Sabtu, 31 Oktober 2009

Cirebon-Jakarta VS Jakarta-Cirebon

Pergi naik kereta api sudah biasalah. Tapi pergi ke jakarta dari cirebon naik kereta api baru pertama kali aku lakukan. Naik kereta yang bisnis lah biar ongkos lebih murah, tapi ternyata di dalam kereta masih ada saja penumpang yang merokok. Itulah Indonesia, untuk mendapatkan kenyamanan di angkutan harus pake yang eksekutif.Gimana kalau orang yang duitnya sedikit tapi pingin nyaman ya? Susah juga tuh!!!
Kereta mulai berjalan perlahan dan semakin melaju kencang . Dulu aku suka berpergian dengan kereta api, biasanya sepanjang perjalanan akan terlihat sawah yang menghijau atau menguning siap panen. Tapi sekarang saya melihat pemandangnan yang menyedihkan sawah-sawah yang kering kerontang belum diolah kembali, penuh dengan rumput-rumput liar. Kemana tanah yang katanya subur itu? Ironis memang, tanah Indonesia ini , sudah kemakan jaman kayanya sih.
Sampailah perjalanan saya sampai statsiun Gambir, perjalanan yang menyenangkan karena tidak setegang kalau kita mempergunakan kendaraan mobil atau bus. Dari Gambir saya pergi ke pasar modern di Bumi Serpong Damai. Disana saya terheran-heran melihat berbagai makanan yang enak-enak sehingga untuk memilih juga bingung, mana yang harus dicoba terlebih dahulu!!!! Dari pintu selatan ada kios Teman Makan Nasi , kios itu dikelola adik bungsuku. Menjual keripik-keripik yang renyah sebagai teman makan nasi yang bisa dibawa untuk oleh-oleh khas Tangerang Selatan. Selain itu juga menjual bandeng presto dan otak-otak bandeng yang soal rasa bisa ditanggung eanaklah. Juga bisa membeli berbagai macam pepes dan nasi bakar .Nah, para blogger mania kali-kali berminat untuk membeli oleh-oleh khas tangerang selatan ini atau mau coba bandengnya yang eanak itu bisa datang ke pasar modern BSD melalui pintu selatan. Kalau sudah tahu rasanya , pasti ketagihan untuk datang lagi!!!!






Saya beristirahat di tempat adikku yang nomer dua, setelah makan otak-otak bandeang yang maknyos itu. Sorenya saya pergi ke tempat kakak di Kawaraci untuk menginap disana. Lelah juga sepanjang hari keliling-keliling, dan tidurlah aku dengan nyenyaknya.
Paginya aku ke Kelapa dua, asyik juga sudah disediakan camilan cakue ama kue endut, saya sebut demikian karena bentuk kuenya besar kaya orang gendut, he....dan secangkir teh manis. Wah, adik-adik iparku yang baik hati deh!!!! Tapi, hari itu aku habis-habisan diejekin ama kedua adik iparku. Keterlaluan banget, abong-abong gak ada suamiku bisa-bisanya tuh adik-adikku pada guyonin aku. Awas, aja tunggu pembalasan yang setimpal ya, adik-adiku tersayang!!!!
Tibalah aku pamitan untuk kembali ke Cirebon, tapi kali ini aku pergi naik si ijo, mobil yang akan jadi milikku itu. Naik si ijo , mobil kijang dengan kecepatan sedang menuju Cirebon kota tercinta. Wah, pemandangan lain lagi bisa melihat kota-kota yang dilewati, termasuk ketika melewati pantai utara. Wah sejauh memandang laut Jawa yang luas terhampar di depan mata. Disana beristirahat dulu untuk solat dan makan siang, tapi sayang pantai tersebut tidak dikelola dengan baik sehingga tidak bisa dijadaikan objek wisata. Setelah menempuh 6 jam perjalanan sampailah aku kembali ke rumahku dengan selamat.
Inilah perjalanan menjemput si ijo dari Jakarta ke Cirebon. Si ijo sudah ada di garasi mobil dan sudah dicuci sebersih-bersihnya. Buat semua saudaraku yang ada di Tangerang, makasih banget deh atas penyambutannya yang begitu welcome banget,jadinya terinspirasai lagi kelak ingin ke sana lagi naik kereta api, tuuuuut....tuuut!!!!!Tunggu ya, kita-kita bakal balik lagi ke sana......

Rabu, 21 Oktober 2009

Kalau Saya Jadi Mendiknas

Pertama-tama anggaran yang ada akan dialokasikan untuk perbaikan sekolah-sekolah yang rusak dan pembangunan sekolah-sekolah di daerah terpencil yang banyak belum mempunyai gedung permanen. Agar anggaran bisa mencukupi saya akan bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang peduli dengan pendidikan. Kemudian yang perlu diperhatikan dana untuk pembangunan harus turun tanpa potongan sehingga dana bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Kedua menyediakan tenaga guru yang profesional untuk daerah-daerah dan daerah terpencil sehingga daerah tidak banyak ketinggalan dengan kota. Dengan cara program guru masuk desa dan langsung bisa diangkat menjadi pegawai negeri dengan syarat tidak boleh pindah lagi sehingga kesenjangan antara kota besar dan daerah tidak terlihat lagi.
Ketiga materi pelajaran disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa. Sekarang banyak anak SD yang mempelajari materi yang terlalu berat untuk ukuran kemampuannya. Jelas ini perlu koordinasi antara psikolog dengan orang-orang yang ahli pendidikan, mulai dart TK sanmpai dengan SMA. Dengan demikina didapat kurikulum yang tidakmemberatkan siswa
Keempat saya sebagai mentri harus turun kebawah untuk melihat benar-benar kondisi yang ada di dunia pendidikan bukan dari hasil laporan aja. Karena kalau dari hasil laporan saja bisa saja itu lapotan asal bapak/ibu senang yang tidak menggambarkan hal yang sebenarnya. Dari temuan-temuan itu dibuat data yang baik dan dibuat program perbaikan atau mengubah peraturan yang tidak sejalan dengan dunia pendidikan.
Kelima sekolah diberi wewenang untuk menentukan kelululusan siswa karena sekolah tahu betul karakter dan kemampuan anak semenjak masuk sekolah tersebut dan selama belajar di sekolah tersebut.Sehingga akan lebih bijaksana dibandingkan dengan sekarang. Pada akhirnya toh masyarakat juga bisa menilai sekolah mana saja yang punya bobot dan kualitas bagus , mana yang tidak
Sebetulnya banyak yang perlu diperbaiki, tapi mudah-mudahan mentri yang sekarang lebih bijak dalam melihat segala persoalan pendidikan.

Kamis, 15 Oktober 2009

Renungan untuk muridku

Guru di sekolah bertugas bertugas mendidik murid-muridnya, bukan mengajar lho, tapi mendidik!!! Artinya selain dia punya keharusan menyampaikan materi pelajaran juga dia harus bisa mendidik anak didiknya mempunyai nilai-nilai hidup yang baik sesuai dengan agamanya. Kenapa? Karena pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang bisa menghasilkan murid dengan nilai akademis yang baik artinya kemampuan menangkap pelajaran baik dan mengaplikasikannya juga baik,juga harus menghasilkan murid yang mempunyai nilai-nilai hidup yang baik. Karena percuma kita bisa menghasilkan murid pandai tapi gak punya nilai-nilai hidup, itu sama saja seperti kita makan tanpa garam, hambar!!!!
Tapi betapa sulitnya kita sebagai guru untuk bisa menerapkan nilai-nilai hidup bagi murid-muridnya selama murid-muridnya juga tidak mau kooperatif dengan kita yang akhirnya akan menjadi jurang yang lebar antara guru dan muridnya. Sedangkan guru sendiri banyak dituntut baik dari segi pengajaran dan penanganan murid, bila guru melakukan untuk yang benar sekalipun seringkali ditanggapi salah oleh murid, apalagi kalau guru melakukan kesalahan. Sedih bukan????
Murid-murid sekarang punya keinginan untuk bebas melakukan apa saja tapi mereka tidak tahu apa dampak apa bagi guru mereka . Mereka ingin bisa mngobrol dikelas , kalau ditegur marah, mereka telat datang , kalau ditegur gak terima. Apa pernah mereka mengerti perasaan guru ketika mereka berusaha menerangkan, tapi sibuk ngobrol sendiri, sakit banget. Ketika kita berusaha supaya mereka lebih baik dengan cara mengatur mereka, tetapi tanggapan negatif bahkan menusuk dari belakang, apa pernah mereka rasakan perasaan gurunya? gak, kan. Tapi guru dituntut untuk mengerti murid , kalau tidak ngertiin murid, mereka merasa gurunya bukanlah guru yang baik. Sekarang dibalik, apakah murid juga sudah memahami perasaan gurunya????
Guru juga manusia biasa yang punya hati, juga perlu dimengerti perasaannya. Betapa guru harus menahan diri karena perasaannya tapi tetap dengan hati tulus tetap mau mengajar dan tidak pernah mogok ngajar. Karena apa???? Guru berusaha untuk merendahkan hatinya bahkan kalau perlu menekan perasaannya sendiri demi murid-muridnya.
Nah, kalo sudah begini apa yang harus dilakukan. Ya, murid dan guru harus saling mengerti perasaan masing-masing. Jangan pernah menuntut lebih dari guru kalau kita sebagai murid juga belum bisa memahami perasaan guru kita. Jangan pernah menuntut guru seperti apa yang murid harapkan selama murid itu sendiri belum mempunya sikap yang lebih baik.
Guru ....adalah guru, mereka adalah orangtua murid di sekolah, apapun yang dilakukan murid, sejelek apapun kelakuan muridnya tetep saja mereka akan tetap mengajar, akan tetap memperhatikan, akan tetap membantu bila ada nilai yang kurang, walaupun mereka harus korban perasaannya sendiri!!!! Ajaib memang, itulah keistimewaan guru.

Kamis, 08 Oktober 2009

Hanya Sebuah Slogan

Slogan di pasang dimana -mana di tempat umum, di pasar, di pusat perbelanjaan , instansi pemerintah , perusahaan swasta dan sekolah. Slogan dibuat untuk bisa mengingatkan kita akan sesuatu yang seharusnya kita lakukan, slogan juga bisa untuk memotivasi kita untuk melakukan sesuatu lebih baik lagi dan slogan juga dibuat untuk dapat menganjurkan kita untuk melakukan sesuatu.
Kalau kita lihat maksud slogan banyak ditempel di tempat-tempat yang dapat terbaca, dimaksudkan agar orang dapat melihat dengan jelas dan melakukan apa yang dianjurkan dalam slogan itu. Benar, dan benar sekali lagi....., tapi kita boleh lihat kenyataan yang ada dalam masyarakat kita terhadap slogan itu sendiri. Dari orang yang pendidikannya baik sampai orang yang tidak terdidik, pastinya dapat membaca slogan itu tapi anehnya banyak yang melakukan hal yang bertentangan dengan slogan tersebut.
Banyak contoh di masyarakat kita yang mereka mengerti maksud dan tujuan slogan itu dibuat tapi mereka tetap melakukan hal yang bertentangan dengan slogan tersebut. Buang sampah pada tempatnya banyak ditulis di tempat-tempat umum, tapi kenyataannya banyak orang membuang sampah sembarangan padahal sudah jelas ada tulisan tersebut dan ada bak sampahnya, atau dilarang merokok, tapi kenyataannya tetap saja ada yang merokok bahkan di ruang beracpun tetap merokok. Dan ada lagi di sekolah-sekolah di dinding kelas ditulis tentang himbauan untuk jujur tapi kenyataan menyontek adalah pekerjaan yang dihalalkan, bahkan guru atau kepala seakolah pada ujian nasionalpun tetap membiarkan anak untuk menyontek.
Ironis bukan? Lalu untuk apa dibuat slogan kalau hanya untuk pajangan saja, hanya untuk dilihat orang kalau kita mempunyai slogan yang baik di mata masayrakat, tapi kenyataannya itu mungkin bisa hanya untuk kamuflase saja untuk menutupi bobrok kita-kita.
Semua berpulang pada kita masing-masing, maukah kita sebagai manusia berbudi luhur membuat slogan itu bukan hanya sebagai slogan saja tapi bisa menjadi bagian hidup kita sehingga slogan itu bisa untuk mengingatkan, memotivasi kita untuk melakukan apa yang tertulis di dalam slogan tersebut. Perlu kerja keras yang besar, tapi apa mungkin ya masyarakat kita bisa melihat slogan sebagai sesuatu yang harus dilaksanakan?
Mulailah dari diri kita sendiri tentunya, mudah-mudahan dengan diri sendiri ini bisa menjadi contoh buat orang lain untuk melakukan hal yang sama. Nah, kalau dah begitu slogan nantinya bukan hanya sebuah slogan tapi bisa sebagai motivasi , mengingatkankita untuk melakukan apa yang tertulis dalam slogan tersebut.

;;