Kota
Palembang bangga dengan jembatan Amperanya, kota Banjarmasin bangga dengan
jembatan Baritonya. Nah, kalau Padang
??? Waktu saya ke Padang , saya juga sudah mendapat informasi kalau di kota
Padang juga terdapat jembatan yang diberi nama Jembatan Siti Nurbaya. Jembatan
ini dibangun tahun 2002 dengan panjang badan jembatan 100 meter dan pajang
total mulai dari kaki jembatan di jalan Nipah sampai dengan jalan batang Arau
ada sepanjang 600 meter. Jembatan ini menghubungkan kelurahan Berok Nipah dan
Batang Arau yang termasuk kawasan Pencinan kota Padang. Di bawah jembatan
terdapat sungai Batang Arau. Muara sungai Batang Arau ini digunakan pelabuhan
yang dikenal dengan pelabuhan Muaro tempat para nelayan menambatkan perahu dan
kapalnya. Bahkan kapal yang menuju kepulauan Mentawai berangkat dari pelabuhan
Muaro ini.
Mengapa
diberi nama Siti Nurbaya??? Mungkin kita sudah mengenal cerita tentang Siti
Nurbaya yang terdapat di sebuah novel karya Marah Rusli yang berjudul Kasih Tak
Sampai pada tahun 1922. Novel itu menceritakan kisah cinta Siti Nurbaya dengan
seorang pemuda Samsulbahri. Cinta mereka kandas karena Siti Nurbaya dipaksa
menikah dengan Datuk Maringgih saudagar kaya yang gemar berpoligami. Tetapi
cinta Siti Nurbaya tetap pada Samsulbahri sehingga akhirnya Datuk Maringgih
membunuh Siti Nubaya karena Siti Nurbaya lebih memilih Samsulbahri. Cerita yang
hampir mirip dengan cerita Romeo dan Juliet , nah ini versi Indonesianya.
Menurut kabar Siti Nurbaya dan Samsulbahri dimakamkan di puncak Gunung Padang,
walau kebenarannya masih menjadi pertanyaan tetapi memang di puncak Gunung
Padang terdapat makam yang diyakini makam Siti Nurbaya.
Jembatan
Siti Nurbaya ini di sisi kiri dan kanan terdapat tiang-tiang lampu yang
berjejer rapih dan terdapat akses untuk pejalan kaki. Dan saat malam hari akses untuk jalan kaki ini
digunakan untuk berjualan makanan seperti jagung bakar, pisang bakar dan
berbagai minuman. Pada malam hari air dari sungai Batang Arau tampak gemerlapan
terkena lampu-lampu yang tegak di sisi jembatan, sayangnya banyak lampu yang
sudah tak menyala lagi, padahal bila diperhatikan lampunya akan membentuk
kombinasi rumah gadang, rumah khas Sumatera
Barat. Waktu saya ke atas jembatan pada malam hari suasana remang-remang
memang terasa dan sinar dari lampu dan kapal-kapal yang ada di bawah jembatan
tampak indah. Apalagi dilihat dari kejauhan tampak eksotis, hanya sayangnya
lampu yang tidak menyala itu membuat sinar dari lampunya terputus. Sayangnya
kok tidak segera dibetulkan sehingga terlihat kurang bagus . Pagi hari
saya juga kembali ke jembatan dan banyak orang yang berdiri di sisi jembatan
menikmati mentari pagi karean suasan masih sepi dan saya juga tak lupa berfoto
di atas jembatan yang katanya menjadi kebanggaan kota Padang juga.