Mesjid Merah
disebut demikian karena tersusun dari bata merah yang didirikan tahun 1480 oleh
Syarif Abdurrahman. Dibuat dari bata merah melambangkan keberanian dari Syarif
Abdurrahman untuk mengambil keputusan. Pengaruh Cina terlihat jelas pada
keramik-keramik yang ditempel di dinding mesjid.Langit-langit mesjid ditopang
oleh lebih dari 5 pasang tiang kayu. Mihrabnya dihiasi dengan keramik yang
indah dengan lengkung mihrabnya berbentuk Padaruksa. Dulunya digunakan untuk
berbagi ilmu anatara Wali Songo dengan Syarif Abdurrahman.Uniknya di mesjid ini
tidak ada mimbar karena hanya digunakan untuk solat sehari-hari tidak untuk
sholat ibadah jumat atau hari raya. Siluet merah yang tersembunyi di sudut
kota Cirebon.
Selasa, 22 Juli 2014
Selasa, 15 Juli 2014
Merajut Asa Bersama Bocil
Entah mengapa,
setelah usiaku senja dan anak-anak sudah beranjak dewasa, ada dalam hati
kecilku, keinganan untuk lebih banyak berbagi buat orang terutama buat
anak-anak dan remaja. Tapi aku sendiri masih bingung , harus dimulai darimana,
dimana , apa yang bisa aku berikan . Banyak sekali tanya di hati yang kadang
sering menggelitik dengan tanya-tanya kecil yang semakin hari semakin ingin
kujawab. Di sisi lain aku seperti ada dilema yang kadang aku sendiri sulit untuk
memutuskannya.Aku mengajar di sebuah sekolah menengah atas juga bukan untuk
mencari uang tapi untuk bisa berbagi
buat para remaja sekarang agar mereka punya karakter yang mumpuni bukan hanya
soal akedemik saja tapi mereka remaja yang beruntung karena berasal dari
keluarga yang mempunyai ekonomi cukup, tapi alangkah lebih afdol jika aku lebih
bisa berbagi bagi anak-anak dan remaja dari keluarga kurang yang beruntung,
sehingga semangat berbaginya akan lebih terasa lagi.
Akhirnya aku mulai mencari di kota
tempat tingalku tempat-tempat dimana aku bisa berbagi , ternyata cukup banyak
yang kudapat dengan visi dan misi yang hampir sama. Akhirnya dengan datang dan
sering melihat kegiatan mereka, aku tertarik dengan sosok perempuan putih,
tinggi dan senyum selalu menghiasi wajahnya. Sosok tersebut bernama Mbak Rini
Sugiarti. Pertama kali bertemu , aku disambut dengan tak lupa mbak Rini mencium
tanganku. Mbak Rini mengelola Yayasan Al Kahfi Cirebon yang memberikan suatu
wadah bagi anak-anak dan remaja yang kurang beruntung untuk belajar di sana.
Tempat tinggal dengan tipe rumah 36 yang kecil , mbak Rini gunakan untuk
kegiatan anak-anak dan remaja. Karena tempat yang kecil, sehingga waktu belajar
masih harus dibagi antara anak-anak dan remaja agar ruangan tak terlalu penuh.
Untuk anak-anak kecil saja , ruangan yang kecil saja sesak ,apalagi bila anak
remaja juga ikut berkumpul. Akhirnya aku memutuskan untuk mengajar ketrampilan
di yayasan ini . Mengapa????
Padahal masih banyak lembaga lainnya yang juga
kompeten dalam hal yang sama tapi aku melihat sosok mbak Rinilah yang membuatku
memutuskan untuk bergabung di sini. Wanita yang masih muda dan jauh dari orang
tuanya, sendiri saja mengelola rumah belajarnya. Banyak kesulitan yang harus
dia lalui dengan seringnya berpindah-pindah tempat karena kontrakan rumah tak bisa
diperpanjang. Belum lagi tempat yang sekarang sudah tak cukup lagi dengan
bertambahnya anak dan remaja yang belajar di sana. Suatu hari saat aku datang
ke sana , mbak Rini memperlihatkan
sebuah rumah kontrakan baru untuk anak remaja sehingga tak perlu lagi bergabung
dengan anak-anak kecil lagi. Aku sendiri bertanya , dari mana mbak Rini
mendapakan uang untuk mengontrak rumah seharga itu yang cenderung tinggi karena
ada di perumahan yang ada di dalam kota. Selain dari donatur tetap , mbak Rini
bersama dengan anak remaja door to door untuk meminta dana sumbangan untuk
kelangsungan dari rumah belajarnya. Aku
mendengar sendiri dari penuturan mbak Rini bagaimana sulitnya meminta uluran
tangan dari masarakat, belum rasa lelah dan kadang sakit hati dan yang lebih
menyakitkan bila dicurigai dan mendapat kata-kata yang menyakitkan hati. Mbak
Rini tetap tegar dan dia harus siap untuk dicaci maki demi kelangsungan rumah
belajarnya. Inilah bentuk kekaguman aku terhadap sosok mbak Rini, yang mau
susah payah mencari dana untuk anak-anak bisa belajar di sana dan memberikan
santunan pada mereka tiap bulannya.
Ketika aku tanyakan , selama di Cirebon sudah pergi kemana saja,
kepalanya menggeleng dengan cpeat, ternyata baginya tak ada waktu untuk dirinya
sendiri . Aku membayangkan wanita semuda mbak Rini biasanya nongkrong dengan
teman-temannya di kafe, memghabiskan
waktu bersama tapi seluruh hidupnya dia tujukan untuk rumah belajarnya
sepertinya dia mengabaikan kepentingan pribadinya . Tak banyak anak muda
seperti dia, sungguh aku salut sekali dengan kesahajaan yang terpancar dari wajah
cantiknya.
Hari-harinya
merajut asa bersama bocah cilik dan anak remaja lainnya , begitu menyentuh
hatiku, rasanya aku dibandingkan mbak Rini yang masih muda sangat jauh ,
padahal aku sering sekali gembar gembor ingin berbagi tapi nyatanya aku tak ada
apa-apanya dibandingkan mbak Rini, .Aku percaya dari ketulusan hatinya , semua
hal yang telah dilakukan mbak Rini sudah banyak berguna bagi anak-anak dan
remaja di sana dan aku yakin rajutan asanya akan terus mengalir di tengah
orang-orang lain yang tak peduli, sosok yang patut di contoh, muda memberikan
inspirasi bagi orang lain. Terimaksih mbak Rini, semangatmu memberikan
inspirasi tersendiri bagiku.....
Senin, 07 Juli 2014
Gara-Gara CD
Waktu SMA aku
bersekolah di sekolah katolik yang terkenal dengan kedisplinannya. Sekolah itu
isinya perempuan semua, tapi sungguh seru sekali karena hampir semua temanku
suka sekali jahil .Waktu itu aku dan teman-teman sedang ada di tempat retret (
kalau di muslim mungkin kaya pesantern kilat) tapi di retret ini bukan belajar
agama tapi lebih ke pembentukan karakter
seperti kejujuran, rasa empati, kerjasama dan lain-lain dalam bentuk diskusi,
sharing atau permainan. Acara di sana
hampir seminggu, lima hari untuk retret dan sisanya untuk study tour ke Jogja,
karena tempat retretnya (aku lupa) namanya , tapi kalau naik kereta dari
Bandung turun sebelum Jogja. Mau tidak mau kami harus mencuci cd dan bra kami
agar bisa digunakan lagi. Pagi-pagi saat aku menjemur cd dan braku, aku melihat
pak A guru fisika juga sedang menjemur cdnya.
“Lihat tuh pak A lagi jemur,” seru
temanku. Salah satu temanku mengajak pada saat coffee break jam sembilan untuk
mengambil cd pak A dan menjemurnya lagi diantara cd kita-kita. Semua mengangguk
setuju, termasuk aku, sudah dalam bayanganku pak A pasti kaget cdnya ada
diantara cd murid-muridnya yang cewek semua yang bandel-bandel.. Akhirnya
tibalah saatnya, aku dan empat temanku keluar ke halaman bukan ke ruangan makan.
Kami celingukan sebentar sebelum mengambil cd pak A. Setelah mengambil aku
mulai membalikan badanku tapi terdengar suara pak A.
“Aduh, cd bapak mau kalian apakan
ya?” tanyanya. Aku menoleh temanku yang juga terkejut, ternyata bapak A itu
sudah memperhatikan kegelisahan kami, jadi dia mengamati terus tingkah kami.
Aku membalikkan badanku dan menghadap pak A yang tampak senyum-senyum simpul.
Aku dan teman-temanku tertunduk malu.
“Mau aku jemur di sana pak,” ujarku
dan sementara temanku menepuk jidatku dengan bogemmnya. Aku perlahan menuju
ruangan makan ternyata minuman dan makananya sudah habis, aku gigit jari!!!!.
“Kalian kembali ke ruangan ,kali ini
kalian tak dapat makan dan minum,” tegurnya sambil senyum-senyum dan
mengedipkan mata padaku dan teman-temanku.
“Boleh diambil lagi kok, asal jangan
disimpan!” teriaknya. Hii, hii, hii malunya.
Peristiwa kedua
di tempat yang sama dan juga masih berkaitan dengan cd dan bra. Kebetulan hari
itu yang memberikan materi seorang Romo ( seperti ustad dalam muslim), dan
ampun romonya ganteng banget. Malam hari
jam 10 malam saat bel berbunyi tanda anak-anak harus tidur dan lampu harus dimatikan.
Teman-temanku masuk ke kamarku karena kamarku bersebelahan dengan kamarnya romo.
Setelah merasa aman, lampu aku nyalakan dan aku melihat keluar kalau kamar romo
masih terang. Aku dan teman-temanku
lucu-lucuan dengan menggunakan bra di atas baju tidur dan memasang cd di
kepala. Tiba-tiba salah satu teman nyeletuk.
“Berani gak masuk kamar romo pakai
seperti ini?” tanyanya.
“Berani,” aku setuju dan yang
lainpun mengangggukan kepalanya. Jadi berlima , aku dan teman-temanku membuka
pintu kamar romo, tapi tak tampak romo. Setelah semua masuk, aku celingukan ,
kok romonya gak ada. Saat aku membalikan badan ternyata romo bersembunyi di
balik pintu sehingga tak terlihat dan romo sedang tersenyum manis, aku ternganga
malu sendiri karena rencananya mau bikin romo malu malah aku dan teman-temanku
sendiri yang malu!!!!! Benar-benar malu
gara-gara cd dan bra!!!
Kamis, 03 Juli 2014
Jemari Lentikku Membuktikan Aku Cinta Negeriku
Aku
bangga dilahirkan di negaraku tercinta Indonesia. Betapa tidak hampir dari ribuan
pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke kita mampu melihat pemandangan
yang indah dari bentang alamnya dan boleh kita tahu kekayaan alam yang
berlimpah. Sungguh kaya alam negara Indonesia. Tak kalah lagi begitu banyak
seni yang berakar dari budaya setempat yang beraneka ragamnya dan bermuara pada
adat istiadat setempat. Kurang apa lagi negara Indonesia???? Termasuk seni
tarinya yang begitu indah dengan lentikan jemarinya dan pakaian yang mempesona
merupakan daya tarik yang memikat orang luar untuk datang dan belajar. Kini aku menyadari seni tari itu merupakan
aset kekayaan budaya yang perlu dipertahankan oleh negara kita. Begitu banyak
aset tarian mulai dari barat sampai ke timur Indonesia. Adakah generasi muda
sekarang yang bangga dengan tarian yang mereka miliki???? Kadang banyak yang
menyepelekan karena seni tari ini
dianggap sudah ketinggalan jaman dan tak sesuai lagi dengan jaman
sekarang yang lebih banyak didominaasi dengan tarian rap, salsa, break dance
dan sebangsanya yang lebih memikat kaum muda . Sungguh ironis dengan begitu
kuatnya bangsa asing yang ingin mengakui seni kita sebagai miliknya dan banyak
yang belajar tarian kita, di sisi lain negara kita seakan cuek terhadap seni
budaya negara sendiri.
Aku
sendiri dilahirkan di keluarga yang suka dengan seni tari. Ibuku sudah memasukkan
aku ke sanggar tari . Karena ibuku orang Jawa, makanya aku diajarkan untuk bisa
menarikan tarian Jawa . Dari sinilah kecintaanku terhadap seni budaya tumbuh
dalam dadaku. Mungkin aku bukan penari yang terkenal dan bisa melanglang buana
ke luar negri untuk mempromosikan seni tari Indonesia, tapi aku mampu
memberikan contoh buat teman-temanku untuk menghargai dan mencintai budaya
sendiri. Apalagi saat manggung selalu diiringi dengan gamelan dimana salah satu
pemain gamelannya adalah ibuku sendiri. Bahkan aku sering manggung untuk
pementasan sendratari kolosal di kota Bandung. Setiap ada pertunjukkan tari selama aku sempat
aku selalu melihatnya. Semua aku lakoni
sampai selesai kuliah.
Kini
setelah aku tinggal di kota Cirebon, aku juga tertarik dengan seni dan budaya
di kota Cirebon .Budaya kota Cirebon banyak terpengaruhi negara Tiongkok karena
Sultan Gunung Jati menikahi putri Tiongkok yang menjadi mualaf. Tari topeng tari yang begitu terkenal di kota
Cirebon dengan banyak filosofi yang terkandung dalam tariannya. Aku juga mulai mempelajari tari topeng ini dan
anak perempuanku juga kuajak ikut serta. Dan selama aku belajar aku mengamati yang
belajar di sana adalah anak-anak kecil dan jarang sekali anak remaja. Menurut
pelatih tari di sana, memang ketika mereka kecil mereka senang-senang saja
berlatih tari di sanggar ini tapi setelah remaja ,mereka lebih tertarik pada
tarian modern dari pada yang tradisional.
Walau aku di sanggar tari itu paling tua sendiri tapi tak membuatku malu
, tapi aku ingin menunjukkan kalau aku yang sudah berumur masih ingin belajar
seni tari tradisonal dan agar mereka
juga termotivasi untuk lebih bersemangat berlatih. Anakku yang perempuan sudah
menguasai 5 jenis tari topeng Cirebonan dan sering tampil di panggung ke
panggung di kota Cirebon , dan aku selalu menemaninya dengan setia.
Tari Topeng Samba menggambarkan keceriaan anak yang masih mempunyai sifat kanak-kanak dan polos
(Waktu anak perempuanku mau tampil di suatu acara TV lokal)
Tari Topeng Tumenggung menggambarkan manusia yang dewasa dan sudah mendapatkan pengalaman hidup sehingga lebih arif dalam segala hal
(Ini waktu anak perempuanku tampil di acara sekolahnya)
Aku
bangga dengan seni dan budaya Indonesia .Walau aku belum punya kontribusi yang
besar untuk kemajuan seni dan budaya Indonesia, tapi paling tidak aku bisa
menjadi penyemangat bagi kaum muda untuk mencintai kesenian tradisional.
Kegiatan menariku tetap aku lakukan walau hanya menari di sanggar dan
sekali-kali menari di acara kantor atau instansi saja. Dan banyak manfaat yang bisa aku petik dari menari yaitu rasa cinta
yang luar biasa terhadap tanah kelahiranku Indonesia, membuat tubuh sehat dan
menghaluskan jiwa, karena menari juga bisa menjadi terapi jiwa yang ampuh. Jadi mau tunggu apa lagi, cintailah seni
budaya negara sendiri, kapan lagi kalau bukan kita sendiri???? Lentikan jemari
kita untuk Indonesia!!!!!!!