Selasa, 23 Desember 2014

Jalan-Jalan Ke Kota Padang - Kota Tua Padang





Pada penjajahan Belanda kota Padang  dibagi beberapa zona untuk menguatkan fungsi kota.Belanda membagi kota ini untuk pemukiman Belanda, indon ( untuk keturunan Eropa),Tionghoa, Keling, Melayu , Bugis, Nias dan Jawa. Etnis Tionghoa tinggal di kawasan yang berdekatan dengan pusat pemerintahan Belanda dan memiliki pasar sendiri yang dikenal dengan pasar kongsi yang sampai kini masih berfungsi.Kampung Keling ini dihuni oleh keturunan India yang dulunya tinggal di kampung Dobi. Sedangkan etnis Bugis dan Jawa ada di sudut kota tua di kawasaan belakang Tansi (penjara di jaman Belanda) dan kampung Jawa Dalam. Dan kalangan Indon dan Belanda ada di pusat kota yang akhirnya keluar dari sana setelah kemerdekaan. Akhirnya banyak terjadi pernikahan campuran yang meleburkan budaya antar etnis sehingga memupuk rasa toleransi yang besar.Sehingga penduduk di sana saling membaur.Bahkan banyak keturunan Tionghoa yang sudah tak bisa berbahasa mandarin lagi dan menggunakan  nama-nama asli kota Padang. Jangan heran kalau ada keturunan Tionghoa yang mengunakan nama awal Sutan.


Walaupun sekarang di kota Padang sudah disulap menjadi bangunan modern dengan model khas bangunan Minangkabau tapi ada kawasan yang masih dipertahankan ciri khas Belandanya dan dikenal dengan kawasan kota Tua. Kota Tua ini berada di tepi sungai Batang Arau yang berdekatan dengan jembatan Siti Nurbaya. Di sana terdapat hampir 20 bangunan klasik peninggalan Belanda yang digunakan untuk kantor atau gudang bahkan ada bangunan yang ditinggalkan begitu saja ditumbuhi tanaman liar. Kawasan kota tua ini dikenal juga dengan Muaro Padang karena lokasinya ada di tepi sungai Batang Arau yang berbatasan dengan laut. Makanya mengapa Belanda memilih kawasan ini untuk pemukimannya karena letaknya di tepi sungai yang dekat laut dan mereka merasa sungai Batang Arau ini bisa dilewati kapal besar dan udara yang nyaman.Selain itu Belanda juga membangun pelabuhan Teluk Bayur yang dibangun untuk memperkuat aktivitas perdagangan menuju negara-negara Eropa.



Selain itu kota Tua juga memiliki kelenteng Cina bernama Klenteng Shie Hin Kiong. Kelenteng ini dibangun pada abad 19 dan bukti kalau pedagang Cina pernah singgah di sini. Kelenteng ini digunakan untuk ibadah orang-orang Tionghoa yang datang kesana untuk berdagang. Sampai sekarang kelenteng ini masih terpelihara dan masih digunakan sebagai tempat ibadah para pemeluk ajaran Taoisme yang tinggal di kampung Cina.Menyusuri kota Tua dengan bangunan tua yang tampak kurang terurus. Mungkin kalau kota tua di Padang ini bisa dikelola dengan baik seperti kawasan kota tua di Jakarta mungkin akan menjadi objek wisata yang cukup menarik. Apalagi kalau diadakan beberapa kegiatan seperti di kota tua Jakarta yang bisa menarik wisatawan.Masih banayk bangunan yang dibiarkan tak terurus, sungguh disayangkan. Sepanjang perjalanan saya membayangkan kalau saja kawasan ini bisa ditata kembali tanpa mengubah bangunan tuanya, mungkin akan menjadi lebih menarik untuk dikunjungi. Kawasan kota Tua yang bersejarah dan jangan pernah dilupakan.



21 komentar:

  1. Siap! Nanti kalau berkunjung ke Padang bisa dicoba referensi ini :)

    BalasHapus
  2. ok mbak Titis, banyak yg bisa dikunjungi

    BalasHapus
  3. Di jogja juga ada klenteng kayak gituan, bisa nih saya mereportasi klentengnya nanti... hehehe

    BalasHapus
  4. wahhh keren mah jalan-jalannya bjadi belajar sejarah lagi nih mah mantap dah mamah tira

    BalasHapus
  5. Sayang ya tak terawat. Sepertinya bisa menyontoh Kota Surabaya ya dalam merawat kawasan kota tuanya.

    BalasHapus
  6. hampir di setiap kota pasti punya kelenteng mas, boleh tuh diceritaian tentang kelenteng di Jogja

    BalasHapus
  7. betul mbak Dewi, bersih hanya sayang belum dikelola untuk wisata, padahal potensi untuk wisata bagus

    BalasHapus
  8. iya, mas Angki, sejarah itu sama saja cerita yang menarik untuk dipelajari. Anak sekolah kan paling gak suka dg sejarah.

    BalasHapus
  9. betul mbak Dona, kalau ditata dg baik bisa jadi tujuan wisata dan bisa menambah uang kas daerah

    BalasHapus
  10. Sumbar memang daerah yang eksotik yang tidak akan membosankan untuk dikunjungi

    BalasHapus
  11. wah,jadi pengen ke padang...penasaran juga sama keloknya yg terkenal itu

    BalasHapus
  12. Kalau ke Padang kayaknya mesti ke sini nih :D

    BalasHapus
  13. betul mas Edi, saya juga sangat tertarik hanya waktu kunjungan yg sempit, membuat semua tak bisa dikunjungi

    BalasHapus
  14. nah mbak Hana, saya belum sempat ke kelok 44 krn keburu kemalaman dan mengejar pulang

    BalasHapus
  15. betul mas Rifki, kota tua yang banyak meninggalkan sejarah

    BalasHapus
  16. Pengen ke padang suatu saat nanti

    BalasHapus
  17. ah sayang bgt cuma sebentar waktu itu, kalau ke kota-kota tua nikmatnya seolah kita bisa flashback lihat kehidupan jaman dulu <--- orang jadul haha

    Thanks for sharing mba. Jadi referensi ini nanti.

    BalasHapus
  18. iya mas Bobby, cuma kota tua ini kurang ditata dengan baik, mungkin harus mencontoh Jakarta kali ya. banayk event di sana dan dibenahis arana dan prasarananya

    BalasHapus