Jumat, 03 April 2020

Saat Anak Bertengkar Dengan Temannya



Gambar dari sini 
 

Bertengkar adalah hal yang biasa dalam kehidupan kita. Bahkan anak-anak sekalipun sering terlibat dengan pertengkaran. Sangat manusiawi, karena perbedaan pendapat, karena ada salah satu yang jahat atau masih banyak hal lainnya yang bisa sebabkan kita bertengkar. Bagaimana kalau anak kita bertengkar dengan temannya. Apa yang harus kita lakukan. Apalagi kalau lihat anak kita menangis , atau jadi sedih atau malah berkelahi dengan temannya. Apa yang kita lakukan sebagai orang tua. Dulu saat anak-anak masih kecil, saat mereka bertengkar dengan temannya. Aku selalu menanyakan kronologis dari sisi anakku. Dan aku selalu membiasakan anak-anak untuk berkata jujur. Kenapa? Agar jangan sampai kita punya informasi yang salah. Kalau informasi salah tentu kita akan menyalahkan temannya saja . Saat tahu permasalahannya, aku selalu melihat apakah posisi anakku salah atau benar. Kalau salah aku selalu menyuruh mereka minat maaf. Tapi pernah temannya tak mau memberi maaf, tapi aku selalu mengatakan tak mengapa yang penting kamu sudah meminta maaaf. Kalau pihak temannya salah, aku selalu menyuruh anak-anak menyelesaikan sendiri tanpa aku turut campur tangan. Biasanya aku memberikan banyak solusi yang bisa diambil mereka.  Tapi kalau berbau fisik, aku selalu bilang anakku harus menghindar dari teman seperti itu. Kalau tak bisa lagi menghindar aku akan datang ke gurunya untuk melaporkan temannya itu. Jadi aku selalu melatih mereka menyelesaikan konflik dengan temannya sejak kecil,lagi kecil dengan banyak memberikan solusi, setelah remaja, aku biarkan berpikir sendiri kalau sudah mentok, aku membantu memberikan solusi. Nah, ini perlu keterbukaan anak dan orang tua. Jangan sampai anak bertengkar dengan temannya , tak mau cerita. Kalau hanya pertengkaran kecil mungkin tak apa , kalau pertengkaarn hebat tentaunya perlu penanganan yang benar.

Menurutku yang perlu dilakukan orang tua kalau anaknya bertengkar dengan temannya adalah

Biarkan anak menyelesaiakn msalahnya sendiri.
Ini bukan berarti kita lepas tangan sebagai orangtua, tapi kita melatih anak agar mampu menyelesaikan masalah saat ada konflik dengan temannnya. Jadi saat anak bertengkar sebetulnya anak itu sedang belajar menghadapai kecerdasan sosial. Bagaimana anak belajar mengatasi masalah, bagaimana dia harus  bisa menurunkan egonya atau harus mengalah.. sebaiknya orangtua tak perlu turut campur selama itu tak membahayakan anak kita. Dan mengajarkan anak juga meminta maaf kalau di salah. Juga memberitahu kalau dia disakiti secara fisik atau jiwa untuk melaporkan pada orangtuanya. Karena jangan sampai tak  ada komunikasi antara anak dengan orangtuanya sehingga orangtuanya gak tahu masalah apa yang dihadapi anaknya. Atau orangtua tidak tahu kalau anak mengalamai kekerasan fisik atau jiwa. Jadi pentingnya membuka komunikasi antara anak dan oarngtua yang lancar.

Jangan menegur atau membela di depan banyak orang.
Bila anak kita menjadi korban oleh temannya jangan pernah menegur temannya di depan banyak orang. Begitu juga kalau anak kita yang salah jangan memarahi di depan banyak orang. Hal ini bsia berdampak buruk pada kejiwaan anak. Membela anak di depan yang lain membuat anak jadi besar kepala , dan membuat yang lainnya terhina. Cukup pisahkan. Dan bawa anak kita menjauh. Bisa saat itu diberitahu atau di rumah saat anak sudah tenang. Dan jangan membuat mereka menjadi dendam satu sama lainnya.

Jangan mebenci orangtua teman yang bertengkar
Nah, ini yang sering terjadi bagi ibu-ibu yang suka jadi membenci ibu dari teman anaknya yang bertengkar. Bahkan sering jadi serius bertengkarnya padahal kadang anak-anaknya sih sudah akur kembali.

Jadi mengajarkan anak untuk tak terpancing emosinya. Anak diajarkan untuk bisa menenangkan diri untuk segera meencari solusinya. kalau tak bisa anak bisa menanyakan pada orangtuanya. Dan anak diharapkan untuk bisa saling memaafkan setelah bertengkar sehingga bermusuhannya tak terlalu lama. Anak-anak diajarkan untuk tidak gengsi untuk meminta maaf duluan/ Nah, sejak kecil anak-anak memang diajarkan untuk mengatasi konflik yang terjadi agar kelak dia bisa mengatasi konflik dengan bijak.

25 komentar:

  1. Betul ya Mbak, kalau orang tuanya ikut membenci eh besoknya anak2 sudah baikan hahaha

    BalasHapus
  2. iya mbak, kadang jadi aneh ya kok yang dendam malah ibunya

    BalasHapus
  3. WKWKWKWKWK, mamah saia bener ini. Ah, berarti didikan yg saia terima udah bener hahahahahah.

    BalasHapus
  4. hihihi ini agak menantang juga ya Mba, saya kadang kesal kalau anak saya dibully ama temennya.
    Kadang pengen marahin ibunya hahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. sama mba rey, kadang greget ya.. aku pernah bilang k ibu nya krna anaknya suka bully anak aku di sekolah, sampe anakku ga mau ke sekolah coba.. jawaban ibunya pendek doank, "kalau kejadian di sekolah aku ga tau, jd bilang aja sama bu guru" Main lepas tangan gt aja dia 😆

      Hapus
  5. makasih info parenting-nya mba, sangat membantu bagi saya yang masih bujang wkwk,agar suatu saat jika sudah berkeluarga dan memiliki anak bisa menerapkan hal ini

    BalasHapus
  6. nah itu dia mbak reyne, akdang lapaor sama gurunya suka gak digubris

    BalasHapus
  7. Setuju banget nih mbak. Saya belum pernah ngerasain kalau anak saya berantem sih. Tapi kalau lihat anak orang berantem ya cuma lihatin aja.

    BalasHapus
  8. betul mbak lelly kita harus bijaksana dalam melihat ini

    BalasHapus
  9. Setuju sih orang tua harus bijak menyikapinya ketika anak berantem, waktu ku kecil nih anaknya berantem trus ngadu sama orang tuanya. Keesokan harinya anaknya akur malah orang tua nya yang berantem. Gak patut dicontoh deh klo peran orang tua seperti itu.

    BalasHapus
  10. Tips yang perlu diperhatikan ketika anak bertengkar. Dengan menanyakan kronologi anak, anak juga dilatih untuk bagaimana menyelesaikan masalah ya Mbak.

    BalasHapus
  11. Kadang anak bertengkar dengan temannya, ortunya ikut2an bertengkar karena ngebelain anak2 masing2. Eh giliran anaknya udah baikan dah main bareng, ortunya masih musuhan :)

    BalasHapus
  12. Bener bun. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri. Nanti kita tinggal awasi aja dan amati aja dari jauh. Karena khawatir ada pembullian secara fisik ya. Soalnya sekarang zaman bully serem begitu hal biasa. Hadeuh smoga anak kita bukan sebagai pelaku

    BalasHapus
  13. benra bunda erysha, semoag anak2 kita gak terpengaruh teman2nya

    BalasHapus
  14. Anak bertengkar biasanya cuma sebentar.. semoga anak-anak kita selalu dapat pengaruh yang positif dari temannya..

    BalasHapus
  15. coba mbak thessa, bilang sama gurunya , belum tentu jga ditangani

    BalasHapus
  16. betul mbak erlina, anak2 mah cepet baikan laginya

    BalasHapus
  17. Saya sangat setuju bahwa anak harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Sepelik apapun, orang tua hanya bertugas mengawasi. Sekali orang tua masuk di masalah anaknya, anak lari ke orang tua untuk mengatasi masalah.

    BalasHapus
  18. mengajarkan anak mandiri ya mbak susana

    BalasHapus