Tampak depan dari Mesjid Sultan Suriansyah
Jalan-jalan kali
ini ke Banjarmasin. Sama sekali saya belum pernah ke Banjarmasin , sehingga
ketika ada kesempatan untuk ke sana ,
dipakai untuk melihat-lihat kota Banjarmasin yang terkenal dengan kota
seribu sungai. Tidak salah, di kota Banjarmasin saja bisa melihat banyak
anak sungai yang mengalir dan tepiannya terdapat rumah-rumah panggung yang
terbuat dari kayu ulin. Saya tertarik dengan
rumah-rumah itu karena di Jawa jarang ada rumah panggung dari kayu yang
ada di tepi sungai yang lebar..
Perjalanan
pertama saya adalah ke mesjid tertua di kota Banjarmasin. Mesjid Sultan
Suriansyah. Letaknya di tengah pemukiman penduduk yang terdapat di utara sungai
Kuin, Kelurahan Pangeran, Kecamatan Banjarmasin Utara. Di seberangnya terdapat
sungai Kuin dan ada dermaga untuk perahu-perahu dan sepanjang sungai Kuin ini
terdapat tumah panggung yang merupakan ciri khas dari penduduk di sana.
Bentuk mimbarnya ada undakan berupa tangga
Mesjid ini
dibangun sejak abad 16 saat islam masuk ke kota Banjarmasin. Bangunannya
didominasi warna hijau dan kuning, menurut adat di sana warna kuning adalah
wana keramat. Ukuran mesjid 16x16 meter dengan tiang, lantai dan dinding
berasal dari kayu ulin dimana bangunan
berupa panggung . Di mesjid itu pengaruh Demak sangat kentara terlihat di tiang utama di mesjid banyak terlihat
ukiran khas Jawa. Pintunya di setiap sisi bejumlah lima, yang menandakan solat
lima waktu yang harus dijalani umat Islam. Jadi ketiga sisi berjumlah lima
belas pintu ditambah dua pintu di bagian depan sehingga pintu berjumlah tujuh
belas yang menandakan 17 rakaat sehari dalam solat 5 waktu. Dan terlihat mimbar
ada di bagian depan dengan undakan-undakan berupa tangga ke tempat mimbar untuk
kotbah, sangat mirip dengan mimbar di mesjid Keepuhan Cirebon. Atapnya tinggi
dengan lampu kristal putih tergantung megah., sehingga sirkulasi udara lebih
lancar.
Empat tiang dari kayu ulin yang ada ukirannya dan atap yang tinggi dengan lampu kristalnya. Ukirannya mendapat pengaruh dari ukiran Demak
Nama mesjid ini
diambil dari nama sultan kerajaan Banjar yaitu Sultan Suriansyah dan Sultan
inilah yang pertama kali memeluk agama islam. Sebelum masuk islam Sultan
Suriansyah bernama Pangeran Samudera. Waktu itu di kerajaan Banjar terjadi
konflik berupa perebutan kekuasaan. Akhirnya karena kurang aman maka Pangeran Samudera dengan
pengikutnya mengungsi. Akhirnya Pangeran Samudera dinobatkan rakyat menjadi raja
di Kuin (karena memang sebetulnya wasiat Raja Sukarama tahta harus diberikan
kepada Pangeran Samudera bukan Pangeran Mangkubumi) dimana kerajaannya berpusat
di hilir sungai Kuin. Ada satu lagi kerajaan Daha yang berpusat di hulu sungai.
Pintu mesjid yang didominasi warna kuning dan hijau setiap sisinya ada lima buah, kecuali bagian depan hanya ada dua buah.
Konflik terus
terjadi antara kedua kerajaan tersebut sehingga akhirnya Pangeran Samudera
meminta bantuan ke kerajaan Demak di Jawa. Raja Demak Sultan Trenggono mau
membantu dengan syarat Pangeran Samudera harus masuk islam. Diutuslah Khatib
Dayyan untuk membantu
memerangi
kerjaan Daha.. Perang usai dengan kemenangan Pangeran Samudera. Dan karena
masuk islam , beliau mengganti namanya menjadi Sultan Suriansyah. Dan dibantu
dengan rakyatnya mulailah dibangun mesjid pertama di kerajaan Kuin ini.
Ternyata Khatib Dayyan adalah cucu buyut dari Sunan Gunung Jati yang bernama
Syeh Syarif Abdurrahman tapi lebih dikenal dengan Khatib Dayyan. Makanya
pengaruh dari kerajaan di Jawa terlihat jelas dari mesjid ini, mulai dari
ukirannya dan mimbarnya.
Sungguh menarik
melihat mesjid tua ini, warna hijau dan kuning yang cerah dan ukitan di pintu
tergambar dengan jelas. Bangunan yang terbuat dari kayu ulin yang kokoh membuat
banguan mesjid ini terlihat gagah berdiri megah. Di seberangnya terdapat sungai Kuin yang
merupakan urat nadi perekonomian masarakat setempat.. Sunggu terkesan dengan arsitektur mesjid tua ini.
subhanallah,ini masjidnya bagus banget ya mbk,,aksesorinya khas...jadi penasaran,tp hrs ke banjarmasin ya??hehehe
BalasHapussalam kenal mbk^^
salam kenal kembali mb. Saya memang paling suka wisata sejarah, jd setiap pergi ke suatu kota pasti selalu ke tempat yang bersejarah baik museum maupun mesjid tua dan keraton. Selain bisa belajar banyak juga kadang bangunan unik dan punya ciri khas tersendiri
BalasHapus