Senin, 12 Desember 2022

Sepanjang Jalan Kenangan


 

Braga adalah daerah yang memang sudah sangat terkenal sejak jaman dulu. Waktu kecil punya banyak pengalaman dengan jalan Braga ini. Tentu kalau lagi mau jalan-jalan ya ke Braga karena dulu pusat perbelanjaan ya masih banyak di jalan Braga dan sekitarnya. Apalagi ada toko buku dan toko buku khusus penerbit Balai Pustaka. Kini ingin mengulang kembali jalan-jalan di sekitar Braga, agar kenangan dulu bisa terlinats dalam benak sambil melihat apa perubahan yang ada di daerah Braga ini.

 


Sebetulnya nama Braga itu berasal dari mana sampai diberi nama Braga. Banyak sih versi dari penamaan jalan ini. Yang mana yang betul, entahlah. Pertama Braga berasal dari nama Theotila Braga seorang penulis naskah. Jaman itu terdapat perkumpulan drama bangsa Belanda. Versi yang kedua kata braga berasal dari bragi nama dewi puisi dalam mitolgi bangsa Jerman. Dan dalam sastra Sunda baraga itu merujuk pada jalan di tepian sungai. Dan memang kenyataannya jalan Braga itu ada dekat sungai Cikapundung.


 

Pada masa kolonial, Braga adalah sebuah jalan berlumpur yang dilewati pedati. Jalan tersebut adalah jalan yang menghubungkan antara Jalan Raya Pos (sekarang Jalan Asia Afrika) menuju gudang kopi milik Andreas de Wilde. Jalan tersebut juga dikenal dengan nama karrenweg atau pedatiweg yang berarti jalan pedati.  Jalan tersebut menjadi pusat perbelanjaan bagi warga Eropa yang tinggal di sekitar Bandung. Kalau kita mulai dari jalan Asia Afrika kita akan menemukan Gedung Merdeka yang fenomenal itu. Gedung ini terkenal karena dulu pernah diadakan Konfrensi Asia Afrika yang didatangi banyak negara. Dulunya gedung merdeka adalah bangunan Societeit Concordia yang didirikan pada 1895. Kemudain direnovasi beberapa kali. Kalau kita jalan ke arah Braga dari gedung ini di pertigaan jalan Asia Afrika dan jalan Braga akan menemukan gedung  De Vries yang dibangun tahun 1879 dan digunakan sebagai toko serba ada. Bangunannya dengan gaya arsitektur klasik Indies. Tahun 2010 gedung ini dipugar dan dipakai buat Bank OCBC NISP.  Seberang gedung De Vries ini terdapat apotik Kimia Farma . Gedung ini dibangun tahun 1902. Dulunya ini gedung bank N.I. Escompto Mij yang kemudian menjadi perusahaan yang kelak jadi cikal bakal Kimia Farma. Dan gedung ini termasuk cagar budaya yang harus dipertahankan keasliannya.

 


 


Gedung Mayestik ini gedung yang berbentuk seperti kaleng biskuit dibangun tahun 1925 oleh arsitektur Schoemaker .Dulunya ini gedung bioskop. Gedung bioskop pertama di Indonesia dan suka mempertunjukan orkes mini. Sekarang digunakan untuk pertunjukan seni dan budaya. Dari Gedung Mayestik di seberangnya ada gedung Sarinah . Dulu namanya Onderling Belang yang menyajikan mode dari Belanda. Kemudian oleh Presiden Soekarno diganti dengan nama Sarinah. Jalan lagi di pertemuan jalan Braga dan jalan Naripan ada gedung BJB . Bangunan bergaya art deco ini dulunya dipakai sebagai gedung De Eerste Nederlands-Indische Spaarkas en Hypotheek Bank atau Denis. Ini bank yang etrbesar saat itu di Bandung. Di sebarang gedungBJB terdapat gedung melengkung itu Lembaga Kantor Berita Antara. Bentuk yangmelengkung ini mengikuti bentuk kelokan jalannya yang didirikan tahun 1936. Dulunya dipakai sebagai kantor bala keselamatan.Berjalan sedikit terdapat toko roti Sumber Hidangan yang dulunya bernama Het Snoephuis atau artinya rumah permen. Dan di sebarangnya ada toko roti Maison Bogarijen yang dikenal dengan dengan nama Braga Permai yang dibangun tahun 1923. Di sini banyak yang membeli kaum elit dulunya dan sampai sekarang masih menjual. Terdapat toko Sin Sin Art Shop yang menjual aneka cindera mata dan dibangun tahun 1943 yang berhadapan dengan Gedung Gas Negara. Nah, sebelum sampai jalan Naripan ada toko buku Djawa tapi sayang tahun 2015 tutup karena tak ada peminatnya.

 


 


Begitulah yang ada di sepanjang jalan Braga dan Asia Afrika yang mengarah ke Gedung Merdeka. Di situlah konten Usep melakukan jalan sepanjang jalan Braga sampai jalan Asia Afrika ditambah sampai alun-alun kota Bandung. Senang banget bisa kembali menikmati jalan Braga , kali ini bersama Usep. Sambil berjalan sambil mengenang kapan main ke sini bersama ibuku saat masih kecil, saat bersama anak-anakku lagi masih remaja dan kali ini bersama Usep. Berakhir di alun-alun kota Bandung yang sayangnya masih tutup dan belum boleh dibuka walau pandemi sudah berkurang. Dan pulang mencoba BRT yang baru diujicobakan dan masih gratis. Horee....

 


 

13 komentar:

  1. bersih dan apik.....
    terakhir ke Braga tahun 2005.... sudah sangat lama ternyata.

    BalasHapus
  2. waa, tempat yang cocok untuk bahan fotograpi bun

    BalasHapus
  3. Bali punya banyak sejarah, semua tempatnya unik dan klasik. Bioskop pertama, sekarang masih beroperasi, kah? Menarik gedung Bioskopnya, enggak asing sama Braga memang. Terima kasih informasinya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gedung bioskop itu dijadikan oertunjukan seni dan budaya

      Hapus
  4. Aku yang urang Bandung aja jarang jalan2 di Braga, bun hehehe. Udah cantik sekarang, banyak jajajan enak2. Tapi ya biasa deh maceeeeet sekali saat weekend. Jadi kudu jalan jauh dari parkiran mobil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, makanya aku ke sana naik grab terus pulang naik BRT karena masih gratis

      Hapus
  5. Braga salah satu tempat yg aku sukaa banget tiap ke Bandung. Walo jarang kesana Krn aku lebih sering stay di Lembang kalo ke Bandung, tapi tiap turun, nyempetin beli roti di Braga 😄. Lengkap nih mba infonya.. aku jadi tau setidaknya sejarah beberapa gedung di sana. Semoga Yaa tetep terawat, Krn biar gimanapun banyak bangunan heritage di braga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang aku sayangkan itu toko buku Djawa. Itu lagi kecil setiap bulan pas bapak gajian beli buku di sana. Karena kurang laku akhirnya harus tutup juga

      Hapus
  6. Mengunjungi tempat penuh kenangan masa kecil itu asyik ya, Mbak. Terutama kenangan bersama ibunda tercinta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Cuma sayangnya belum ajak ibuku ke braga lagi

      Hapus