Gambar dari sini
Masa
SMA itu banyak yang bilang masa yang paling menyenangkan. Betul??? Ya, aku sih
setuju. Apalagi aku berada bersama teman-teman yang memang seru sekali.
Kebetulan aku berada di sekolah katolik yang dulu hanya berisi siswa cewek
saja. Nah, betapa serunya. Kelas selalu ribut
dengan nyinyiran anak cewek yang sering terdengar menyakitkan telinga. Begitu
kata seorang guru kami. Rasanya telinga mau pecah mendengar ocehan anak-anak muridnya.
Bagi
kami , guru pria adalah guru yang istimewa karena langkanya laki-laki di
lingkungan sekolahku. Guru laki-laki harus tahan mental dan berhati-hati dengan
anak-anak cewek yang hampir semuanya nyinyir gak ketulungan. Suatu waktu ada
guru lakil-laki baru dan mengajar bahasa Indonesia. Astaga wajahnya imut-imut
dan gantengnya. Dan itu jadi makanan kami. Semua berebut mencari perhatiannya.
Untuk perkenalan pak Adi nama guru baru itu masuk semua kelas. Dan aku bersama
teman-teman sungguh senang berhadapan dengan guru tampan. Sudah lama kami hanya
mendapatkan guru laki-laki yang standart wajahnya. Tapi aku mulai kecewa saat pak
Adi hanya mengajar anak bahasa dan IPS. Anak bahasa dan IPS bersorak girang sedang
anak IPA harus gigit jari. Tapi itu tak membuat kita kehilangan akal. Saat pak
Adi lagi ngajar kelas bahasa, dimana kelas bahasa letaknya lebih rendah dari
kelas IPA sehingga bisa terlihat kelas bahasa termasuk guru yang mengajarnya.
Alhasil pas kelas kosong dan pak Adi sedang mengajar, kita mluai mengintip pak
Adi dan melambai-lambaikan tangan. Pak Adi sekilas melihat dan saat itulah kita
semua bersorak. Seperti dapat lotre karena pak Adi menoleh dan memperhatikan
tingkah kita. Ah.... tapi akhirnya kita harus kecewa karena tak berapa lama pak
Adi mengundurkan diri. Entah apa alasannya. Beliau malah kerja di surat kabar
terkenal nasional. Ih , sebelllll.
Guru
yang aku paling kesel adalah guru
parktikum fisika. Entah mengapa bagiku praktikum fisika itu gak menarik banget.
Bola mengelinding , dihitung kecepatannya, katrol dicari percepatannya. Sangat
gak menarik. Dan lebih tak menarik lagi guru praktikumnya sangat nyinyir
banget. Dengan kepala botak di bagian tengah kepala saja, bikin hari-hari di
sekolah suram. Saat itu aku sedang melakukan percobaan katrol. Dengan mengganti
beban kita disuruh mencari percepatannya. Berhubung bosan dengan percobaannya,
aku dan teman-temnku iseng-iseng mengambil hambatan. Hambatan ini ada ukurannya
yang bisa dihitung dari garis yang ada disana. Ada garis hijau, merah (lupa
euy) .Nah di kedua ujungnya ada kaitan dari kawat. Salah satu ujungnya ditekuk
sehingga menyerupai anting-anting. Secara serentak tanpa disuruh semua kelompok
aku menggunakan hambatan itu di telinga. Dan kepala kita mulai digeleng-gelengkan.
Semua teman tertawa keras. Alhasil guru praktikum mendatangi kita dan melihat
ke arah kita. Sambil menggeleng-gelengkan kepala,akhirnya beliau memberikan
hukuman bagi kelompok aku. Setelah praktikum sekelompok tidak boleh istirahat
tapi berdiri di pintu laboartorium pakai anting-anting dari hambatan dan harus
mengeleng-gelengkan kepala sehingga hambatan itu terayun-ayun . Lucu... dan
menjadi tontonan siswa lainnya. Tapi aku dan kelompokku cuek saja jadi tontonan
. Eh, jangan ditiru ya.....
Kepala sekolahku Sr Tresnowati , masih tampak muda walau usianya sudah 80an. Peraturannya ketat sekali tapi dari beliau aku banyak belajar
Kenangan
yang terindah saat aku harus meninggalkan sekolah. Aku membuat sulaman di atas
kain yang berisi tanda tangan teman-temanku satu kelas dan aku hias dengan
hiasan bunga. Aku berikan pada kepala sekolahku. Waktu itu suster Tresnawati
yang menjadi kepala sekolah. Walau aku suka kesal dengan aturannya yang begitu
keras tapi justru aku banyak ditempa dengan kedisplinan beliau. Sekarang sangat
aku rasakan aku menjadi orang yang disiplin , taat aturan . Rasa empati semua
berasal dari didikan beliau. Saat hasil sulaman aku berikan pada beliau, aku
melihat air mata yang keluar dari sudut matanya. Dan aku melihat air matanya
mengalir kembali saat aku memberikan buku karya aku pada beliau setelah hampir
35 tahun tak berjumpa. Begitulah masa-masa putih abu-abu tak akan pernah aku
lupakan. Buat teman-temanku, betapa aku merindukan kalian , bercerita tentang
masa-masa dulu, masa yang penuh kenangan yang tak penah aku lupakan. Masa remaja
yang penuh gejolak , labil. Tapi masa-masa yang membahagiakan. Salam rindu
untuk alumni SMA St Angela Bandung tahun 1982, juga untuk guru-guruku yang
sangat membanggakan. Untuk almarhum pak Malikul, Pak Tono selalu aku mendoakan
mereka dalam doaku. Buat guru-guruku yang lain terimakasih untuk semua yang
telah kalian berikan untuk aku.