Minggu, 05 September 2010

Ada Miom di Rahimku

Foto disamping adalah gambar rahim,dan rahim saya diangkat karena mengalami

perdarahan dan ternyata ada miomnya ( bisa di baca di blog ini dengan judul rahimku sayang, rahimku malang). Ketika dilakukan pemeriksaa awal karena perdarahan terus di USG tidak tampak adanya miom , dan ternyata setelah rahimku diangkat dan dilakukan pemerisaan secara patologi anatomi baru terlihat ada miomnya. Ternyata kasus sepertiku ini banyak terjadi. Jadi keputusan aku untuk mengangkat rahimku sudahlah tepat.. Di sini aku mau berbagi info sedikit tentang miom walau aku bukan dokter, tapi mungkin bisa bermanfaat.



Mioma merupakan tumor jinak pada dinding rahim (seperti terlihat pada gambar disamping) dan sering disebut dengan myom, tumor otot rahim atau tumor fibroid karena berasal dari jaringan fibroid. Ternyata terjadi pada 20-30% wanita diatas 35 tahun.menurut penelitian disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma terdapat reseptor estrogen yang lebih banyak daripada jaringan otot rahim. Ada juga yang mengatakan karena sebab faktor keturunan.

Gejala yang timbul biasanya perdarahan yang banyak pada masa haid atau diluar masa haid, rasa nyeri( pada kasusku tidak disertai dengan rasa nyeri), menimbulkan gangguan buang air besar dan kecil karena penekanan organ oleh miom jika miomnya sudah membesar. Banyak mioma yang gejalanya susah diprediksi seperti yang terjadi pada diriku yang tidak disertai rasa nyeri dan pada USG tidak nampak miom.


Bila pada miom yang masih kecil dan tidak ada keluhan biasanya tidak diberikan terapi hanya hanya perlu diamatio tiap 3-6 bulan untuk menilai pembesarannya. Tapi perlu pengamatan yang hati-hati karena miom bisa menjadi ganas atau torsi(berputar) dan bisa menyebabkan infeksi. Penanganannya banyak tergantung besar/kecilnya miom.Bila tanpa keluhan tidak perlu dilakukan tindakan atau bisa juga dengan mengambil miomnya atau miomektomi dan akhirnya bila miom sudah membesar rahimnya harus diangkat.


Pada kasusku, miom tidak terlihat tapi banyak perdarahan yang terus menerus. Pertama kali didiagnosa karena ketidakseimbangan hormon sehingga pada waktu itu diterapi dengan hormon progesteron tapi perdarahan tidak terhenti. Akhirnya saya memutuskan untuk diangkat saja rahimnya agar tidak terus perdarahan dan ternyata setelah diperiksa dirahimku ternyata ada miomnya.. Menurutku keputusanku sangat tepat, karena bila tidak diangkat hanya terapi obat yang hanya menghilangkan gejala sedangkan miom tidak terdeteksi, bisa-bisa miom akan semakin membesar dan tentu akan sudah membahayakan.

Jadi bagi wanita yang punya gejala yang sama dengan saya gak perlu takut kalau ini demi kesehatan. Dan perlu diingat pengangkatan rahim tidak semua kehilangan masa haid, bila masih ada leher rahim yang berselaput lendir bisa haid hanya bercak-bercak saja. Dan juga tidak perlu takut kenikmatan seksual tetap bisa didapat mesti rahim diangkat karena syaraf yang menyebabkan kenikmatan berada 1/3 luar vagina dan selama indung telurt masih ada tidak ada pengaruh terhadap kemampuan libido wanita.


Pengalaman saya ini mudah-mudahan bisa membantu para wanita yang punya kasus yang sama denganku untuk bisa menganbil keputusan yang tepat dan bijaksana demi kesehatan kita tentunya.