Ada yang unik di jalan Gajah Mada Jakarta, rumah bergaya oriental yang berada di antara dua gedung tinggi. Rumah bergaya oriental ini tampak kecil di antara dua gedung tinggi tapi kekhasannya unik dan begitu menawan . Ternyata rumah unik ini adalah rumah bersejarah makanya rumah ini dipertahankan sampai sekarang baik gedungnya maupun keasliannya. Rumah ini dikenal dengan nama Candra Naya. Dulunya bekas rumah tinggal dari Mayor keturunan Tionghoa untuk mewakili etnisnya saat jaman Belanda. Mayor itu bernama Khouw Kim An. Jadi Khouw Kim An ini termasuk yang kariernya sangat cemerlang. Tahun 1905 diangkat menjadi leutenant dan tahun 1908 diangkat menjadi kapitant dan tahun 1910 diangkat lagi menjadi mayor. Beliau ini kaya raya karena merupakan pengusaha , memiliki toko beras, punya bank. Memiliki 14 istri dengan 24 orang anak. Candra Naya kini hanya tinggal 1/3 luas rumah Khouw Kim An yang sebenarnya. Saat Jepang masuk Indonesia Khouw ditahan Jepang di kamp dan meninggal di sana. Jenasahnya dimakamkan di makam Petamburan. Rumah ini tidak terawat awalnya dan mau dibeli pengembang dan rumah ini akan dipindahkan ke Taman Mini , tapi banyak warga yang protes karena Candra Naya ini bukan sekedar bangunan tua tapi memiliki sejarah. Merekam jejak sejarah etnis Tionghoa di negara Indonesia. Makanya gedung ini dibiarkan berada di antara gedung tinggi ini.
Dulunya selain menjadi tempat tinggal keluarga Khouw Kim An juga pernah menjadi kantor Sing Ming Hui yaitu perkumpulan Tionghoa yang bertujuan sosial. Perkumpulan inilah yang mencetuskan terbentuknya Universitas Tarumanegara. Juga pernah diadakan pertandingan Indonesia Open /pertandingan bulutangkis internasional pertama di Indonesia. Candra Naya ini termasuk dalam komplek PT Moderland Raealty Tbk. Candra Naya berada di bawah supervisi dinas pariwisata DKI Jakarta.
Gedung Candra Naya diapit oleh dua gardu jaga di sebelah kiri dan kanan. Dulu di bagian depan ada taman yang asri. Gedung ini terdapat beberapa ruang seperti
1 Ruang umum untuk menerima tamu dan kantor dari Khouw Kim An mulai dari teras sampai dengan ruang penerimaan tamu
2 Ruang semi pribadi hanya untuk tamu-tamu akrab. Ruang ini dipisahkan dengan ruang umum dengan sebuah halaman yang ditutup dengan genetng kaca. Setelah halaman genteng kaca ada ruangan untuk menyembah dewa dewi dengan altarnya. Di kiri dan kanan dinding altar berhubungan dengan pintu yang menuju ruang lain ke halaman utama.
3 Ruang pribadi tempat hunian keluarga ada di bagian belakang terdiri dari bangunan dua lantai yang terdiri dari kamar-kamar
4 Ruang pelayanan terdiri dari dapur, tempat para selir dan anak-anak. Bangunan ini terdapat di sayap kanan dan kiri bangunan
5 Halaman . Kamar-kamar di Candra Naya semua menghadap halaman.
Yang paling istimewa dari gedung ini adalah atapnya. Atapnya melengkung bergaya Tionghoa dan kedua ujungnya terbelah menjadi dua yang dikenal dengan Yanwei (ekor walet). Atap ini juga terdapat pada kelenteng dan merupakan status sosial pemilik rumah. Pada pemisah halaman depan dan samping terdapat jendela penghubung yang dikenal dengan jendela bulan. Oranmen-ornamen yang menempel pada gedung ini adalah Ba Gua (delapan tolak bala) . Hiasan berupa jamur lingzhi pada pintu masuk utama melambangkan umur panjang dan ragam hias lainnya seperti papan catur, buku,kecapi dan gulungan lukisan dibagian atas teraas melambangkan pemiliknya seorang cendikiawan bahkan hartawan.
Selalu tertarik dengan bangunan bergaya Tionghoa . Yang sering dilihat adalah ya kelenteng bukan rumah seperti Candra Naya ini. Tapi auranya sih mirip-mirip . Masuk akan terlihat ruang luas dengan temboknya berisi foto-foto dari Khouw Kim An dengan segala aktivitasnya. Dan di bagian tengahnya kosong dengan atasnya genteng kaca dan masuk lagi ruangan dengan dua sisi kamar utaman yang tampak kosong . Keluar ada kolam ikan yang memberikan suasana adem dan nyaman. Di samping kanan terdapat rumah sembahyang dengan altarnya. Ini rekomen banget untuk dikunjungi. Bangunan yang unik dan pesoananya bikin membayangkan keadaan jaman itu. Pelesteraian gedung ini sangatlah tepat karena merupakan bagian sejarah dari bangsa Indonesia yang multikultur
Rumah dengan nuansa China seperti ini sudah jarang ada, sebuah sejarah ini mah. Rumahnya juga bagus dan bersih, apalagi dekorasinya masih utuh. Uniknya berada di antara dua gedung. Terima kasih informasinya!
BalasHapusIya, aku suka dengan suasananya. Walau terlihat kecil di antara 2 gedung tinggi tapi adem
Hapuskeren dan gede kelihatannya rumah tersebut.....
BalasHapussejarahnya juga sangat mengesankan.....
Thank you for sharing
Unik
HapusNanti dari sana bisa ke daerah glodok ada gereja tua
BalasHapusIni tuh yang di himpit sama Novotel bukan yaa?
BalasHapusAku kalo tiap lewat ke Beos / Gajahmada seriing banget liat, tapi belom sempet mampir. Harus dibookmark garis keras ini sih buat jadi list kunjungan
Yup
HapusSemoga bangunan kuno ini ini tetap terawat sebagai bukti sejarah. Terima kasih telah berbagi informasi, Mbak Tira.
BalasHapusIya, suasananya juga sangat mendukung
Hapus