Selasa, 16 September 2014

Dia Yang Menjadi Belahan Jiwaku







Witing Tresno Jalaran Sokokulino itulah pepatah Jawa yang aku dapatkan dari ibuku, walau aku lahir di kota Bandung tapi ibuku lama tinggal di Surabaya dan bapakku asli Jogjakarta. Menurut ibuku arti dari witing tresno jalaran sokokulino adalah cinta tumbuh karena terbiasa. Pertama kali aku mendengar pepatah tersebut, aku tak begitu paham dan mungkin saat itu aku belum bisa membuktikan apa benar dari pepatah tersebut bisa terjadi  dan akhirnya terbukti setelah aku mengalaminya sendiri. Akhirnya aku mengakui bahwa ungkapan witing tresno jalaran sokokulino itu memang tepat adanya.

Masih teringat 32 tahun lalu aku menapakan kakiku di kampus Institut  Pertanian Bogor sebagai mahasiswa baru. Ada rasa bangga bisa bersekolah di salah satu perguruan tinggi negeri terkenal. Pada tahun pertama kami ada acara pengenalan teman-teman satu kelompok besar. Waktu itu aku melihat pria yang katanya juga berasal dari Bandung, saat aku sapa, tapi dianya  cuek sekali dan sapaan ramahku dibiarkan begitu saja, aku sempat kesal sekali dengannya sampai aku menanyakan ke beberapa teman siapa namanya. Nugroho Cahyoadi itu namanya.Aku cukup tahu saja, oh itu ya orangnya yang sombong tak mau membalas sapaanku. Jadi aku sudah punya penilaian tersendiri dalam hati tentang pria yang bernama Nugroho Cahyoadi.

Saat beranjak ke tingkat dua saat itu aku masuk Fakultas Kedoketran Hewan (memang tahun pertama belum dijuruskan ), aku bertemu kembali dengan pria sombong itu. Ternyata dia sefakultas denganku. Saat dia menyapaku pertama kali aku  jual mahal karena aku mau membalas perlakuannya terhadapku . Aku melihat mukanya agak kesal tapi aku cuek saja hanya dalam hati . rasain lu emang enak dicuekin!!!! Ternyata tanpa diduga nomer absen Nugroho itu di atas nomer absenku  dan itu cukup membuatku kalang kabut awalnya karena mau  tak  mau kalau berkelompok dalam praktikum atau tugas dari dosen selalu sering bersama karena nomer absennya berdekatan. Saking seringnya aku dan dia berkelompok akhirnya aku melihat dia bukan tipekal pria yang sombong, memang saat belum mengenal orang dia akan lebih banyak diam , beda denganku yang lebih ekspresif dan lebih suka menyapa duluan.  Sampai-sampai aku memanggil namanya dengan nama panggilan  orangtuanya, Ganuk. Mungkin kedekatanku dengannya tanpa disadari menumbuhkan rasa cinta yang tak aku sadari awalnya. Baru aku rasakan ada rasa di hati saat dia mulai dekat dengan teman mahasisiwi yang kusebut dengan nama Karin. Hatiku sering diamuk rasa cemburu apalagi sering kali teman-teman yang lain mulai menjodoh-jodohkan Karin dengan dia, semua tertawa kecuali aku. Aku berusaha menepis rasa ini, dia hanya teman dalam kelompok praktikum dan belajar saja. Tak mungkin lebih dari itu.  Tapi tanpa disadari,aku sudah menutup diri terhadap pria lain karena aku jatuh cinta padanya. Beberapa teman  satu fakultas dan yang lain fakultas ada yang naskir aku tapi itulah tadi , aku lebih tertarik dengan dia yang aku sendiri tak tahu isi hatinya.

Sepulang dari kuliah kerja nyata aku mendengar kalau dia jadian dengan Karin, ada rasa sakit di hati. Aku merasakan aku lebih ketus padanya, itu aku tahu saat praktikum bersamanya dia bilang aku ini kok jadi aneh prilakunya. Akhirnya aku sedikit lebih dekat dengan temanku dari tehnik industri yang aku tahu dia menyukaiku. Tapi entahlah saat bersamanya aku selalu mengingatnya.  Tak lama berselang setelah gosip kalau dia dekat dengan Karin, aku sedikit bingung saat dia akhirnya sering menyambangiku lebih dari biasanya bahkan pas malam minggu juga. Ada rasa senang tapi di sisi lain aku sedikit bingung karena katanya dia jadian dengan Karin, mengapa dia datang malam minggu justru ke tempat kostku???? Tapi aku tak peduli karena justru seringnya dia datang justru menumbuhkan cintaku yang semakin  subur dan aku tahu kalau aku  tak bertepuk tangan sebelah. Ternyata dia dengan Karin belum jadian hanya teman-teman saja yang sering menjodohkannya , akhirnya dia menjaga jarak dengan Karin agar tak ada lagi prasangka kalau dia suka dengan Karin.

Lima tahun setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan, aku menikah dengan Ganuk yang resmi menjadi suamiku. Sudah hampir 24 tahun aku dan dia mengarungi bahtera rumah tangga dan aku menemukan belahan jiwaku. Aku dikaruniai dua anak yang sulung baru lulus menjadi sarjana teknik komputer dari Universitas Telkom di Bandung dan adiknya baru semester tiga di Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung juga Ternyata memang cinta bisa tumbuh karena terbiasa dan aku sudah membuktikannya, kebersamaan yang intens antara aku dan suamiku dulu menumbuhkan benih-benih cinta yang terus dipupuk sampai sekarang dan aku bersyukur sudah dapat melalui banyak rintangan dalam pernikahanku . Kini aku bahagia dengan hidupku bersama belahan jiwaku..








21 komentar:

  1. ahem... kalau orang dulu, si perempuannya tidak berani bilang sih ya Mbak.. :) Jadi sering kejadian cinta bertepuk sebelah tangan. Untungnya cinta Mbak tidak bertepuk sebelah tangan... :)

    BalasHapus
  2. Telah 24 tahun ya, Mbak. Semoga bahagia selalu ya, Mbak. Semoga sukses pula kontes ini.

    BalasHapus
  3. akhirnya berbuah manis ya mba... :D

    BalasHapus
  4. wah selamat ya mbak akhirnya bs jadi suami...so sweet

    BalasHapus
  5. ciiiee mamah tira wkwkw ihiieerr wah saya punya kisah cinta gitu juga gak ya?? hehehe

    BalasHapus
  6. iya mak Riski, untungnya bisa bersambut dan langgeng

    BalasHapus
  7. mas Akhmad, iya waktu terasa cepat ternyata sudah 24 tahun bisa bersama terus. Terimaksih doanya

    BalasHapus
  8. iya mbak Santi berbuah manis dan tambah bonus dua anak

    BalasHapus
  9. iya mbak Susanti, akhirnya perjuangan yg tidak sia-sia bisa mendapatkan pasangan

    BalasHapus
  10. Pasti mas Angki punya cerita cinta sendiri yang akan dikenang terus

    BalasHapus
  11. mas Redo, ini blog pribadi saya saja

    BalasHapus
  12. ihir tresno jalaran soko kulino...aku juga mengalaminya sih mah :D

    BalasHapus
  13. wah berarti mbak Chella punya pengalaman yang sama , dan kita juga sama-sama guru

    BalasHapus
  14. Wah mgkn sama spt kisah cintaku mak Tira, tp beda runtutannya...tp intinya sama witing tresno jalaran soko kulino...karena seringnya dia telpon saya, main ke kost, mengantar sy kmnpun sy pergi dll...akhirnya jadi deh.... kini sudah hampir 18 th kami berkeluarga mak.... alhamdulillah

    BalasHapus
  15. Mantap mbak Tira kisah cintanya... Menurutku cinta yang tumbuh dari "witing tresno jalaran sokokulino" adalah cinta yang bergulir dan mengalir indah apa adanya... Gak pake poles2...gak pake nutup2i sifat jelek.. semuanya terbuka saja sampai akhirnya saling mengenal dengan sendirinya dan jatu cinta pada aslinya...

    BalasHapus
  16. Kisah perjalanan cintanya so sweet Ibu :)

    BalasHapus
  17. betul mak Irowati dan merasa sudah mengenalnya lebih dalam

    BalasHapus
  18. betul mak Rita, dari awal saya sudah tahu sifat baik dan buruknya dan tak perlu lagi jaga image , karena masing2 sudah mengenal dengan baik

    BalasHapus
  19. iya mas Eka sampai sekarang masih selalu terkenang

    BalasHapus