Minggu, 25 Januari 2015
Waktu
berkunjung ke Bukittingi yang pertama ada di benak saya , ya jam Gadang ini. Dari
kota Padang saya menuju ke Bukittinggi. Jam Gadang sudah menjadi ikon kota
Bukittinggi dan letaknya juga ada di
jantung kota di sebuah taman seluas 100 meter persegi. Tamannya dikenal dengan
taman Sabai Nan Aluih. Di taman itu
banyak pepohonan yang besar ,rindag dan membuat suasana menjadi adem. Selain
itu tamannya dilengkapi dengan kursi-kusri beton untuk bersantai. Saat sampai di sana, saya terpaku berdiri agak
jauh memandang jam Gadang. Akhirnya saya bisa berdiri dekat jam gadang yang
tadinya hanya saya lihat dari gambar atau dulu belajar saat sekolah dasar.
Jam
gadang artinya jam besar. Wah , itu gak dipungkiri lagi , memang besar sekali.
Tingginya mencapai 26 meter dan bulatan jamnya mempunyai diameter 80 cm . Latar
belakang jamnya berwarna putih dan jarum jamnya berwarna hitam .Uniknya angka
ditulis dengan angka romawi. Tapi yang lebih
unik lagi di angka 4, seharusnya angka romawinya IV tapi di jam tersebut
ditulis IIII..Menurut cerita jam gadang ini dibagun tahun 1826 sebagai hadiah
dari ratu Belanda ke sekretaris kota Bukittinggi yang waktu itu bernama Rook Maker.
Arsiteknya bernama Yazin dan Sutan Gigi Ameh. Perlu berbangga hati karena mesin
jam Gadang ini hanya terdapat dua di dunia, satu di Bukittinggi satu lagi ada
di Inggris ,BigBen. Mesinnya dijalani manual dan diberi nama Brixlion. Jam Gadang
mengalami perubahan pada atapnya. Saat pertama kali dibangun pada jaman Belanda
berbentuk bulat dengan patung ayam jantan. Kemudian di rubah saat masa
penjajahan Jepang menjadi berbentuk atap kelenteng. Akhirnya setelah merdeka
atapnya diubah menjadi bergonjong empat layaknya atap rumah Minangkabau dan
bermotif pucuk rebung.
Di
kawasan taman ini juga tersedia bendi yang bisa digunakan untuk berkeliling
kota. Di dekatnya terdapat Pasar Atas yang merupakan pusat perdaganagn di kota
Bukittinggi dan di sekeliling taman ini banyak terdapat penginapan . Kalau
melihat kota Bukittinggi dengan udara yang dingin , mengingatkan saya pada
Lembang yang tak jauh dari kota Bandung. Berjalan-jalan sepanjang taman dengan
udara yang adem dengan pohon yang rindang memberikan sensasi tersendiri.
Apalagi di sana banyak dijual panganan yang pertama kali saya baru mencobanya.
Karupuak mie kuah sate . Kerupuk ubi yang sudah digoreng di atasnya diberi mie
yang ditaruh saus sate di bagian atas mienya. Rasanya cukup lumayan di lidah
saya. Menurut supir yang mengantarkan saya, paling indah jam Gadang dilihat
saat senja menjelang malam. Berhubung waktu yang tak lama sehingga tak memungkinkan
untuk melihat jam Gadang pada senja hari.. Sebelum meninggalkan taman itu ,
saya menatap kembali jam Gadang dari kejauhan. Tampak gagah berdiri, sayangnya tidak diperkenankan masuk ke bagian atas jam Gadang.
Label: jalan-jalan
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
27 komentar:
penasaran banget sama jam gadang,semoga bsa sampai sana,bisa lihat langsung hehe
Unik...kenapa bukan IV tapi IIII??? Jadi ikutan mikir :D
ayuk mak Zwan, sambil lihat jembatan siti nurbayanya
nah, itu mak Kania, banyak yang masih mempelajarinya, apakah memang sengaja atau ada kesalahan,tapi di eropa juga ada beberapa jam seperti jam gadang yang angka romawai 4nya ditulis IIII
jam Gadang memang cantik ya mak, aku juga pengen banget kesana
mak aku boleh naik lho, kalau mengaku turis dari jauh hihi.
Sudah pernah ke sana tapi tahun 2000, Mak. Udah lupa lagi, samar-samar dalam ingatan. Dulu belom seindah yang sekarang ini deh kayaknya.
Waaa....enak Mak....pas sepi....
Biasanya diriku mampir situ pas liburan...ampuuunnn ramenya....
:-D
Baru kemarin Lebaran kesana. Udah 2 kali dan masih pengen lagiiii...
Woww, kampuang halaman Ku
Kangen
ranah minang itu indah kan mak....kalau mak dari padang ke bukittinggi pasti lewat jalan depan rumah saya :) kangen ke bukittinggi lagi...klu jalan disana ga bakal capek..cukup jalan kaki keliling karena udaranya segar dan adem :)
Saya pernah bertugas di Sumatera Barat selama satu tahun ... 1990 - 1991 ...
Bukit tinggi adalah salah satu kota favorit saya ... kotanya kecil tapi asik ... Sudah lama saya tidak pernah ke sana lagi ...
melihat reportase perjalanan ini ... saya jadi pingin ke sana lagi ... sekalian nostalgia ...
salam saya Mamah Tira
ayo mak Muna, kota Bukittingi itu indah dan asri
masa sih mak Ida, waktu itu ada tulisan dilarang naik. Wah tau gitu ngerayu ya untuk bisa naik ke atas
mungkin sudah banyak yang dikembangakn agar wisata ini tambah menarik apalagi sekarang PKL dialrang ebrjualan di sekitar jam gadang, mak Isnuansa
bisa jadi ya mak Putri Madona, saat itu sepi jadi mau foto leluasa banget
wah, sudah dua kali mbak Violetya, asik banget. Aku sih amsih pingin ngubek2 Bukittinggi masih banyak yg belum dilihat
wah mbak Rizka kampung halamannya indah
betul mbak Ina, indah. Waktu dari Padang ke BUkittinggi melewati lembah anai, duh asri dan indahnya. begitu juag dari Bukittinggi ke Pagaruyung, alamnya dengan gunung2 yang menjulang...
wah mas Her juga pernah di Bukittingi, memang asik, saya terbiasa dengan kebisingan kota , saat disana langsung kerasaan, karean suasananya yg nyaman
Waaah mirip Lembang ya ternyata.. hihihi
jadi ingin ke sana juga... loncat ke pulau sumatera
salam hangat dari Bandung, :)
big ben nya indonesia
ayo mbak gulungpita, loncat yg tinggi biar nyampe sumatera
beul mas Imam, big bennya Indonesia, hebat ya
Benar Mbak, kalau saya ada kesempatan ke Padang, ingin banget berkunjung melihat jam gadang ini...
Salam,
mudah2an tercapai bisa berkunjung ke sana
Posting Komentar