Kira-kira
sepuluh jam lalu sebuah nomer tak dikenal menghubungiku. Dani. Aku harus
berpikir lama untuk mengenal siapa dirinya . Hubungan denganku seperti apa,
karena sudah lama sekali tak bertemu dengan Dani. Hampri 30 tahun yang lalu,
saat aku dan Dani masih kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan. Sungguh terkejut
Dani kembali menyapaku kali ini setelah sekian tahun aku dan Dani hilang kontak
. Dani mengharapkan aku ikut bergabung dengan dirinya di tempat perlindungan hewan
yang ditelantarkan. Ah , Dani ternyata sekian tahun tak membuatnya hilang kepedulian dengan hewan –hewan yang
ditelantarkan di jalanan.
“Gimana Ta, mau gak ikut bergabung
denganku lagi ?”tanyanya lagi. Aku terdiam lama, bukan aku tak mau tapi
kesibukanku juga menyita waktu. Di sisi lain aku ingin sekali mengulang
kegiatan-kegiatan pemeliharaan hewan terlantar yang dulu sekali pernah aku
lakukan bersama Dani. Ada sesuatu yang kadang tersembunyi rapih di sudut
hatiku. Cintakah???? Ya, aku terlanjur menyayangi hewan terutama anjing.
Menurutku anjing itu hewan yang imut, lucu dan anjing akan selalu setia pada
yang memeliharanya. Karena aku begitu menyayangi anjing, dulu aku mau bergabung
dengan Dani untuk memelihara hewan –hewan peliharaan yang terlantar di jalanan
. Dengan rasa cinta aku memelihara mereka. Hewan-hewan yang tadinya
diterlantarkan menjadi hewan-hewan yang bersih, lucu. Kecintaanku pada
hewan-hewan peliharaan itu seperti virus yang selalu menyerang diriku.
Berkali-kali aku ingin berhenti karena mendapat tawaran kerja di tempat lain,
tapi berulang kali aku menolaknya. Sampai aku menikah dan harus meninggalkan
semua yang sudah aku rintis di rumah perlindungan bersama Dani. Dan mulai saat
itu aku kehilangan kontak dengan Dani.
“Ta, kamu masih ada di sana?” tanya
Dani. Aku kembali tersadar dari lamunan .
“Aku coba pikirkan lagi ya Dan.”tukasku.
“Ok, aku tunggu Ta, selamat siang.”
Aku termangu menatap ponselku.
Siang itu aku menyempatkan waktu
makan siangku untuk ke tempat perlindungan hewan milik Dani di daerah Cimahi.
Aku memegang denah yang Dani berikan padaku.
“Nin, kalau pak Tono tanya aku,
bilang aku ijin keluar dulu,” tukasku pada temanku. Nina mengangguk.
“Ta, kamu mau ke tempatnya Dani?
Kamu mau membantunya?” tanyanya.
“Gak tahu Nin, aku ingin
melihat-lihat dulu. Entahlah , aku masih ragu,” tukasku. Nina dulu juga
berteman dengan aku dan Dani, tapi dia kuliah di jurusan lain. Aku beranjak
dari hadapan Nina.
Dani menghantarkan aku melihat-lihat
hewan-hewan yang sudah dipelihara dan belum diadopsi. Aku melihat anjing kecil,
imut dengan bulu yang panjang, ikal. Aku ingat dengan Browny yang pernah aku
perlihara , mirip.
“Ini Kitty,”tukas Dani sambil menggendongnya
dan menyerahkan padaku. Kitty menatapku dengan matanya yang lucu, mengedip-ngedip
. Aku mengelus kepalanya dan tubuhnya yang dipenuhi bulu ikalnya. Kitty
menggelinjang. Aku tergelak melihat tingkahnya. Dani menatapku.
“Kamu masih seperti dulu
Ta,”tukasnya. Aku tergelak. Aku tak mau melepas Kitty dari pelukanku.
“Ya, ampun Dan , dia
tidur,”teriakku. Dengan enaknya Kity berbaring di pelukanku. Matanya terpejam.
Entah mengapa kecintaanku pada anjing mulai kembali terusik, apalagi melihat
kelucuan dari Kitty. Dan itulah yang
dipakai Dani untuk membujuk aku untuk kembali bergabung dengannya.. Tapi aku
masih saja mempertahankan egoku untuk mengatakan tidak padanya. Ada satu sisi
yang aku tak mau bergabung dengannya lagi.
“Aku kan masih pikir-pikir dulu
Dan.” Dani menatap tajam. Aku memalingkan dari wajahnya . Aku tak mau terlihat
seperti anak tolol di hadapannya. Aku tak tahu apakah Dani tahu kalau dulu
sekali aku begitu iri terhadap dirinya. Dani begitu sempurna .Apa yang dia lakukan
selalu berhasil,sedangkan diriku????? Dani sukses dengan pekerjaanya dan bahkan
dengan kegiatan dengan rumah pelindungan hewannya. Sedangkan aku, aku hanya
menjadi bayang-bayang dirinya. Itulah sebabnya aku mengundurkan diri untuk
mencari peruntungan di tempat lain. Sukses???? Entahlah, aku tak merasa diriku
sukses, tapi Dani yang tetaplah Dani yang dulu. Sederhana . Aku pulang dengan
bayang-bayang Kitty yang tertidur dalam pelukanku. Waktu akan pulang aku
memeluknya sekali lagi.
“Bye Kitty.....” Aku beranjak dari
sana.
Beberapa hari ini aku semakin
gelisah. Perasaan rindu pada Kitty
begitu membuatku ingin kembali ke sana. Pegri tidak ya. Aku masih gengsi
untuk kembali lagi ke sana???? Bayang-bayang kelucuan Kitty dan hewan lainnya
yang ada di sana, membuatku gelisah.
“Kalau mama memang masih ingin
membantu rumah perlindungan hewan, lakukan saja,” tukas suamiku. Ternyata kecintaanku
akan hewan tak pernah surut walau sudah 20 tahun lebih aku meninggalkan semua
kegiatan itu tapi masih banyak cinta yang tersimpan untuk hewan-hewan
terlantar. Kadang aku harus menghapus rasa cintaku tapi justru itu sangat
menyakitkan. Apalagi kalau aku melihat anjing, kucing yang lucu-lucu , itu
membuatku merasakan sakit di dadaku.
“Aku masih ragu.” Suamiku memeluku
perlahan.
“Hilangkan rasa iri dirimu. Kamu
sudah mendapatkan apa yang kamu ingin di tempat kerjamu. Apalagi yang mau kau
buktikan pada Dani. Sudahlah itu sudah lama berlalu. Persaingan itu gak baik,
apalagi Dani juga belum tentu mengajakmu lagi untuk hanya karena ingin
memperlihatkan kalau dia sukses. Berpikirlah positif , ma ,” tukasnya lagi. Aku
termangu. Hatiku tersentil oleh ucapan suamiku. Apa aku memang masih memendam
rasa iri selama ini???? Sudah 20 tahun???? Aku seperti tersadar dalam mimpi
yang panjang. Mengapa aku terjebak dengan kedengkian yang sekian lama
menguasaiku???? Lihat banyak hewan-hewan yang terlantar yang butuh bantuan dan
cintaku . Apa mereka akan menungguku sampai rasa dengkiku hilang????? Mereka
tak bisa menunggu lagi. Mereka butuh kasih sayang dariku. Aku terlonjak dari
dudukku.
“Ada apa?” tanya suamiku terkejut.
“Aku sudah memutuskan. Aku akan bergabung,”seruku.
Entah tiba-tiba saja ganjalan yang ada di hati yang tersimpan lama di pojok
hatiku, hilang seketika. Ah, Kitty tunggu aku ya!!!!!
Setiap jejak langkahku di jalanan adalah jejak cinta
yang akan membawa hewan-hewan itu berakhir di tempat yang penuh dengan cinta. Kitty
terlihat lucu di tengah anjing-anjing dan kucing-kucing yang lain. Aku serasa
melihat mata cinta mereka menatapku dan mengucapkan padaku ucapan penuh kerinduan.
“Selamat datang cinta kak Tita. Kami
di sini menunggu cintamu untuk kami. Kami rindu belaian tanganmu.” Kitty
mengibas-ngibaskan ekornya yang kecil.Merapat di tubuhku Kupandang langit yang
membiru dengan teriknya matahari tak pernah aku surutkan langkahku. Mengambil
hewan di jalan untuk dipelihara dan dilindungi dari kejahatan, . menyayangi
mereka dengan cinta. Tanganku tak pernah
berhenti memberi makan, memberikan perhatian pada anjing dan kucing mungil yang
datang dari penjuru wilayah. Di sini mereka berteduh. Di sini mereka berlabuh
dalam tangan-tangan cinta yang dengan kerelaannya memberikan sedikit cinta yang
dimilikinya untuk mereka. Kini aku merasakan perasaan yang jauh lebih tenang
saat aku melihat bola-bola mata yang kembali ceria . Mereka juga butuh hidup
dengan cinta, bukan di jalanan yang menempa mereka keras. Butuh secuil cinta.
Dan aku ada untuk mereka. Kitty. Aku datang untukmu......I Love my baby dog,
cat and...everything about animal!!
Sumber gambar : http://featherheartdesigns.blogspot.com/2011/01/double-bow-bridal-headpiece-at-sara.html
Sumber gambar anjing : https://febriyanadwirani.wordpress.com/category/all-about-anjing/