Kamis, 14 Januari 2016

Tu....Wa....Ga....Pat





 Gambar dari sini

           “Tu ...wa ...ga...pat........,” teriak Ria lantang . Ria menelungkupkan tangannya untuk menutupi matanya sambil berhitung sampai sepuluh . Kalau masih terdengar suara anak-anak berlari, Ria akan berseru lagi.
            “Sudah belum,”teriaknya.
            “Belum.” Ria kembali menghitung sampai terdengar suara sudah dari anak-anak yang sedang bersembunyi. Ria mulai mencari satu persatu anak-anak yang lagi sembunyi. Saat dia menemukan salah satu anak , Ria akan menyebutkan nama anak tersebut dengan keras.
            “Anto,”teriaknya, sambil berlari dan mendekati tempat semula. Saat Ria sedang mencari lagi, tak disangka Tia berlari menuju tembok tempat tadi Ria menghitung dan terdengar suara nyaring dari mulut Tia.
            “Kena,”teriaknya sambil menempelkan tangannya pada dinding. Karena Tia bisa sampai tanpa diketahui Ria, maka Ria jadi kembali. Dan Ria harus kembali menghitung sampai semua anak kembali bersembunyi.
            “Tu...wa...ga...pat,” begitu suaranya.
            “Sudah belum.”
            “Sudah.”

            Demikianlah permainan petak umpet yang dilakukan aku dan teman-temanku yang tinggal berdekatan. Kebetulan aku tinggal di komplek perumahan saat masih kecil. Hampir setiap rumah punya anak yang hampir seumuran. Kalaupun tak sama hanya beda dua-sampai tiga tahun lebih tua atau muda. Dan serunya bermain petak umpet itu seperti kecanduan. Tak pernah bosan . Hampir setiap hari selalu bermain petak umpet. Tampang ceria , kesal atau jahil selalu ada pada wajah-wajah anak-anak saat bermain. Tubuh bergerak dan berlari secepat mungkin agar bisa mendahului yang jadi.  Seruunya itu bikin ketagihan dan saat sudah waktunya pulang karena sudah sore, kami akan tetap pura-pura tak mendengar karena masih asyik bermain. Hampir setiap ibu datang ke lapangan untuk menyuruh anaknya pulang, bahkan kebanyakan belum mandi.
            “Ayo, pulang. Belum mandi sudah sore.” Begitu suara ibu-ibu memanggil anaknya untuk pulang. Dasar bandel , anak-anak masih saja bermain.
            “Nanti belum magrib,”tukas anak-anak termasuk aku. Ada saja alasan untuk tak pulang ke rumah kalau dipanggil mamaku.

            Ternyata karakater teman-temanku itu bermacam-macam. Ada yang cengeng , ada yang gak mau kalah , maunya menang terus. Ada lagi yang jahil . Kadang itu mewarnai permainan petak umpet ini. Ada temanku namanya Tara. Dia laki-laki tapi agak cengeng. Jadi anak-anak yang lain berusaha agar tak ketahuan kalau sembunyi dan bisa mengalahkan Tara sehingga Tara akan jadi lagi. Dan biasanya sambil anak-anak berteriak.
            “Tara ...jadi lagi, Tara jadi lagi.” Dan kalau semakin banyak yang berteriak , pastilah Tara akan menangis  dan pulang ke rumahnya. Aku termasuk anak yang jail. Sering aku sembunyi di rumah , tidak keluar-keluar. Jadi anak yang jadi mencari terus dan akhirya dibantu teman yang lain mencari aku, padahal aku lagi tenang-tenang nonton tv di rumah. Sampai suatu waktu aku ketahuan kalau aku sembunyi di rumah. Dan aku mendapat balasannya. Waktu aku jadi, aku mulai menghitung dan anak-anak mulai sembunyi. Saat aku mulai membuka mata dan mulai mencari. Tapi aku tak menemukan anak-anak. Sudah aku cari kemana-mana . Sampai aku sendiri bingung dan kecapaian dan duduk di dekat tembok tempat aku menghitung sampai sore. Akhirnya saat magrib aku pulang. Saat aku melewati rumah temanku, aku melihat temanku sedang menonton televisi sambil makan brondong. Sialan!! Ternyata aku dikerjain sama teman-temanku. Mereka tak bersembunyi di lapangan tapi di rumah mereka masing-masing. Pulang dengan kesal , tapi aku tak bisa marah, karena aku mendapat pembalasan akan kejailanku. Satu sama untuk aku dan teman-temanku.

Permainan masa kecilku ternyata tak membuat tertarik bagi anak-anak sekarang. Anak-anak sekarang lebih suka duduk sambil main gadget. Mereka jarang beraktivitas di luar, jarang bergerak. Anak-anak sekarang lebih cepat lelah kalau diajak berkegiatan di luar , tak seperti anak-anak jaman aku masih kecil. Hampir semua permainan membutuhkan fisik yang kuat ,akal yang sehat dan taktik yang jitu. Anak-anak dulu lebih ceria, lebih sehat . Banyak permainan masa kecil sekarang sudah jarang dimainkan oleh anak-anak. Paling kalau dimainkan hanya sampai bertahan di kelas 4 SD saja, selebihnya anak-anak lebih menyukai gadgetnya. Kebetulan aku punya komunitas anak-anak Circle of Happiness dan pada satu kesempatan aku memperkenalkan kembali beberapa permainan  tradisional. Aku ajak mereka ke alun-alun di kecamatan Mandirancan Kuningan dan mengajak mereka  bermain . Permainannya berupa bakiak , jalan dengan batok kelapa dan gendong kaki. Seru sekali dan anak-anak terlihat gembira . Biarlah anak-anak juga mengenal permainan tradisional, karena permainan ini sangat bermanfaat untuk perkembangan fisik, emosi, mental  anak-anak. 




Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Permainan Masa Kecil yang diselenggarakan MamaCalvin dan Bunda Salfa



59 komentar:

  1. Hihi lucu, Mbak. Ternyata anaknya jail dulu ya.
    Membaca ini, saya jadi sadar. Permainan seperti ini mengajarkan anak2 untuk bermasyarakat. Bagaimana mengenali karakter anak2 lain, bagaimana menerima reaksi dari anak lain, dan belajar untuk lebih baik.

    Anak2 di dekat rumah saya masih main permainan tradisional. Saya tinggal di kota besar tapi lingkungannya masih setengah kampung. Masih kentara kehidupan bermasyarakat tradisional Indonesia. Cuma anak2nya banyak yang kasar2, Mbak. Kalo main cenderung mencari anak yang bisa di-bully. Anak saya pernah jadi sasarannya. SAya tidak suka. Saya selalu mengatakan sama anak2, kalau bermain itu seharusnya sama2 senang. Kalo ada satu anak yang merasa tidak senang, itu bukan bermain namanya. Pernah pula beberapa kali anak2 itu bertandang ke rumah, perilakunya berangasan. Seenaknya naik2 di meja dan masuk kamar. Sudah saya beri peringatan berkali2, tetap saja demikian. Bbrp kali juga masuk sampai ruang makan dan membuka2 tutup tudung saji. Saya sudah beri peringatan, tetap saja dilakukan. Aih, saya tidak suka. Mana sehari2nya bahasa yang anak2 sini pakai kasar pula. Jadinya anak saya jarang keluar rumah, Mbak. Tapi kalau sama saudaranya, mereka punya permainan sendiri yang bukan gadget.

    BalasHapus
  2. *Ralat: (anak2 itu) Seenaknya naik2 di kursi dan masuk kamar tidur*

    BalasHapus
  3. di rumah saya jg paling sering mainan petak umpet sama anak2:) seru banget

    BalasHapus
  4. sukses ya mamah tira selalu awasome sama dunianya dan anak" kecilnya mantap euy....

    BalasHapus
  5. Hahaha. Asyikkkk. Berasa kecil lagi lho mbak :)

    BalasHapus
  6. Anak-anakku aja ga pernah mainin permainan zaman dulu, mba. Teman-temannya udah ga ada yg mainin :(

    BalasHapus
  7. Di sini hampr gak ada mainan kaya gitu. Hilang ketelan hape dan PS. Padahal dulu itu seru banget.

    BalasHapus
  8. iya mbak Niar, untungnya aku dulu atau anak-anakku gak ada teman seperti itu jadi belum pernah punya pengalaman

    BalasHapus
  9. iya mak Kania, seruuu dan suak suak cari persembunyian yang gak bakal diketahui

    BalasHapus
  10. mas Angki, main dg anak-anak itu bikin ceria

    BalasHapus
  11. nah mas Bai aku mah selalu senang main beginian karena bergaulnya juga dg anak2

    BalasHapus
  12. nah itulam Mbak Leyla, anak sekarang sudah beda permainnya

    BalasHapus
  13. iya mbak Anisa, makanya aku suka banget mengenalkan permainan anak jaman dulu sama anak-anak asuhku

    BalasHapus
  14. Kangen banget sama mainan jaman dulu :( merasa beruntung karena bisa merasakan permainan tradisional ya mba

    BalasHapus
  15. langsung keingat masa kecil lagi main petak umpet, bakiak

    BalasHapus
  16. wah, rencana mau ikutan juga GA ini. tapi rencana tinggal rencana. hehe..

    BalasHapus
  17. betul bunda Unie, kiat beruntung ya, permainan kiat dulu sangat bervariasi

    BalasHapus
  18. dulu emang macem2 ya permainannya dan menuntut kita mengenal karakter teman sepermainan. beda banget dengan anak jaman sekarang, mengenalnya lewat saling sapa dan mensyen di sosmed hihihi

    BalasHapus
  19. iya mbak Harie dan suka jahilin teman kalau kalah

    BalasHapus
  20. betul mbak Dwi dan kiat lebih bsia bersosialisasi dg banyak orang

    BalasHapus
  21. wah mainan ini sangat enak, asyek2 jadi inget masa lalu

    BalasHapus
  22. Sekarang sudah susah nemu anak-anak mainan model beginian. Dulu saya suka petak umpet, engklek, gundu, dan lain-lain. Sekarang sudah nggak ada yang masih suka main begitu, bahkan di desa sekalipun. Sedih.

    BalasHapus
  23. iya mas Nuno , makanya kita yg harus memperkenalkan pada anak2 ya agar gak punah

    BalasHapus
  24. Ponakanku semuanya masih main mainan kampuuung sama aku, dan itu seru. Sukaa!

    BalasHapus
  25. Anak2 sekarang masih main ngak yaa petak umpet ini ??? kayak nya semua sibuk dengan ipad nya :-(

    BalasHapus
  26. iyaa..aku juga pernah main bakiak dan jalan dengan batok kelapa,,,seru banget saat itu,
    selamat berlomba yaa..smoga menjadi yang terbaik..
    salam dari Makassar-Banjarbaru :-)

    BalasHapus
  27. Flashback ke masa kecil, jadi rinduuuuu :)

    BalasHapus
  28. Ini permainan saya kecil salahsatunya, beda dengan sekarang yang sudah dengan teknologi-.-

    BalasHapus
  29. wah asyik mbak Uni kalau ponakannya masih mau

    BalasHapus
  30. pengobatan kanker prankreas, iya masa kecil yg indah

    BalasHapus
  31. iya mbak Titis rindu masa kanak-kanak yg menyenangkan

    BalasHapus
  32. iya mas Agus petak umpet itu bikin otak , anggota tubuh semua bekerja

    BalasHapus
  33. Iya nih, permainan kayak gini emang udah jarang banget. Saya juga udah nggak pernah liat lagi anak-anak main bareng pas sore. Nggak tahu deh kalau di sekolah, mereka masih nggak main permainan bareng teman-temannya, atau sibuk main dengan gadget masing-masing dan ketemu teman-temannya di dunia maya. Kok berasa jadi Menjauhkan yang dekat ya...

    BalasHapus
  34. duh rindunya jadi nostalgia deh :')

    BalasHapus
  35. Hahahha....jd keingat masa kecil mbak. Di kampung namanya bkn petak umpet. Tp prengsip....hahhahah...
    Slm kenal....

    BalasHapus
  36. yup mas Iman , makanya aku memperkenalkan kembali permainan ini untuk anak-anak asuhku agar mereka juga mengalami hal yang sama dengan aku

    BalasHapus
  37. iya mbak Ranika, rindu bermain saat kecil, tak akan terulang kembali

    BalasHapus
  38. oh gitu ya mas Andi, istilahnya berbeda tiap daerah ya

    BalasHapus
  39. Saya juga sering mainan ini dulu. Kalau saya namanya "enggok-enggok"


    Terima Kasih sudah ikut GA saya dan mbak Lidya

    BalasHapus
  40. Saya sering mainan ini duluu mak..

    BalasHapus
  41. Petak umpet!!

    Ponakanku diajak main, dia ngumpet tp teriak, hihi

    BalasHapus
  42. main petak umpet paling sebel kalo kita kebagian tutu mata ya mba... :D

    BalasHapus
  43. sensasi main petak umpet niy emang berbeda dr yang laiin, sering bgt kebagian yg tutup mataaa

    BalasHapus
  44. sensasi main petak umpet niy emang berbeda dr yang laiin, sering bgt kebagian yg tutup mataaa

    BalasHapus
  45. Rahmah Chemist, enggok-enggok , istilahnya lucu juga ya

    BalasHapus
  46. pastinya ponakannya masih kecil dan belum mengerti kan mbak Jiah

    BalasHapus
  47. iya mbak Santi apalagi terus2an bikin tambah jengkel

    BalasHapus
  48. iya mbak Hanie dan kalau kebagian tutup mata terus harus tahan mental

    BalasHapus
  49. jadi berfikir, mengajari anak-anak dengan permainan aku kecil dulu, tapi sementara baru permainan yang bisa dilakukan di dalam rumah. Terima kasih sudha berpartisipasi ya mba

    BalasHapus
  50. Hihihii teriakan "Udah beluuum?" itu khas banget yaa dari permainan petak umpet :D

    BalasHapus
  51. iya mas Sujiwo, padahal dengan menjawab sudah bisa ketahuan ya tempat persembunyiannya

    BalasHapus