Pertama ke kota Rangkasbitung yang dituju adalah museum Multatuli. Saat itu hujan gerimis sehingga keadaan museum masih tampak sepi dan lenggang. Sebuah gedung khas gedung model jaman Belanda ada di hadapan. Dan memang museum ini menempati bangunan kuno yang dibangun tahun 1923.Dulunya kantor dari wedana Lebak. Gedung ini memiliki bentuk T dan dilengkapi dengan pendopo untuk ruang pertemuan. Jadi bangunan kuno yang desain interiornya dibuat modern, merupakan perpaduan yang apik.Di sini ada tujuh ruangan yang menjadi satu kesatuan. Ruang pertama ada lukisan besar di dinding. Lukisan Multatuli dengan quotes di fotonya. “ Tugas seorang manusia adalah menjadi manusia” begitulah kutipan yang terkenal dari Multatuli. Ruang selanjutnya menggambrakan pertama kali kedatangan penjelajah ke nusantara dari Eropa. Di sini di ruang ketiga terdapa periode tanam paksa yang fokus pada budidaya kopi. Selanjutnay ruang dimana Multatuli sangat mempengaruhi pergerakan kemerdekaan.Gerakan rakyat Banten terhadap penjajah Belanda. Ruang rangkaian peristiwa di Lebak jaman purbakala dan terakhir ruang yang berisi foto-foto orang-orang yang pernah lahir di Lebak dan sangat menginspirasi banyak orang.
Bentuk penyampaian di sini selain ada guide yang mendampingi, ada tulisan di setiap benda yang ada, juga terdapat multimedia yang bisa dilihat.Multimediaya berupa podcast atau vidio yang ada di monitor.Monitor ada di ruang 6 dan 7. Malah di sana diperdengarkan rekaman suara penyair Rendra yang membacakan syair dengan judul “Demi orang-orang Rangkasbitung”. Benda sejarah yang ada bukan hanya replika saja tapi ada yang asli juga berupa artefak .Salah satunya ubin yang ada di rumah Eduard Douwes Dekker. Ubin ini sempat disimpan di Belanda dan akhirnya diserahkan ke mueum ini. Di sini juga terdapat dua surat yang bersejarah. Pertama surat Eduard Douwes Dekker pada Raja Belanda William III yang berisikan surat protes terhadap negara jajahan yang pernah dia alami dan memberitahukan tentang buku MaxHavelaar yang akan terbit. Douwes Dekker memohon agar tanah jajahan dikelola dngan baik agar tidak mrugikan rakyat. Surat ke dua, surat dari Soekarno yang mengungkapkan keadaan di tempat pembuangannya di Ende.
Ada sederet foto-foto yang menggambarkan tentang sejarah di Kabupaten Lebak. Mulai dari berdirinya sampai peristiwa penting lainnya. Juga terdapat patung Multatuli karya pematung Dolorosa Sinaga . Patung ini sebuah karya patung instalasi pertama di Indonesia. Pengunjung bisa berinteraksi dengan tempat di area patung dan bisa berselfi di patungnya.Patung ini melambangkn bersatunya orang-orang yang mengininkan keadilan tanpa melihat ras, suku dan agama serta menumbuhkan semangat mencari ilmu lewat buku. Di depan museum ada pendopo yang teduh dan asri dengan ciri bangunan Jawa.Pendopo ini umurnya juga sudah sama tua dengan bangunan museum. Jadi sebetulnya nama museum ini diambil dari nama pena penulis yang bernama Eduard Douwes Dekker. Beliau adalah asisten residen Lebak yang ada di kota Rangkasbitung. Dekker pada tahun 1860 menulis dan menerbitkan buku yang terkenal dengan judul Max Havelaar. Novel ini merupakan karya yang penting membahas sejarah Banten dan Lebak sehingga pemerintah membangun museum Multatuli ini.
Nah, penasaran kan? Apalagi kota Rangkasbitung bukan kota besar, suasana sepi bikin kita nyaman jalan-jalan di sana. Apalagi museum merupakan sejarah yang harus kita ketahui untuk wawasan kita. Apalagi akses ke sana mudah denagn transportasi abang becak. Sambil nostalgia naik becak