Pada
penjajahan Belanda kota Padang dibagi
beberapa zona untuk menguatkan fungsi kota.Belanda membagi kota ini untuk
pemukiman Belanda, indon ( untuk keturunan Eropa),Tionghoa, Keling, Melayu ,
Bugis, Nias dan Jawa. Etnis Tionghoa tinggal di kawasan yang berdekatan dengan
pusat pemerintahan Belanda dan memiliki pasar sendiri yang dikenal dengan pasar
kongsi yang sampai kini masih berfungsi.Kampung Keling ini dihuni oleh
keturunan India yang dulunya tinggal di kampung Dobi. Sedangkan etnis Bugis dan
Jawa ada di sudut kota tua di kawasaan belakang Tansi (penjara di jaman
Belanda) dan kampung Jawa Dalam. Dan kalangan Indon dan Belanda ada di pusat
kota yang akhirnya keluar dari sana setelah kemerdekaan. Akhirnya banyak
terjadi pernikahan campuran yang meleburkan budaya antar etnis sehingga memupuk
rasa toleransi yang besar.Sehingga penduduk di sana saling membaur.Bahkan
banyak keturunan Tionghoa yang sudah tak bisa berbahasa mandarin lagi dan
menggunakan nama-nama asli kota Padang.
Jangan heran kalau ada keturunan Tionghoa yang mengunakan nama awal Sutan.
Walaupun
sekarang di kota Padang sudah disulap menjadi bangunan modern dengan model khas
bangunan Minangkabau tapi ada kawasan yang masih dipertahankan ciri khas
Belandanya dan dikenal dengan kawasan kota Tua. Kota Tua ini berada di tepi sungai
Batang Arau yang berdekatan dengan jembatan Siti Nurbaya. Di sana terdapat
hampir 20 bangunan klasik peninggalan Belanda yang digunakan untuk kantor atau
gudang bahkan ada bangunan yang ditinggalkan begitu saja ditumbuhi tanaman
liar. Kawasan kota tua ini dikenal juga dengan Muaro Padang karena lokasinya
ada di tepi sungai Batang Arau yang berbatasan dengan laut. Makanya mengapa
Belanda memilih kawasan ini untuk pemukimannya karena letaknya di tepi sungai
yang dekat laut dan mereka merasa sungai Batang Arau ini bisa dilewati kapal
besar dan udara yang nyaman.Selain itu Belanda juga membangun pelabuhan Teluk
Bayur yang dibangun untuk memperkuat aktivitas perdagangan menuju negara-negara
Eropa.
Selain
itu kota Tua juga memiliki kelenteng Cina bernama Klenteng Shie Hin Kiong.
Kelenteng ini dibangun pada abad 19 dan bukti kalau pedagang Cina pernah singgah
di sini. Kelenteng ini digunakan untuk ibadah orang-orang Tionghoa yang datang
kesana untuk berdagang. Sampai sekarang kelenteng ini masih terpelihara dan masih
digunakan sebagai tempat ibadah para pemeluk ajaran Taoisme yang tinggal di
kampung Cina.Menyusuri kota Tua dengan bangunan tua yang tampak kurang terurus.
Mungkin kalau kota tua di Padang ini bisa dikelola dengan baik seperti kawasan
kota tua di Jakarta mungkin akan menjadi objek wisata yang cukup menarik.
Apalagi kalau diadakan beberapa kegiatan seperti di kota tua Jakarta yang bisa
menarik wisatawan.Masih banayk bangunan yang dibiarkan tak terurus, sungguh
disayangkan. Sepanjang perjalanan saya membayangkan kalau saja kawasan ini bisa
ditata kembali tanpa mengubah bangunan tuanya, mungkin akan menjadi lebih
menarik untuk dikunjungi. Kawasan kota Tua yang bersejarah dan jangan pernah
dilupakan.
Siap! Nanti kalau berkunjung ke Padang bisa dicoba referensi ini :)
BalasHapusok mbak Titis, banyak yg bisa dikunjungi
BalasHapusDi jogja juga ada klenteng kayak gituan, bisa nih saya mereportasi klentengnya nanti... hehehe
BalasHapusindah ya kota tuanya..bersih...
BalasHapuswahhh keren mah jalan-jalannya bjadi belajar sejarah lagi nih mah mantap dah mamah tira
BalasHapusSayang ya tak terawat. Sepertinya bisa menyontoh Kota Surabaya ya dalam merawat kawasan kota tuanya.
BalasHapushampir di setiap kota pasti punya kelenteng mas, boleh tuh diceritaian tentang kelenteng di Jogja
BalasHapusbetul mbak Dewi, bersih hanya sayang belum dikelola untuk wisata, padahal potensi untuk wisata bagus
BalasHapusiya, mas Angki, sejarah itu sama saja cerita yang menarik untuk dipelajari. Anak sekolah kan paling gak suka dg sejarah.
BalasHapusbetul mbak Dona, kalau ditata dg baik bisa jadi tujuan wisata dan bisa menambah uang kas daerah
BalasHapusSumbar memang daerah yang eksotik yang tidak akan membosankan untuk dikunjungi
BalasHapuswah,jadi pengen ke padang...penasaran juga sama keloknya yg terkenal itu
BalasHapusKalau ke Padang kayaknya mesti ke sini nih :D
BalasHapusbetul mas Edi, saya juga sangat tertarik hanya waktu kunjungan yg sempit, membuat semua tak bisa dikunjungi
BalasHapusnah mbak Hana, saya belum sempat ke kelok 44 krn keburu kemalaman dan mengejar pulang
BalasHapusbetul mas Rifki, kota tua yang banyak meninggalkan sejarah
BalasHapusPengen ke padang suatu saat nanti
BalasHapusmudah2an bisa terwujud,amin
BalasHapusah sayang bgt cuma sebentar waktu itu, kalau ke kota-kota tua nikmatnya seolah kita bisa flashback lihat kehidupan jaman dulu <--- orang jadul haha
BalasHapusThanks for sharing mba. Jadi referensi ini nanti.
iya mas Bobby, cuma kota tua ini kurang ditata dengan baik, mungkin harus mencontoh Jakarta kali ya. banayk event di sana dan dibenahis arana dan prasarananya
BalasHapus
BalasHapusviagra
viagra asli
jual viagra
toko viagra
viagra original
viagra usa
viagra pfizer
obat viagra asli
obat viagra
obat kuat viagra
apotik viagra
apotik viagra asli
agen viagra
agen viagra asli
toko viagra asli
jual viagra asli
agen viagra jakarta
jual viagra jakarta
toko viagra jakarta
apotik viagra jakarta
viagra jakarta
viagra asli jakarta
obat kuat jakarta
obat kuat asli jakarta
harga viagra
harga viagra asli
beli viagra
beli viagra asli
pesan viagra
pesan viagra asli
viagra original usa
harga titan gel
titan gel
titan gel asli
toko titan gel
jual titan gel
agen titan gel
titan gel jakarta
titan gel asli jakarta
titan gel rusia
harga cialis
cialis asli
obat cialis
obat kuat cialis
jual cialis
toko cialis
agen cialis
cialis england
cialis jakarta
cialis asli jakarta