Masih
jalan-jalan di Padang. Setelah mengunjungi kota Bukittinggi , kota Batusangkarlah
yang akan dikunjungi karena di sini terdapat istana yang terkenal .Istana ini
terletak di kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Kota Batusangkar
Sumatera Barat. Sebenarnya istana ini merupakan replika dari istana Baso yang
aslinya terletak di atas Batu Patah yang hancur akibat kerusuhan yang terjadi
tahun 1804. Istana Baso Pagaruyung ini merupakan tempat tinggal keluarga
kerajaan Minangkabau yang menjadi pusat kerajaan Minangkabau pada masanya. Mempunyai peran yang penting baik sebagai
tempat tinggal keluarga kerajaan juga sebagai tempat pemerintahan kerajaan
Minangkabau. Waktu itu dipimpin oleh Rajo Alam atau Raja Diraja Kerajaan Minangkabau.
Dulu dikenal dengan Tali Tigo Sapilin dan pemerintahannya dikenal dengan Tungku
Tigo Sajarangan. Istana Baso itu sendiri artinya istana besar/agung. Istana ini sudah beberapa
kali mengalami pembetulan. Istana pertama di puncak Bukit Batu Patah (bukit
yang ada di belakang istana sekarang) dan pindah ke Ranah Tanjung Bungo
Pagaruyung dan terakhir di Gudam. Istana Baso Pagaruyung dibangun kembali tahun
1976 unuk melestarikan seni , adat istiadat dan sejarah Minangkabau.
Pertama
tiba , sudah disambut dengan udara yang cukup sejuk dan nyaman. Dari kejauhan
sudah tampak megah berdiri istana dengan model rumah gadang yang besar. Dengan
dua bangunan kecil yang berada di sisi kiri dan kanan istana. Aku melihatnya
dengan perasaan kagum . Indah sekali. Saat mau masuk, sepatu harus dilepaskan
dan di depan pintu masuk yang sudah disediakan tempat plastik untuk menaruh
sepatu-sepatu. Saat masuk disambut oleh
beberapa guide yang akan memandu wisatawan. Istano Baso Pagaruyung ini terdiri
dari dau unsur yaiutu unsur utama dan unsur penunjang.
Untuk
unsur utamanya terdiri dari
Batu
Tapakan.
Ini
berada di bawah jenjang dan berguna untuk mencuci kaki sebelum naik ke atas
rumah. Juga terdapat guci yaitu tempat air dan ada gayung airnya (cibuak)
Singgasana
(pelaminan Bundo Kanduang)
Singgasana
ini dilingkari dengan tirai yang terjuntai di sisi kiri dan kanan dan depan.
Biasanya Bundo Kanduang akan duduk-duduk di sini untuk melihat siapa yang sudah
atau belum datang apabila ada rapat atau hendak mengatur rumah
.
Bilik
(kamar)
Bilik-bilik
ini ditempati oleh putri raja yang sudah menikah. Bilik pertama yang terdapat
paling kanan dihuni oleh putri raja yang sudah menikah dan seterusnya dihuni
oleh adik-adiknya. Istana ini memiliki 9 ruang , ada ruang yang disebut dengan
Selasar yang digunakan untuk menuju jalan ke dapur. Bilik pertama ini dimulai
dari sebelah kanan waktu masuk ke dalam istana. Di kanan inilah merupakan
pangkal rumah dan bilik terakhir ada di sisi sebelah kiri yang dikenal dengan
Ujung Rumah
Anjuang
Rajo Babandiang
Terletak
di bagian kanan atau pangkal rumah dan mempunyai tiga tingkatan (lagam) yang
pertama untuk tempat sidang, yang kedua untuk tempat beristirahat dan yang ke
tiga untuk tempat tidur.
Anjuang
Perak
Terletak
di sebelah kiri atau tempat ujung istana tempat Bundo Kanduang mengadakan rapat
untuk wanita pada tingkat pertama, tingkat kedua dan ketiga untuk beristirahat
dan tidur.
Bandua
Tengah
Berada
di bilik/kamar. Merupakan bagian yang ditinggikan dari lantai sebagai tempat
keluarga/kerabat dari pihak putri yang mendiami bilik.
Banua
Tapi .
Ada
di depan Bandua Tengah sebagai tempat cerdik pandai atau alim ulama rapat.
Posisi duduk ninik mamak, cerdik pandai dan alim ulama membelakangi bilik
Tango
Ini
sebutan dari umbul-umbul yang bermacam-macam warna. Ini berguna untuk tanda
mata pelengkap atau cendera mata Raja kepada tamunya. Setiap warna ditujukan
kepada siapa diberikan cindera matanya. Misal, untuk alim ulama akan memberikan
yang berwarna putih, kuning emas untuk laskar, hitam untuk ninik mamak,ungu
untuk pejabat/skretraris/pegawai.
Dan
Peti bunian digunakan sebagai tempat senjata atau atribut tamu.
Anjuang
Paranginan
Terletak
di lantai dua. Ke sana menaiki tangga yang terbuat dari kayu . Tempat ini
digunakan untuk putri raja yang belum menikah dan perlengkapannya.
Mahligai.
Ada
di lantai ketiga sebagai tempat penyimpanan alat-alat kebesaran raja seperti
mahkota raja yang akan dikeluarkan bila ada acara tertentu dari tempatnya
(aluang bunian) Saat berada di lantai dua dan tiga dan menghadap jendela yang terbuka akan
terlihat pemandangan yang asri dengan pepohonan yang rindang dan dikejauhan
terlihat bukit-bukit yang berjejer.
Tanjuang
Mamutuih.
Terdapat
pohon beringin yang dilingkari bebatuan yang rapi sebagai tempat bermain anak
raja.
Pincuran
Tujuh
Ada
di belakang dapur yang digunakan untuk tempat pemandian keluarga raja. Memiliki
tujuh pancuran yang terbuat dari batang sampir dan dilengkapi dengan jamban
tradisional.
Unsur
penunjang meliputi
Dapur.
Dapur
punya dua ruangan. Ruang yang terletak di sebelah kanan untuk memasak. Tungkunya
unik sekali. Banyak terdapat alat-alat dapur tradisional . Sebelah kiri sebagai
tempat para dayang yang jumlahnya dua belas orang tapi pada siang hari
digunakan untuk menyimpan makanan yang akan dimakan keluarga raja. Di atas
bagian dapur terdapat sekat-sekat yang digunakan untuk menyimpan makanan.
Surau
Ada
di belakang istana sebagai tempat solat, belajar mengaji dan tempat tidur putra
raja yang telah akil baliq atau sudah berumur 7 tahun. Di surau ini anak lelaki
dididik dengan aturan undang-undang adat, hukum syarak, sejarah, seni budaya dan
beladiri.
Rangkiang
Patah Sembilan.
Ada
di halaman istana sebagai tempat penyimpanan padi dan sebagai simbol kemakmuran
dan keluarga alam Minangkabau.
Tabuah
Larangan
Tabuah
Gaga Di Bumi yang dibunyikan bila ada peristiwa besar seperti bencana
alam,kebakaran , tanah longsor dan Tabuah Mambang Diawan yang dibunyikan untuk
memanggil Basa Nan Ampek Balai( Dewan empat menteri) yaitu Tuan Titah di Sungat
Tarab, Tuan Kadi di Padang Ganting,Tuan Indomo di Saruaso, tuan Mankudun di
Sumanik. Tuan Gadang di Batipuh serta Tigo selo (raja alam, raja adat, raja
ibadat) untuk mengadakan rapat.
Taman
Istano Basa
Istana
dikelilingi oleh taman yang asri dengan
pemandangan yang indah.
Tak
terasa mengelilingi istana Baso Pagaruynug begitu mengasikan dan cerita dari
guide yang memandu begitu gamblang. Jadi setiap jengkal melangkahkan kaki setiap
cerita membuat terpaku. Riwayat dan tempat-tempat di istana yang mengesankan.
Hari sudah sore padahal tadinya ingin sekali berfoto dengan baju adat tapi
berhubung hari sudah sore , takut kemalaman sampai Padang dan belum membeli
oleh-oleh pulang akhirnya segera pulang. Suasana sore menjelang magrib begitu
indah Istana Baso Pagaruyung.