Sabtu, 28 Agustus 2021

Celengan Ayam Tabungan Jaman Dulu


Ganbar dari sini

 

Dulu waktu kecil, aku dibiasakan nabung . Dan ibuku memberikan celengan ayam dari keramik. Bentuknya ayam dan besar dengan bagian bawahnya ada lubang memanjang kecil untuk memasukan uang. Setiap memasukan uang dan kebetulan uang yang ditabung kebanyakan uang koin, pasti akan digoyang-goyang apakah sudah banyak atau belum. Dan akan dibuka bila sudah terasa penuh atau sudah cukup lama dan dianggap sudah banyak. Karena kita gak pernah tahu berapa jumlahnya karena asal masuk saja. Tapi ada godaannya juga loh. Saat mau jajan gak ada uang , suka ngorek-ngorek uang dari bolongan di celengan. Tapi itu dilakukan diam-diam tentunya. Kalau ketahuan bakal malu .

 

Kenapa disebut dengan celengan? Karena dulu wadahnya berbetuk babi/celeng. Kenapa harus babi? Karena babi adalah simbol kemakmuran. Sifatnya serakah , gemuk dan pemakan segala rupa cocok diaplikasikan sebagai celengan. Sesuai dengan perkembangan jaman akhirnya bentuknya tidak babi saja, bisa ayam. Dan akhirnya banyak yang dibuat dari plastik atau logam dengan bentuk yang lucu-lucu sehingga banyak diminati oleh anak-anak.

Seperti ini bentuk-bentuk celengan dari jaman ke jaman.

 

Celengan ayam ini yang paling banyak. Ini yang populer di Indonesia karena babi bagi orang muslim adalah hewan yang haram untuk dimakan. Awalnya dibuat dari tanah liat tapi sekarang banyak dibuat dari plastik.

 

Celengan babi

Seperti yang ditulis di atas , babi adalah lambang kemakmuran. Tapi ternyata ada istilah piggy bank (bahasa Inggrisnya celengan  itu tak merunut ke arah babi, tapi piggy bank berasal d ari bahasa Inggris kuno yang berasal dari kata piggy. Nama piggy ini bukan babi tapi jenis tanah liat yang berwarna oranye.

 

Celengan kendi

Celengan kendi ini terbuat dari tanah liat juga. Dan juga ada yang terbuat dari plastik. Sebetulnya enak pakai yang tanah liat kita akan merasa sayang untuk memecahkannya. Kalau yang plastik ada bukaannya yang bisa diambil begitu saja.

 

Celengan dengan aneka bentuk

Sekarang banyak dijual celengan dengan aneka bentuk yang imut, cantik . Bentuk-bentuk yang disukai anak laki atau perempuan. warnanya juga beraneka ragam. Bahkan ada anak-anak yang membuat sendiri celengannya.

 

Celengan adalah tahap pertama anak-anak diajarkan menabung . Juga ada yang memggunakan untuk menyimpan sisa uang receh belanja atau berpergian daripada tercecer dimasukan dalam celengan. Dan akan terasa menjadi kejutan kalau dibuka ternyata hasilnya banyak. Masih aman untuk penyimpana uang dalam nominal kecil, seperti uang receh. Tapi kalau uang dengan nominal besar tentunya kurang aman kalau disimpan dalam celengan. Tapi tetap saja celengan masih bisa digunakan untuk menabung bagi anak-anak maupun dewasa.

 

Dulu aku menabung di celengan ayam dari tanah liat, karena memang banyak yang seperti itu. Tapi saat anak-anakku masih kecil, aku belikan celengan yang bentuk lucu-lucu terbuat dari plastik atau kaleng untuk mereka menabung.  Jadi ingat banyak pengalaman lucu saat menabung. Paling lucu ya itu kalau mau ambil uang dengan mengorek dari bolongan. Tapi kalau yang plastik atau kaleng lebih mudah dibuak sehingga godaan untuk mengambil lebih banyak. Nah, kemarin bikin konten bersama Usep tentang menabung. Jadi teringat pengalaman menabung di celengan ayam. Jadi menabung itu menyisihkan uang yang kita punya. Jadi punya pengalaman waktu anak-anak kecil, sekolah mengajarkan anak untuk menabung. Jadi setiap anak menyetorkan uang ke gurunya. Banyak dari orangtua memberi uang untuk ditabung. Ini orangtuanya yang nabung atau anaknya? Kalau aku selalu bilang sama anak-anak, ini uang jajan sisihkan sebagian untuk ditabung di bu guru. Setelah setahun anak-anak gembira karena tabungan mereka banyak-banyak. Tapi itu yang nabung orangtua. Dan ternyata uangnya juga dipakai lagi sama orangtua. Kalau anakku dapatnya sedikit karena dia menyisihkan dari uang jajannya. Jadi hasil tabungannya aku kasihkan dia dan boleh dibelikan apa yang dia mau.  Jadi yang benar yang mana? Marilah menabung dengan menysihkan uang yang kita punya , begitu kata Usep juga.

13 komentar:

Ekopriantoblog.id mengatakan...

Hihi jadi ingat waktu kecil...suka dibeliin celengan gini sama bapak...ntar kalau dah penuh buat main ke tempat wisata...rasanya jarang sih liat celengan yang dari tanah liat,,,kebanyakan yang dari plastik...menurut saya celengan dari tanah liat sangat aman...karena kalau celengan plastik bisa dengan mudah kita robek pake pisau...kalau celengan tanah liat jalan satu satunya ya harus dipecahin biar uangnya keluar wkwkwk

Tira Soekardi mengatakan...

betul , tapi celengan ayam dari tanah liat juga ada triknya kalau mau nyonkel dari lubang

Tanza Erlambang - Sawan Fibriosis mengatakan...

mengingatkan masa kecil.... nggak sabar mau tahu jumlah tabungan... hehehe.

👍👍👍👍

Anisa AE mengatakan...

Celengan ayam astaga kalau ingat masa SD di saat uang jajan selalu disisihkan buat ngisi ini kalau udah penuh seneng banget mecahinnya berharap bisa dibuat beli sepatu

Tira Soekardi mengatakan...

kenangan yamas tanza

Tira Soekardi mengatakan...

wah sama mabk anisa, aku juga buat beli sepatu adidas

Ikhalid "Ian" Rizqy Al Raihan mengatakan...

Saya jadi ingat masa kecil dulu waktu masih rajing menabung, tapi waktu itu dibelikan celengan dari kaleng yang gambarnya bermacam-macam. Biasanya celengan ditaruh di atas rak buku jadi tidak gampang pecah.

Tira Soekardi mengatakan...

dari kaleng ya. artinya sudah lebih modern dibanding dari tanah liat

Nurul Sufitri mengatakan...

Wah, jadi teringat zaman aku kecil dulu. Aku juga punya celengan ayam jago atau ayam betina, gede deh ukurannya. Pas mecahin celengan, ada rasa senang sekaligus sedih karena kehilangan si ayamnya hihihihi tapi dapat duitnya banyak hahaha :D

Tira Soekardi mengatakan...

wah mantap mbak nurul bisa sabar menanti sampai penuh

Rach Alida Bahaweres mengatakan...

Sampai skarang juga anakku pakai celengan ayam bu :)

Tira Soekardi mengatakan...

wah begitu ya, dulu anakku lagi masih kecil juga pakai ayam2an

Anonim mengatakan...

Simbol celengan ayam tuh apa sih?

Posting Komentar