...
wah, sayang banget waktu aku ke Lombok gak mampir ke sana, soalnya memang waktunya mepet
BalasHapusGerabahnya cantik2 ya mbak... Wajib berkunjung kesana Lombok nih, terimakasih informasinya mbak
BalasHapusgerabah yg unik dari lombok itu kendi air yang masukkin airnya dari bagian bawah, terus begitu dibalik si airnya gak tumpah.. dulu waktu masih tinggal di Lombok, kalo ada keluarga yg dateng juga wajib banget ke Banyumulek, :D
BalasHapuswuahhh, gerabahnya cantik2...saya koleksi sih sebenarnya, tapi mau sekecil apapun, rumah gak memadai...malah numpuk jadinya :D
BalasHapusAduh, gerabahnya cantik-cantik. Di daerahku juga ada yang membuat gerabah (cobek, kendi, kuali). Begitu-begitu saja, belum sampai dihias, dipoles secantik ini. Saya yakin dengan kreatifitas pengerajin, harga gerabah bisa lebih naik.
BalasHapusiya mbak retno unik ya
BalasHapusiya aku juga banyak yang gak bisa aku kunjungi mbak evrinasp
BalasHapussama2 mbak sri
BalasHapusmbak meriska pernah tinggal di lombok? waha syik ya
BalasHapusoh gitu ya mbak lidha,temenku memang pintar menata ya, dia buat rak kecil dan gerabah imutnya terpampang di sana , bagus loh
BalasHapusoh mbak nur, di aku juga gerabahnya tadinya gitu2 saja tapi setelah ada orang seni dari ITB, mereka memberikan banyak desain untuk gerabahnya , shg sekarang malah dujadikan wisata gerabah di cirebon
BalasHapusselama ini taunya gerabah cuma di Pleret dan bentuknya kaya gentong aja.. ternyata ada yg lbh kecee ya, unik dan cantik buat hiasan rumah
BalasHapuswah baru tau ada kerajianan gerabah di Lombok mbak, macem2 pula bentuknya. Filosofinya itu nyes banget. TFS mbak^^
BalasHapusgerabahnya cantik-cantik Mba, semoga suatu saat saya bisa ke lombok dan singgah di tempat pembuatan gerabah ini, amin..
BalasHapusGerabahnya sangat unik dan cantik sekali ya mba.
BalasHapusWah.. baru tau Lombok juga banyak membuat gerabah..
BalasHapusWaah..semoga suatu saat nanti bisa jalan-jalan ke Lombok..
BalasHapusiya mbak Lia ditambah dg hiasan dari telurd an otan bikin jadi cantik
BalasHapusiya mbak Prita
BalasHapusamin mbak Irawati
BalasHapusiya mbak Liswanti
BalasHapusiya mbak irly
BalasHapusamin mbak fhia
BalasHapusWahhh cantik-cantik yoo bentuknya.
BalasHapusfoto paling atas mesraaa <-- gagal fokus
BalasHapusiya mbak kurnia
BalasHapusha, ha, mak Kania itu sih memangnya harus begitu
BalasHapus14km itu kira2 berapa jam mba dari Mataram?
BalasHapuswah .. unik unik sekali gerabahnya ...
BalasHapusiya mas oyong
BalasHapusmbak fika kira2 hanya 20 menit saja
BalasHapusGerabahnya cantik ya, kreatif juga nih pengrajinnya. Tapi kalo bawa plg, susah juga ya. Bisa nambah kuota barang di pesawat.
BalasHapusiya makanya belinya yang kecil2 saja mbak hidayah
BalasHapusGerabahnya cantik-cantik ya mbak, di Bojonegoro juga ada gerabah lho.... dan bervariasi pula hehehe
BalasHapusCantik2...
BalasHapuswah bojonegoro juga ada ya mas, pasti juga punya ciri khasnya
BalasHapusiya mbak nathalia
BalasHapusWaaah.. aku pernah kesini nih mba. Cuma , agak2 kesal, karena saat bikin keramiknya ngga tuntas. Huhuhuhu
BalasHapusWaaah.. aku pernah kesini nih mba. Cuma , agak2 kesal, karena saat bikin keramiknya ngga tuntas. Huhuhuhu
BalasHapuswah malah aku mah gak sempet bikin karena sudah diburu waktu karena lama milih2 keramik
BalasHapusWah gerabah ternyata ada sejarahnya juga ya. Saya biasanya kalau lihat gerabah gini pas ke Jogja 😀
BalasHapusdan setiap daerah pastinya punya ciri khas ya mbak nita
BalasHapus