Senin, 03 Maret 2014




Di bagian depan pulau kembang tampak altar dengan patung hanoman



Setelah melihat pasar terapung di muara sungai Kuin, kami diajak ke sebuah pulau yang dikenal dengan pulau Kembang. Seperti yang kita ketahui pulau yang ada di sungai sebetulnya terjadi karena adanya penggumpalan/koagulasi lumpur sungai oleh elektrolit yang ada di air laut, sehingga membentuk delta yang semakin luas dan mulai ditumbuhi oleh pepohonan yang terus berkembang. Pulau Kembang ini delta yang mempunyai luas 60 ha yang ada di tengah sungai Barito dan merupakan habitat kera ekor panjang dan burung. Pulau ini masih termasuk kabupaten Barito Kuala ,Kalimantan Selatan. Dan sudah ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK Mentri Pertanian.

Ada lagi mitos yang mengatakan kalau pulau ini berasal dari kapal Inggris yang dihancurkan oleh orang Biaju atas perintah sultan Banjar.Nah, puing-puing kapal tesebut lalu ditumbuhi pepohonan dan berubah menjadi pulau yang kemudian didiami oleh  kera-kera yang menurut penduduk setempat merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera dimana kera itu dipimpin oleh kera yang besar dan bernama Anggur. Akibat adanya keyakinan tersebut menjadikan pulau itu dipakai sebagai tempat bernazar, biasanya dengan membawa sesajen pisang, telur, nasi ketan, mayang pinang dan beberapa jenis kembang sehingga akhirnya dikenal dengan pulau Kembang.


 Pepohonan di samping jalan yang terbuat dari papan untuk mengelilingi pulau

Pertama masuk ke dalam kawasan pulau Kembang , sudah disambut dengan kera-kera yang tampak liar. Di sana ada penduduk asli yang menemani wisatawan dengan membawa tongkat untuk mengusir kera-kera itu.Jadi barang-barang kecil , kacamata, kalung sebaiknya di simpan dalam tas , kalau tidak bakal di curi oleh kera-kera tersebut. Berjalan sebentar terdapat altar yang diperuntukkan  untuk meletakan sesaji bagi “penjaga” pulau Kembang yang di sisi kiri dan kanannya terdapat arca berbentuk hanoman. Jadi yang datang selain orang yang mau berwisata tapi juga orang yang mau untuk keperluan doa terutama warga etnis Cina.

Samping kiri dan kanan pohon nipah dan kera-kera berlarian sepanjang jalan.



Kera-kera itu begitu liar sekali mungkin karena kekurangan makan /kelaparan , makanya perlu bantuan penduduk setempat untuk mengantarkan berkeliling pulau. Di sana sudah ada jalan yang terbuat dari papan-papan yang mengelilingi pulau. Ternyata kera-kera itu mempunyai kelompok tersendiri dan mempunyai pemimpinnya yang biasanya mempunyai tubuh yang lebih besar. Di jalan yang terbuat dari papan kiri dan kanannya terdapat beberapa jenis tumbuhannya termasuk pohon nipah yang berjejer rapih. Sesekali kera-kera keluar dari pohon-pohon tersebut. Memang sih karena kera-kera itu sangat agresif, perjalanan mengelilingi pulau menjadi tak nyaman karena takut di gigit oleh kera-kera itu.


 Perjalanan mengelilingi pulau

Sebetulnya , kalau hutan wisata ini dikelola dengan baik bisa jadi wisata seperti di Sangeh atau hutan monyet yang ada di Bali. Tapi keadaan di pulau Kembang ini kotor dan kumuh. Altar dan arca hanomannya juga sudah kusam dan beberapa sudah terkelupas catnya. Dan kalau sudah dikelola baik mungkin bisa jadi sumber  pemasukan bagi daerah dan bisa mengenalkan wisata yang unik yang ada di Kalimantan Selatan.Walaupun demikian perjalananku ke pulau Kembang cukup menyenangkan disertai dengan perasaan berdebar karena takut diserang dengan kera-kera itu tapi sesampainya kembali di dermaga , ada perasaan lega . Sampai Jumpa kera-kera, baik-baik saja di sana ya, jangan galak-galak, nanti tidak ada orang yang mau berkunjung ke sana.

2 komentar:

Rita Dewi mengatakan...

duh kalo saya mungkin ga bakal berani ke sana mak. kecuali kera2 nya sudah pada berubah jadi ramah dan jinak hehe...

Tira Soekardi mengatakan...

wah, saya pikir kaya di Bali, keranya tdk ganas tahunya agresif sekali, jadi jalannyapun harus tengok kri kanan , takut ada yg tiba-tiba nongol, tapi justru sensasinya di situ kali ya, berdebar-debar

Posting Komentar