Waktu
berkunjung ke Bukittingi yang pertama ada di benak saya , ya jam Gadang ini. Dari
kota Padang saya menuju ke Bukittinggi. Jam Gadang sudah menjadi ikon kota
Bukittinggi dan letaknya juga ada di
jantung kota di sebuah taman seluas 100 meter persegi. Tamannya dikenal dengan
taman Sabai Nan Aluih. Di taman itu
banyak pepohonan yang besar ,rindag dan membuat suasana menjadi adem. Selain
itu tamannya dilengkapi dengan kursi-kusri beton untuk bersantai. Saat sampai di sana, saya terpaku berdiri agak
jauh memandang jam Gadang. Akhirnya saya bisa berdiri dekat jam gadang yang
tadinya hanya saya lihat dari gambar atau dulu belajar saat sekolah dasar.
Jam
gadang artinya jam besar. Wah , itu gak dipungkiri lagi , memang besar sekali.
Tingginya mencapai 26 meter dan bulatan jamnya mempunyai diameter 80 cm . Latar
belakang jamnya berwarna putih dan jarum jamnya berwarna hitam .Uniknya angka
ditulis dengan angka romawi. Tapi yang lebih
unik lagi di angka 4, seharusnya angka romawinya IV tapi di jam tersebut
ditulis IIII..Menurut cerita jam gadang ini dibagun tahun 1826 sebagai hadiah
dari ratu Belanda ke sekretaris kota Bukittinggi yang waktu itu bernama Rook Maker.
Arsiteknya bernama Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Perlu berbangga hati karena mesin
jam Gadang ini hanya terdapat dua di dunia, satu di Bukittinggi satu lagi ada
di Inggris ,BigBen. Mesinnya dijalani manual dan diberi nama Brixlion. Jam Gadang
mengalami perubahan pada atapnya. Saat pertama kali dibangun pada jaman Belanda
berbentuk bulat dengan patung ayam jantan. Kemudian di rubah saat masa
penjajahan Jepang menjadi berbentuk atap kelenteng. Akhirnya setelah merdeka
atapnya diubah menjadi bergonjong empat layaknya atap rumah Minangkabau dan
bermotif pucuk rebung.
Di
kawasan taman ini juga tersedia bendi yang bisa digunakan untuk berkeliling
kota. Di dekatnya terdapat Pasar Atas yang merupakan pusat perdaganagn di kota
Bukittinggi dan di sekeliling taman ini banyak terdapat penginapan . Kalau
melihat kota Bukittinggi dengan udara yang dingin , mengingatkan saya pada
Lembang yang tak jauh dari kota Bandung. Berjalan-jalan sepanjang taman dengan
udara yang adem dengan pohon yang rindang memberikan sensasi tersendiri.
Apalagi di sana banyak dijual panganan yang pertama kali saya baru mencobanya.
Karupuak mie kuah sate . Kerupuk ubi yang sudah digoreng di atasnya diberi mie
yang ditaruh saus sate di bagian atas mienya. Rasanya cukup lumayan di lidah
saya. Menurut supir yang mengantarkan saya, paling indah jam Gadang dilihat
saat senja menjelang malam. Berhubung waktu yang tak lama sehingga tak memungkinkan
untuk melihat jam Gadang pada senja hari.. Sebelum meninggalkan taman itu ,
saya menatap kembali jam Gadang dari kejauhan. Tampak gagah berdiri, sayangnya tidak diperkenankan masuk ke bagian atas jam Gadang.