Masalah lingkungan seperti benang kusut yang tak bisa
terurai. Begitu banyak pencemaran, penebangan hutan, polusi dan masih banyak
lagi yang membuat sistim alam kita rusak. Akibatnya ada ketidakseimbangan di
alam yang berakibat bencana. Dan kesadaran itu yang belum dipunyai setiap
warga, dan sulit untuk meyakinkan mereka untuk duduk bersama untuk menjaga alam
. Kesadaran yang seperti harga mahal yang orang gak mau melakukannya.
Pendidikan sejak dini salah satunya yang harus mulai diterapkan kepada
anak-anak kita baik dari rumah maupun lingkungan. Bukan dengan teori saja tapi
gerak nyata. Dan kemudian teladan dari orang yang lebih tua. Pengalaman saat
duduk di angkot dan melihat ada ibu yang membuka bungkus roti untuk anaknya dan
menyuruh anaknya untuk membaca doa sebelum makan , di sisi lain ibunya
mengeluarkan sampah lewat jendela angkot. Miris kan? Di satu sisi dia
menerapkan untuk selalu berdoa sebelum makan, di sisi lain dia membuang sampah.
Padahal kebersihan adalah sebagian dari iman. Entah mengapa orang-orang itu gak
sadar-sadar akan pentingnya kebersihan. Selalu dianggap sepele dan merasa gak
perlu untuk menjaga kebersihan walau dalam ajaran agama sangat ditekankan akan
kebersihan. Coba lihat anak sekolah,
bila ada ulangan atau ditanya kalau buang sampah dimana? Serempak mereka akan
jawab tong sampah. Tapi kenyataannya mereka masih buang sampah sembarangan
Dari sanalah aku berusaha menerapkan peduli lingkungan
sejak dini pada anak-anak di komunitas Circle of Happiness. Dalam programnya
salah satunya adalah peduli lingkungan. Beberapa kegiatan yang dilakukan
anak-anak Circle of Happiness yang berkaitan dengan peduli lingkungan adalah
- 1. Menabung sampah. Setiap minggu anak menabung sampah. Artinya anak-anak di rumah sudah milah-milah sampah dan sampah anorganik yang bisa ditabung dibawa untuk ditabungkan.
- 2. Membuat kompos. Mengajarkan anak membuat kompos dari bahan organik seperti sisa sayuran di rumah.
- 3. Gerakan pungut sampah. Melakukan gerakan memungut sampah di alun-alun kota kecamatan untuk memberikan lingkungan yang bersih di sana.
- 4. Membuat ecobric.
- 5. Membuat kerajinan tangan dari bahan bekas. Banyak dilakukan anak-anak sehingga mereka tahu , ada barang yang masih bisa dimanfaatkan lagi.
- 6. Membuat permainan tentang kepedulian lingkungan agar anak-anak lebih banyak tahu dengan cara yang menyenangkan.
Banyak kegiatan yang dilakukan anak-anak yang
berhubungan dengan kepedulian terhadap alam, termasuk pada sampah. Kebetulan di
lingkungan tempat kegiatan belum ada tonng sampah. Terpikirkan untuk memberikan
tong sampah pada orang yang tinggal di tempat kegiatan. Dan kalau tong
sampahnya menarik pastinya akan terlihat menarik kalau ditaruh di depan rumah
mereka. Akhirnya aku membeli lima tong sampah yang sudah dicat putih untuk
dasar dan digambar dengan spidol permanent. Anak-anak tinggal mewarnainya
dengan cat kayu/minyak. Anak-anak dibagi lima kelompok yang didampingi oleh
kakak relawan. Setiap kelompok diberi warna dasar merah, kuning , biru dan
putih . Jadi kalau mau warna lain harus mencampurkan dari tiga warna
tersebut. Setiap kelompok berlomba untuk
memberi warna yang menarik dengan warna yang cerah agar kalau ditaruh di depan
rumah akan terlihat semarak .
Hampir dua jam mereka mewarnai tong sampah yang
menghasilkan tong sampah yang cantik. Warna warni yang cerah dan meriah membuat
hasil mewarani tong sampah ini tampak kece. Setelah selesai tong sampah ini
diberikan pada tentang di sekitar tempat kegiatan anak-anak. Dilanjutkan dengan
permainan organik dan anorganik. Kakak relawan menyebutkan nama
sampah,anak-anak mengklasifikasikan termasuk sampah organik atau anorganik.Dari
permainan ini diharapkan anak-anak tahu sampah organik dan anorganik macamnya. Demikianlah
kegiatan sederhana untuk mengingatkan adanya tong sampah untuk sampah. Agar
mereka tak lagi membuang sampah sembarangan. Nah, masih mau buang sampah
sembarangan. Malu dong , kalah sama anak-anak ini.