Di bagian depan pulau kembang tampak altar dengan patung hanoman
Setelah melihat
pasar terapung di muara sungai Kuin, kami diajak ke sebuah pulau yang dikenal
dengan pulau Kembang. Seperti yang kita ketahui pulau yang ada di sungai
sebetulnya terjadi karena adanya penggumpalan/koagulasi lumpur sungai oleh
elektrolit yang ada di air laut, sehingga membentuk delta yang semakin luas dan
mulai ditumbuhi oleh pepohonan yang terus berkembang. Pulau Kembang ini delta
yang mempunyai luas 60 ha yang ada di tengah sungai Barito dan merupakan
habitat kera ekor panjang dan burung. Pulau ini masih termasuk kabupaten Barito
Kuala ,Kalimantan Selatan. Dan sudah ditetapkan sebagai hutan wisata
berdasarkan SK Mentri Pertanian.
Ada lagi mitos
yang mengatakan kalau pulau ini berasal dari kapal Inggris yang dihancurkan
oleh orang Biaju atas perintah sultan Banjar.Nah, puing-puing kapal tesebut
lalu ditumbuhi pepohonan dan berubah menjadi pulau yang kemudian didiami
oleh kera-kera yang menurut penduduk
setempat merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera dimana
kera itu dipimpin oleh kera yang besar dan bernama Anggur. Akibat adanya
keyakinan tersebut menjadikan pulau itu dipakai sebagai tempat bernazar,
biasanya dengan membawa sesajen pisang, telur, nasi ketan, mayang pinang dan
beberapa jenis kembang sehingga akhirnya dikenal dengan pulau Kembang.
Pepohonan di samping jalan yang terbuat dari papan untuk mengelilingi pulau
Pertama masuk ke
dalam kawasan pulau Kembang , sudah disambut dengan kera-kera yang tampak liar.
Di sana ada penduduk asli yang menemani wisatawan dengan membawa tongkat untuk
mengusir kera-kera itu.Jadi barang-barang kecil , kacamata, kalung sebaiknya di
simpan dalam tas , kalau tidak bakal di curi oleh kera-kera tersebut. Berjalan
sebentar terdapat altar yang diperuntukkan
untuk meletakan sesaji bagi “penjaga” pulau Kembang yang di sisi kiri
dan kanannya terdapat arca berbentuk hanoman. Jadi yang datang selain orang
yang mau berwisata tapi juga orang yang mau untuk keperluan doa terutama warga
etnis Cina.
Samping kiri dan kanan pohon nipah dan kera-kera berlarian sepanjang jalan.
Kera-kera itu
begitu liar sekali mungkin karena kekurangan makan /kelaparan , makanya perlu
bantuan penduduk setempat untuk mengantarkan berkeliling pulau. Di sana sudah
ada jalan yang terbuat dari papan-papan yang mengelilingi pulau. Ternyata
kera-kera itu mempunyai kelompok tersendiri dan mempunyai pemimpinnya yang
biasanya mempunyai tubuh yang lebih besar. Di jalan yang terbuat dari papan
kiri dan kanannya terdapat beberapa jenis tumbuhannya termasuk pohon nipah yang
berjejer rapih. Sesekali kera-kera keluar dari pohon-pohon tersebut. Memang sih
karena kera-kera itu sangat agresif, perjalanan mengelilingi pulau menjadi tak
nyaman karena takut di gigit oleh kera-kera itu.
Perjalanan mengelilingi pulau
Sebetulnya ,
kalau hutan wisata ini dikelola dengan baik bisa jadi wisata seperti di Sangeh
atau hutan monyet yang ada di Bali. Tapi keadaan di pulau Kembang ini kotor dan
kumuh. Altar dan arca hanomannya juga sudah kusam dan beberapa sudah terkelupas
catnya. Dan kalau sudah dikelola baik mungkin bisa jadi sumber pemasukan bagi daerah dan bisa mengenalkan
wisata yang unik yang ada di Kalimantan Selatan.Walaupun demikian perjalananku
ke pulau Kembang cukup menyenangkan disertai dengan perasaan berdebar karena
takut diserang dengan kera-kera itu tapi sesampainya kembali di dermaga , ada
perasaan lega . Sampai Jumpa kera-kera, baik-baik saja di sana ya, jangan
galak-galak, nanti tidak ada orang yang mau berkunjung ke sana.
duh kalo saya mungkin ga bakal berani ke sana mak. kecuali kera2 nya sudah pada berubah jadi ramah dan jinak hehe...
BalasHapuswah, saya pikir kaya di Bali, keranya tdk ganas tahunya agresif sekali, jadi jalannyapun harus tengok kri kanan , takut ada yg tiba-tiba nongol, tapi justru sensasinya di situ kali ya, berdebar-debar
BalasHapus