Gambar dari sini
“Tu
...wa ...ga...pat........,” teriak Ria lantang . Ria menelungkupkan tangannya
untuk menutupi matanya sambil berhitung sampai sepuluh . Kalau masih terdengar
suara anak-anak berlari, Ria akan berseru lagi.
“Sudah belum,”teriaknya.
“Belum.” Ria kembali menghitung
sampai terdengar suara sudah dari anak-anak yang sedang bersembunyi. Ria mulai
mencari satu persatu anak-anak yang lagi sembunyi. Saat dia menemukan salah
satu anak , Ria akan menyebutkan nama anak tersebut dengan keras.
“Anto,”teriaknya, sambil berlari dan
mendekati tempat semula. Saat Ria sedang mencari lagi, tak disangka Tia berlari
menuju tembok tempat tadi Ria menghitung dan terdengar suara nyaring dari mulut
Tia.
“Kena,”teriaknya sambil menempelkan
tangannya pada dinding. Karena Tia bisa sampai tanpa diketahui Ria, maka Ria
jadi kembali. Dan Ria harus kembali menghitung sampai semua anak kembali
bersembunyi.
“Tu...wa...ga...pat,” begitu suaranya.
“Sudah belum.”
“Sudah.”
Demikianlah permainan petak umpet
yang dilakukan aku dan teman-temanku yang tinggal berdekatan. Kebetulan aku
tinggal di komplek perumahan saat masih kecil. Hampir setiap rumah punya anak
yang hampir seumuran. Kalaupun tak sama hanya beda dua-sampai tiga tahun lebih
tua atau muda. Dan serunya bermain petak umpet itu seperti kecanduan. Tak pernah
bosan . Hampir setiap hari selalu bermain petak umpet. Tampang ceria , kesal
atau jahil selalu ada pada wajah-wajah anak-anak saat bermain. Tubuh bergerak
dan berlari secepat mungkin agar bisa mendahului yang jadi. Seruunya itu bikin ketagihan dan saat sudah
waktunya pulang karena sudah sore, kami akan tetap pura-pura tak mendengar
karena masih asyik bermain. Hampir setiap ibu datang ke lapangan untuk menyuruh
anaknya pulang, bahkan kebanyakan belum mandi.
“Ayo, pulang. Belum mandi sudah
sore.” Begitu suara ibu-ibu memanggil anaknya untuk pulang. Dasar bandel ,
anak-anak masih saja bermain.
“Nanti belum magrib,”tukas anak-anak
termasuk aku. Ada saja alasan untuk tak pulang ke rumah kalau dipanggil mamaku.
Ternyata karakater teman-temanku itu
bermacam-macam. Ada yang cengeng , ada yang gak mau kalah , maunya menang
terus. Ada lagi yang jahil . Kadang itu mewarnai permainan petak umpet ini. Ada
temanku namanya Tara. Dia laki-laki tapi agak cengeng. Jadi anak-anak yang lain
berusaha agar tak ketahuan kalau sembunyi dan bisa mengalahkan Tara sehingga Tara
akan jadi lagi. Dan biasanya sambil anak-anak berteriak.
“Tara ...jadi lagi, Tara jadi lagi.”
Dan kalau semakin banyak yang berteriak , pastilah Tara akan menangis dan pulang ke rumahnya. Aku termasuk anak yang
jail. Sering aku sembunyi di rumah , tidak keluar-keluar. Jadi anak yang jadi
mencari terus dan akhirya dibantu teman yang lain mencari aku, padahal aku lagi
tenang-tenang nonton tv di rumah. Sampai suatu waktu aku ketahuan kalau aku
sembunyi di rumah. Dan aku mendapat balasannya. Waktu aku jadi, aku mulai
menghitung dan anak-anak mulai sembunyi. Saat aku mulai membuka mata dan mulai
mencari. Tapi aku tak menemukan anak-anak. Sudah aku cari kemana-mana . Sampai
aku sendiri bingung dan kecapaian dan duduk di dekat tembok tempat aku
menghitung sampai sore. Akhirnya saat magrib aku pulang. Saat aku melewati
rumah temanku, aku melihat temanku sedang menonton televisi sambil makan brondong.
Sialan!! Ternyata aku dikerjain sama teman-temanku. Mereka tak bersembunyi di
lapangan tapi di rumah mereka masing-masing. Pulang dengan kesal , tapi aku tak
bisa marah, karena aku mendapat pembalasan akan kejailanku. Satu sama untuk aku
dan teman-temanku.
Permainan
masa kecilku ternyata tak membuat tertarik bagi anak-anak sekarang. Anak-anak
sekarang lebih suka duduk sambil main gadget. Mereka jarang beraktivitas di
luar, jarang bergerak. Anak-anak sekarang lebih cepat lelah kalau diajak
berkegiatan di luar , tak seperti anak-anak jaman aku masih kecil. Hampir semua
permainan membutuhkan fisik yang kuat ,akal yang sehat dan taktik yang jitu.
Anak-anak dulu lebih ceria, lebih sehat . Banyak permainan masa kecil sekarang
sudah jarang dimainkan oleh anak-anak. Paling kalau dimainkan hanya sampai
bertahan di kelas 4 SD saja, selebihnya anak-anak lebih menyukai gadgetnya.
Kebetulan aku punya komunitas anak-anak Circle of Happiness dan pada satu kesempatan
aku memperkenalkan kembali beberapa permainan
tradisional. Aku ajak mereka ke alun-alun di kecamatan Mandirancan
Kuningan dan mengajak mereka bermain .
Permainannya berupa bakiak , jalan dengan batok kelapa dan gendong kaki. Seru
sekali dan anak-anak terlihat gembira . Biarlah anak-anak juga mengenal
permainan tradisional, karena permainan ini sangat bermanfaat untuk
perkembangan fisik, emosi, mental
anak-anak.
Tulisan
ini diikutsertakan dalam Giveaway Permainan Masa Kecil yang diselenggarakan MamaCalvin dan Bunda Salfa
Hihi lucu, Mbak. Ternyata anaknya jail dulu ya.
BalasHapusMembaca ini, saya jadi sadar. Permainan seperti ini mengajarkan anak2 untuk bermasyarakat. Bagaimana mengenali karakter anak2 lain, bagaimana menerima reaksi dari anak lain, dan belajar untuk lebih baik.
Anak2 di dekat rumah saya masih main permainan tradisional. Saya tinggal di kota besar tapi lingkungannya masih setengah kampung. Masih kentara kehidupan bermasyarakat tradisional Indonesia. Cuma anak2nya banyak yang kasar2, Mbak. Kalo main cenderung mencari anak yang bisa di-bully. Anak saya pernah jadi sasarannya. SAya tidak suka. Saya selalu mengatakan sama anak2, kalau bermain itu seharusnya sama2 senang. Kalo ada satu anak yang merasa tidak senang, itu bukan bermain namanya. Pernah pula beberapa kali anak2 itu bertandang ke rumah, perilakunya berangasan. Seenaknya naik2 di meja dan masuk kamar. Sudah saya beri peringatan berkali2, tetap saja demikian. Bbrp kali juga masuk sampai ruang makan dan membuka2 tutup tudung saji. Saya sudah beri peringatan, tetap saja dilakukan. Aih, saya tidak suka. Mana sehari2nya bahasa yang anak2 sini pakai kasar pula. Jadinya anak saya jarang keluar rumah, Mbak. Tapi kalau sama saudaranya, mereka punya permainan sendiri yang bukan gadget.
*Ralat: (anak2 itu) Seenaknya naik2 di kursi dan masuk kamar tidur*
BalasHapusdi rumah saya jg paling sering mainan petak umpet sama anak2:) seru banget
BalasHapussukses ya mamah tira selalu awasome sama dunianya dan anak" kecilnya mantap euy....
BalasHapusHahaha. Asyikkkk. Berasa kecil lagi lho mbak :)
BalasHapusAnak-anakku aja ga pernah mainin permainan zaman dulu, mba. Teman-temannya udah ga ada yg mainin :(
BalasHapusDi sini hampr gak ada mainan kaya gitu. Hilang ketelan hape dan PS. Padahal dulu itu seru banget.
BalasHapusiya mbak Niar, untungnya aku dulu atau anak-anakku gak ada teman seperti itu jadi belum pernah punya pengalaman
BalasHapusiya mak Kania, seruuu dan suak suak cari persembunyian yang gak bakal diketahui
BalasHapusmas Angki, main dg anak-anak itu bikin ceria
BalasHapusnah mas Bai aku mah selalu senang main beginian karena bergaulnya juga dg anak2
BalasHapusnah itulam Mbak Leyla, anak sekarang sudah beda permainnya
BalasHapusiya mbak Anisa, makanya aku suka banget mengenalkan permainan anak jaman dulu sama anak-anak asuhku
BalasHapusKangen banget sama mainan jaman dulu :( merasa beruntung karena bisa merasakan permainan tradisional ya mba
BalasHapuslangsung keingat masa kecil lagi main petak umpet, bakiak
BalasHapuswah, rencana mau ikutan juga GA ini. tapi rencana tinggal rencana. hehe..
BalasHapusbetul bunda Unie, kiat beruntung ya, permainan kiat dulu sangat bervariasi
BalasHapusdulu emang macem2 ya permainannya dan menuntut kita mengenal karakter teman sepermainan. beda banget dengan anak jaman sekarang, mengenalnya lewat saling sapa dan mensyen di sosmed hihihi
BalasHapusiya mbak Harie dan suka jahilin teman kalau kalah
BalasHapusyuk ikutan mas Tanto
BalasHapusbetul mbak Dwi dan kiat lebih bsia bersosialisasi dg banyak orang
BalasHapuswah mainan ini sangat enak, asyek2 jadi inget masa lalu
BalasHapusSekarang sudah susah nemu anak-anak mainan model beginian. Dulu saya suka petak umpet, engklek, gundu, dan lain-lain. Sekarang sudah nggak ada yang masih suka main begitu, bahkan di desa sekalipun. Sedih.
BalasHapusbetul mbak atanasia
BalasHapusiya mas Nuno , makanya kita yg harus memperkenalkan pada anak2 ya agar gak punah
BalasHapusPonakanku semuanya masih main mainan kampuuung sama aku, dan itu seru. Sukaa!
BalasHapusAnak2 sekarang masih main ngak yaa petak umpet ini ??? kayak nya semua sibuk dengan ipad nya :-(
BalasHapusiyaa..aku juga pernah main bakiak dan jalan dengan batok kelapa,,,seru banget saat itu,
BalasHapusselamat berlomba yaa..smoga menjadi yang terbaik..
salam dari Makassar-Banjarbaru :-)
jadi inget masa kecil :D
BalasHapusFlashback ke masa kecil, jadi rinduuuuu :)
BalasHapusIni permainan saya kecil salahsatunya, beda dengan sekarang yang sudah dengan teknologi-.-
BalasHapuswah asyik mbak Uni kalau ponakannya masih mau
BalasHapusbetul mas Toro
BalasHapusmakasih mas Hariyanto
BalasHapuspengobatan kanker prankreas, iya masa kecil yg indah
BalasHapusiya mbak Titis rindu masa kanak-kanak yg menyenangkan
BalasHapusiya mas Agus petak umpet itu bikin otak , anggota tubuh semua bekerja
BalasHapusIya nih, permainan kayak gini emang udah jarang banget. Saya juga udah nggak pernah liat lagi anak-anak main bareng pas sore. Nggak tahu deh kalau di sekolah, mereka masih nggak main permainan bareng teman-temannya, atau sibuk main dengan gadget masing-masing dan ketemu teman-temannya di dunia maya. Kok berasa jadi Menjauhkan yang dekat ya...
BalasHapusduh rindunya jadi nostalgia deh :')
BalasHapusHahahha....jd keingat masa kecil mbak. Di kampung namanya bkn petak umpet. Tp prengsip....hahhahah...
BalasHapusSlm kenal....
yup mas Iman , makanya aku memperkenalkan kembali permainan ini untuk anak-anak asuhku agar mereka juga mengalami hal yang sama dengan aku
BalasHapusiya mbak Ranika, rindu bermain saat kecil, tak akan terulang kembali
BalasHapusoh gitu ya mas Andi, istilahnya berbeda tiap daerah ya
BalasHapusSaya juga sering mainan ini dulu. Kalau saya namanya "enggok-enggok"
BalasHapusTerima Kasih sudah ikut GA saya dan mbak Lidya
Saya sering mainan ini duluu mak..
BalasHapusPetak umpet!!
BalasHapusPonakanku diajak main, dia ngumpet tp teriak, hihi
main petak umpet paling sebel kalo kita kebagian tutu mata ya mba... :D
BalasHapussensasi main petak umpet niy emang berbeda dr yang laiin, sering bgt kebagian yg tutup mataaa
BalasHapussensasi main petak umpet niy emang berbeda dr yang laiin, sering bgt kebagian yg tutup mataaa
BalasHapusRahmah Chemist, enggok-enggok , istilahnya lucu juga ya
BalasHapusiya mbak Yasinta pastinya seru
BalasHapuspastinya ponakannya masih kecil dan belum mengerti kan mbak Jiah
BalasHapusiya mbak Santi apalagi terus2an bikin tambah jengkel
BalasHapusiya mbak Hanie dan kalau kebagian tutup mata terus harus tahan mental
BalasHapusjadi berfikir, mengajari anak-anak dengan permainan aku kecil dulu, tapi sementara baru permainan yang bisa dilakukan di dalam rumah. Terima kasih sudha berpartisipasi ya mba
BalasHapusHihihii teriakan "Udah beluuum?" itu khas banget yaa dari permainan petak umpet :D
BalasHapussama-sama mbak lidya
BalasHapusiya mas Sujiwo, padahal dengan menjawab sudah bisa ketahuan ya tempat persembunyiannya
BalasHapus
BalasHapusviagra
viagra asli
jual viagra
toko viagra
viagra original
viagra usa
viagra pfizer
obat viagra asli
obat viagra
obat kuat viagra
apotik viagra
apotik viagra asli
agen viagra
agen viagra asli
toko viagra asli
jual viagra asli
agen viagra jakarta
jual viagra jakarta
toko viagra jakarta
apotik viagra jakarta
viagra jakarta
viagra asli jakarta
obat kuat jakarta
obat kuat asli jakarta
harga viagra
harga viagra asli
beli viagra
beli viagra asli
pesan viagra
pesan viagra asli
viagra original usa
harga titan gel
titan gel
titan gel asli
toko titan gel
jual titan gel
agen titan gel
titan gel jakarta
titan gel asli jakarta
titan gel rusia
harga cialis
cialis asli
obat cialis
obat kuat cialis
jual cialis
toko cialis
agen cialis
cialis england
cialis jakarta
cialis asli jakarta