Di atas perahu menyusuri sungai untuk melihat pasar terapung
Perjalanan kali
ini di kota Banjarmasin dimulai saat subuh tiba, karena pasar terapung ini
hanya beroperasi pagi hari. Saat masih gelap saya sudah meluncur dari hotel dan
sampai di dermaga perahu yang akan membawa menyusuri sungai. Pasar terapung ini
terletak di atas sungai Barito di muara sungai Kuin. Perahu-perahu ini di
Banjarmasin disebut dengan jungkung. Mereka sudah mulai berjualan setelah subuh
tiba sampai pukul 9 pagi. Dan yang istimewa dari pasar ini adalah adanya barter
antar para pedagang yang berperahu yang dikenal dengan bapanduk. Pedagang yang
menjual hasil produksinya disebut dengan dukuh sedang tangan kedua yang membeli
dari para dukuh disebut dengan panyambungan.
Rumah-rumah di tepi sungai dalam keremangan pagi
Perahu yang lalu lalang di sungai , masih suasana remang-remang pagi
Kota Banjarmasin
juga dikenal dengan kota Air karena letak daratannya beberapa sentimeter di
bawah permukaan laut. Kota ini dibelah oleh sungai Martapura sehingga sungai
digunakan masarakat setempat sebagai sarana transportasi, perdagangan dan kini sebagai
sarana wisata. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti di pasar di
darat sehingga tidak diketahui berapa pedagang yang hilir mudik di sungai .
Jungkung yang menjual buah-buahan yang sudah ditaruh di keranjang kecil
Penjual dan pembeli berbaur dalam perahu-perahu yang berlalu lalang
Meracik soto Banjar di warung terapung
Waktu saya
tanyakan pada supir yang mengantarkan ke sini, ternyata aktivitas perdagangan
di sungai ini sudah mulai ditinggalkan karena banyak pedagang yang berjualan di
pasar di daratan. Memang waktu saya ke sana juga pedagang hanya berjumlah
sedikit yang berlalu lalang. Alangkah baiknya pasar terapung ini bisa
dipertahankan jangan sampai hilang dan bisa dijadikan tempat wisata belanja
yang mengasikan. Masalahnya saya terkesan di pasar terapung ini karena alami ,
tidak seperti di kota Bandung yang punya pasar terapung yang sengaja dibuat
dengan cita rasa modern. Kesederhanaan dan alami ini mungkin bisa digunakan
sebagai wisata yang bisa membuat wisatawan berkesan.
Matahari mulai
memancar terang sudah waktunya kembali,
dan punya kesan tersendiri di hati. Siapa tahu bisa berkunjung kembali kemari.
semoga saya masih bisa sempat ke pasar terapung sebelum semuanya pindah ke daratan. etapi jangan sampe pindah semua deh ya. nanti ga ada rekreasi alami lagi... -____-
BalasHapusseru banget ya mbk,,saya penasaran sama pasar apung ^^
BalasHapusPerjalanan yang seru tapi saya belum pernah merasakannya -,-
BalasHapusMbak Titis Ayuningsih, perjalanan seru itu kadang tdk harus yg jauh kadang yg dekat dg lokasi kota kita jg bisa seru, asal pergi dg org2 yg kita cintai, rasanya....
BalasHapusMbak HW Zwan, memang pasar ini alami sekali sy suka banget, krn sy pernah jg ke pasar terapung yg sengaja dibuat dan bercita rasa modern dan harga yg dijualpun mahal seperti di Bandung dan Sentul, kurang suka krn tdk alami, selain mahalnya itu..
BalasHapusBetul mbak Istiadzah Rohyati, sangat disayangkan pasar terapung mulai ditinggalkan, bisa dikelola dg baik dan bisa jadi kunjungan wista lokal yg alami asal jangan bercitra modern, alaminya dipertahankan dg harga yg terjangkau masarakat
BalasHapus