Selasa, 22 Juli 2014

Siluet Merah






Mesjid Merah disebut demikian karena tersusun dari bata merah yang didirikan tahun 1480 oleh Syarif Abdurrahman. Dibuat dari bata merah  melambangkan keberanian dari Syarif Abdurrahman untuk mengambil keputusan. Pengaruh Cina terlihat jelas pada keramik-keramik yang ditempel di dinding mesjid.Langit-langit mesjid ditopang oleh lebih dari 5 pasang tiang kayu. Mihrabnya dihiasi dengan keramik yang indah dengan lengkung mihrabnya berbentuk Padaruksa. Dulunya digunakan untuk berbagi ilmu anatara Wali Songo dengan Syarif Abdurrahman.Uniknya di mesjid ini tidak ada mimbar karena hanya digunakan untuk solat sehari-hari tidak untuk sholat ibadah jumat atau hari raya. Siluet merah yang tersembunyi di sudut kota  Cirebon.
 



Selasa, 15 Juli 2014

Merajut Asa Bersama Bocil







Entah mengapa, setelah usiaku senja dan anak-anak sudah beranjak dewasa, ada dalam hati kecilku, keinganan untuk lebih banyak berbagi buat orang terutama buat anak-anak dan remaja. Tapi aku sendiri masih bingung , harus dimulai darimana, dimana , apa yang bisa aku berikan . Banyak sekali tanya di hati yang kadang sering menggelitik dengan tanya-tanya kecil yang semakin hari semakin ingin kujawab. Di sisi lain aku seperti ada dilema yang kadang aku sendiri sulit untuk memutuskannya.Aku mengajar di sebuah sekolah menengah atas juga bukan untuk mencari  uang tapi untuk bisa berbagi buat para remaja sekarang agar mereka punya karakter yang mumpuni bukan hanya soal akedemik saja tapi mereka remaja yang beruntung karena berasal dari keluarga yang mempunyai ekonomi cukup, tapi alangkah lebih afdol jika aku lebih bisa berbagi bagi anak-anak dan remaja dari keluarga kurang yang beruntung, sehingga semangat berbaginya akan lebih terasa lagi.

            Akhirnya aku mulai mencari di kota tempat tingalku tempat-tempat dimana aku bisa berbagi , ternyata cukup banyak yang kudapat dengan visi dan misi yang hampir sama. Akhirnya dengan datang dan sering melihat kegiatan mereka, aku tertarik dengan sosok perempuan putih, tinggi dan senyum selalu menghiasi wajahnya. Sosok tersebut bernama Mbak Rini Sugiarti. Pertama kali bertemu , aku disambut dengan tak lupa mbak Rini mencium tanganku. Mbak Rini mengelola Yayasan Al Kahfi Cirebon yang memberikan suatu wadah bagi anak-anak dan remaja yang kurang beruntung untuk belajar di sana. Tempat tinggal dengan tipe rumah 36 yang kecil , mbak Rini gunakan untuk kegiatan anak-anak dan remaja. Karena tempat yang kecil, sehingga waktu belajar masih harus dibagi antara anak-anak dan remaja agar ruangan tak terlalu penuh. Untuk anak-anak kecil saja , ruangan yang kecil saja sesak ,apalagi bila anak remaja juga ikut berkumpul. Akhirnya aku memutuskan untuk mengajar ketrampilan di yayasan ini . Mengapa????

 Padahal masih banyak lembaga lainnya yang juga kompeten dalam hal yang sama tapi aku melihat sosok mbak Rinilah yang membuatku memutuskan untuk bergabung di sini. Wanita yang masih muda dan jauh dari orang tuanya, sendiri saja mengelola rumah belajarnya. Banyak kesulitan yang harus dia lalui dengan seringnya berpindah-pindah tempat karena kontrakan rumah tak bisa diperpanjang. Belum lagi tempat yang sekarang sudah tak cukup lagi dengan bertambahnya anak dan remaja yang belajar di sana. Suatu hari saat aku datang ke sana , mbak  Rini memperlihatkan sebuah rumah kontrakan baru untuk anak remaja sehingga tak perlu lagi bergabung dengan anak-anak kecil lagi. Aku sendiri bertanya , dari mana mbak Rini mendapakan uang untuk mengontrak rumah seharga itu yang cenderung tinggi karena ada di perumahan yang ada di dalam kota. Selain dari donatur tetap , mbak Rini bersama dengan anak remaja door to door untuk meminta dana sumbangan untuk kelangsungan dari rumah belajarnya.  Aku mendengar sendiri dari penuturan mbak Rini bagaimana sulitnya meminta uluran tangan dari masarakat, belum rasa lelah dan kadang sakit hati dan yang lebih menyakitkan bila dicurigai dan mendapat kata-kata yang menyakitkan hati. Mbak Rini tetap tegar dan dia harus siap untuk dicaci maki demi kelangsungan rumah belajarnya. Inilah bentuk kekaguman aku terhadap sosok mbak Rini, yang mau susah payah mencari dana untuk anak-anak bisa belajar di sana dan memberikan santunan pada mereka tiap bulannya.  Ketika aku tanyakan , selama di Cirebon sudah pergi kemana saja, kepalanya menggeleng dengan cpeat, ternyata baginya tak ada waktu untuk dirinya sendiri . Aku membayangkan wanita semuda mbak Rini biasanya nongkrong dengan teman-temannya di  kafe, memghabiskan waktu bersama tapi seluruh hidupnya dia tujukan untuk rumah belajarnya sepertinya dia mengabaikan kepentingan pribadinya . Tak banyak anak muda seperti dia, sungguh aku salut sekali dengan kesahajaan yang terpancar dari wajah cantiknya.



Hari-harinya merajut asa bersama bocah cilik dan anak remaja lainnya , begitu menyentuh hatiku, rasanya aku dibandingkan mbak Rini yang masih muda sangat jauh , padahal aku sering sekali gembar gembor ingin berbagi tapi nyatanya aku tak ada apa-apanya dibandingkan mbak Rini, .Aku percaya dari ketulusan hatinya , semua hal yang telah dilakukan mbak Rini sudah banyak berguna bagi anak-anak dan remaja di sana dan aku yakin rajutan asanya akan terus mengalir di tengah orang-orang lain yang tak peduli, sosok yang patut di contoh, muda memberikan inspirasi bagi orang lain. Terimaksih mbak Rini, semangatmu memberikan inspirasi tersendiri bagiku.....

http://emakgaoel.blogspot.com/2014/07/kontes-semangat-berbagi-blog-emak-gaoel.html






Senin, 07 Juli 2014

Gara-Gara CD



Waktu SMA aku bersekolah di sekolah katolik yang terkenal dengan kedisplinannya. Sekolah itu isinya perempuan semua, tapi sungguh seru sekali karena hampir semua temanku suka sekali jahil .Waktu itu aku dan teman-teman sedang ada di tempat retret ( kalau di muslim mungkin kaya pesantern kilat) tapi di retret ini bukan belajar agama  tapi lebih ke pembentukan karakter seperti kejujuran, rasa empati, kerjasama dan lain-lain dalam bentuk diskusi, sharing atau permainan.  Acara di sana hampir seminggu, lima hari untuk retret dan sisanya untuk study tour ke Jogja, karena tempat retretnya (aku lupa) namanya , tapi kalau naik kereta dari Bandung turun sebelum Jogja. Mau tidak mau kami harus mencuci cd dan bra kami agar bisa digunakan lagi. Pagi-pagi saat aku menjemur cd dan braku, aku melihat pak A guru fisika juga sedang menjemur cdnya.
            “Lihat tuh pak A lagi jemur,” seru temanku. Salah satu temanku mengajak pada saat coffee break jam sembilan untuk mengambil cd pak A dan menjemurnya lagi diantara cd kita-kita. Semua mengangguk setuju, termasuk aku, sudah dalam bayanganku pak A pasti kaget cdnya ada diantara cd murid-muridnya yang cewek semua yang bandel-bandel.. Akhirnya tibalah saatnya, aku dan empat temanku keluar ke halaman bukan ke ruangan makan. Kami celingukan sebentar sebelum mengambil cd pak A. Setelah mengambil aku mulai membalikan badanku tapi terdengar suara pak A.
            “Aduh, cd bapak mau kalian apakan ya?” tanyanya. Aku menoleh temanku yang juga terkejut, ternyata bapak A itu sudah memperhatikan kegelisahan kami, jadi dia mengamati terus tingkah kami. Aku membalikkan badanku dan menghadap pak A yang tampak senyum-senyum simpul. Aku dan teman-temanku  tertunduk malu.
            “Mau aku jemur di sana pak,” ujarku dan sementara temanku menepuk jidatku dengan bogemmnya. Aku perlahan menuju ruangan makan ternyata minuman dan makananya sudah habis, aku gigit jari!!!!.
            “Kalian kembali ke ruangan ,kali ini kalian tak dapat makan dan minum,” tegurnya sambil senyum-senyum dan mengedipkan mata padaku dan teman-temanku.
            “Boleh diambil lagi kok, asal jangan disimpan!” teriaknya. Hii, hii, hii malunya.




Peristiwa kedua di tempat yang sama dan juga masih berkaitan dengan cd dan bra. Kebetulan hari itu yang memberikan materi seorang Romo ( seperti ustad dalam muslim), dan ampun romonya ganteng banget.  Malam hari jam 10 malam saat bel berbunyi tanda anak-anak harus tidur dan lampu harus dimatikan. Teman-temanku masuk ke kamarku karena kamarku bersebelahan dengan kamarnya romo. Setelah merasa aman, lampu aku nyalakan dan aku melihat keluar kalau kamar romo masih terang.  Aku dan teman-temanku lucu-lucuan dengan menggunakan bra di atas baju tidur dan memasang cd di kepala. Tiba-tiba salah satu teman nyeletuk.
            “Berani gak masuk kamar romo pakai seperti ini?” tanyanya.
            “Berani,” aku setuju dan yang lainpun mengangggukan kepalanya. Jadi berlima , aku dan teman-temanku membuka pintu kamar romo, tapi tak tampak romo. Setelah semua masuk, aku celingukan , kok romonya gak ada. Saat aku membalikan badan ternyata romo bersembunyi di balik pintu sehingga tak terlihat dan romo sedang tersenyum manis, aku ternganga malu sendiri karena rencananya mau bikin romo malu malah aku dan teman-temanku sendiri yang malu!!!!!  Benar-benar malu gara-gara cd dan bra!!!




Kamis, 03 Juli 2014



Aku bangga dilahirkan di negaraku tercinta Indonesia. Betapa tidak hampir dari ribuan pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke kita mampu melihat pemandangan yang indah dari bentang alamnya dan boleh kita tahu kekayaan alam yang berlimpah. Sungguh kaya alam negara Indonesia. Tak kalah lagi begitu banyak seni yang berakar dari budaya setempat yang beraneka ragamnya dan bermuara pada adat istiadat setempat. Kurang apa lagi negara Indonesia???? Termasuk seni tarinya yang begitu indah dengan lentikan jemarinya dan pakaian yang mempesona merupakan daya tarik yang memikat orang luar untuk datang dan belajar.  Kini aku menyadari seni tari itu merupakan aset kekayaan budaya yang perlu dipertahankan oleh negara kita. Begitu banyak aset tarian mulai dari barat sampai ke timur Indonesia. Adakah generasi muda sekarang yang bangga dengan tarian yang mereka miliki???? Kadang banyak yang menyepelekan karena seni tari ini  dianggap sudah ketinggalan jaman dan tak sesuai lagi dengan jaman sekarang yang lebih banyak didominaasi dengan tarian rap, salsa, break dance dan sebangsanya yang lebih memikat kaum muda . Sungguh ironis dengan begitu kuatnya bangsa asing yang ingin mengakui seni kita sebagai miliknya dan banyak yang belajar tarian kita, di sisi lain negara kita seakan cuek terhadap seni budaya negara sendiri.

Aku sendiri dilahirkan di keluarga yang suka dengan seni tari. Ibuku sudah memasukkan aku ke sanggar tari . Karena ibuku orang Jawa, makanya aku diajarkan untuk bisa menarikan tarian Jawa . Dari sinilah kecintaanku terhadap seni budaya tumbuh dalam dadaku. Mungkin aku bukan penari yang terkenal dan bisa melanglang buana ke luar negri untuk mempromosikan seni tari Indonesia, tapi aku mampu memberikan contoh buat teman-temanku untuk menghargai dan mencintai budaya sendiri. Apalagi saat manggung selalu diiringi dengan gamelan dimana salah satu pemain gamelannya adalah ibuku sendiri. Bahkan aku sering manggung untuk pementasan sendratari kolosal di kota Bandung.  Setiap ada pertunjukkan tari selama aku sempat aku selalu melihatnya.   Semua aku lakoni sampai selesai kuliah.

Kini setelah aku tinggal di kota Cirebon, aku juga tertarik dengan seni dan budaya di kota Cirebon .Budaya kota Cirebon banyak terpengaruhi negara Tiongkok karena Sultan Gunung Jati menikahi putri Tiongkok yang menjadi mualaf.  Tari topeng tari yang begitu terkenal di kota Cirebon dengan banyak filosofi yang terkandung dalam tariannya.  Aku juga mulai mempelajari tari topeng ini dan anak perempuanku juga kuajak ikut serta.  Dan selama aku belajar aku mengamati yang belajar di sana adalah anak-anak kecil dan jarang sekali anak remaja. Menurut pelatih tari di sana, memang ketika mereka kecil mereka senang-senang saja berlatih tari di sanggar ini tapi setelah remaja ,mereka lebih tertarik pada tarian modern dari pada yang tradisional.  Walau aku di sanggar tari itu paling tua sendiri tapi tak membuatku malu , tapi aku ingin menunjukkan kalau aku yang sudah berumur masih ingin belajar seni tari tradisonal  dan agar mereka juga termotivasi untuk lebih bersemangat berlatih. Anakku yang perempuan sudah menguasai 5 jenis tari topeng Cirebonan dan sering tampil di panggung ke panggung di kota Cirebon , dan aku selalu menemaninya dengan setia. 



 
Tari Topeng Samba menggambarkan keceriaan anak yang masih mempunyai sifat kanak-kanak dan polos
(Waktu anak perempuanku mau tampil di suatu acara TV lokal)
 

Tari Topeng Tumenggung menggambarkan manusia yang dewasa dan sudah mendapatkan pengalaman hidup sehingga lebih arif dalam segala hal

(Ini waktu anak perempuanku tampil di acara sekolahnya)




Aku bangga dengan seni dan budaya Indonesia .Walau aku belum punya kontribusi yang besar untuk kemajuan seni dan budaya Indonesia, tapi paling tidak aku bisa menjadi penyemangat bagi kaum muda untuk mencintai kesenian tradisional. Kegiatan menariku tetap aku lakukan walau hanya menari di sanggar dan sekali-kali menari di acara kantor atau instansi saja.  Dan banyak manfaat yang  bisa aku petik dari menari yaitu rasa cinta yang luar biasa terhadap tanah kelahiranku Indonesia, membuat tubuh sehat dan menghaluskan jiwa, karena menari juga bisa menjadi terapi jiwa yang ampuh.  Jadi mau tunggu apa lagi, cintailah seni budaya negara sendiri, kapan lagi kalau bukan kita sendiri???? Lentikan jemari kita untuk Indonesia!!!!!!!



                             ArtikelIni Dikutsertakan Pada Kontes Unggulan Aku dan Indonesia

;;