Minggu, 05 Maret 2023
Beberapa kali mengunjungi kawasan kota tua selalu takjub dengan gedung-gedung tua. Arsitektur khas Belanda dan Indonesia menyatu dalam gambaran gedung-gedung tua di sana. Pintu dan jendela yang lebar selalu menjadi ciri khas bangunan tua. Tapi ternyata ada satu yang terlewatkan yaitu jembatan merah . Ya, mungkin saat berkeliling di kawasan kota tua tidak sampai ke arah sana. Saat menginap di Mercuri Batavia dari kamar terlihat jembatan merahnya. Nah, mungkin dari kawasan kota tua letaknya ada di bagian belakang sehingga waktu itu tak sampai ditelusuri. Nah, berhubung tampak dari kamar paginya datang ke sana untuk melihat jembatan merah ini.
Jembatan merah pada jamannya bernama Englese Brug adalah jembatan yang menghubungkan sungai kanal di Jakarta dan saat itu menjadi pusat perekonomian Jakarta. Jembatan ini terdiri dari dua beton baja yang bersambungan sehingga bisa dibuka dan ditutup. Dulu saat sungai di Jakarta masih bersih menjadi pusat perdagangan lewat sungai yang ada di sana. Apakah sekarang jembatan ini masih bisa dibuka ditutup? Ternyata tidak, saat diuji cobakan tahun 2007 ada kendala pada betonnya yang sudah dimakan usia. Tahun 2008 jembatan ini dibuka untuk wisata. Banyak wisatawan yang datang melihat jembatan tua ini. Juga banyak dipakai spot foto ala-ala atau untuk pre wedding. Pada maalm hari ada lampu-lampu. Dan warna lampu yang dipasang di jembatan sehingga akan tampak lebih indah. Dan jembatan menjadi warna coklat karena efek dari lampu-lampunya.
Jembatan ini dikelilingi pagar besi yang memiliki pintu dengan sedikit taman dan tempat duduk. Panjang jembatan 30 meter dengan lebar 4,43 meter. Dibangun tahun 1628 oleh Belanda. Sayangnya sungai yang berada di bawah jembatan sangat keruh. Katanya sih datang malam hari jembatan ini cantik saat malam hari karena keruhnya tak terlihat karena sorot dari cahaya lampu yang banyak. Jembatan ini dijadikan cagar budaya yang dilestarikan. Ternyata jembatan ini sudah banyak berganti nama. Saat dibangun diberi nama dengan De Honder Pasar Brug yang artinya pasar ayam karena memang letaknya dekat dengan pasar ayam. Tahun 1655 diperbaiki lagi oleh Belanda dan diganti dengan nama HetMiddlepuntBrug atau jembatan pusat. Jembatan ini menjadi saksi bisu sejarah kelam karena di sini terjadi pembantaian etnis Tionghoa oleh Belanda. Akibatnya sungai di bawah jembatan ini disebut dengan sungai bangke atau angke. Tahun 1937 dipugar oleh dinas purbakala Belanda. Bentuk dan gaya tak berubah tapi namanya ganti menjadi OphaalBrug Juliana.Setelah kemerdekaan diganti menjadi jembatan kota Intan. Trahun 2000 dipugar oleh pemerintah provinsi Jakarta.
Ternyata jembatan ini melekat cerita sejarah yang memberikan wawasan tersendiri .Jembatan tua ini dari kejauahn terlihat eksotis , berdiri tegak, kokoh. Jalan yang ada di jembatan ini terbuat dari bahan yng masih kuat . Besi-besi yang menyanggah jembatan juga tampak kokoh. Jembatan dulu yang kuat di jamannya, sekarang masih terlihat kokoh dan menjadi saksi sejarah perkembangan kota Jakarta. Tak ada salahnya datang ke sini sambil membayangkan peristiwa yang terjadi saat pembangunan jembatan ini.
Label: jalan-jalan
9 komentar:
Saya juga baru sekali kesana bu... karena sering direnovasi jembatan merah jadi terlihat kokoh. padahal sudah ada sejak zaman belanda, bahkan menyimpan ribuan cerita dari masa ke masa.😀😀
Baru tahu, unik juga jembatan tertua ini, desainnya kuno tapi klasik. Terlihat kokoh juga, jadi penasaran apalagi di kota tua bisa sekalian ini mah liburannya Terima kasih informasinya!
Oh begitu ya, kalau aku beberapa kali ke sana belum tahu, baru tahu ya sekarang
Iya, membayangkan dulu bisa dibuka dan ditutup
Iya, waktu malam aku lihat dari kamar hotel cantik
wow.... sudah ratusan tahun usianya..... mantap....
thank you for sharing wonderful story
Sudah bagkotan tapi tetap gagah
jadi penasaran dengan jembatan ini
Silahkan berkunjung
Posting Komentar