Sabtu, 13 Juni 2020

Sekolah Lagi


Gambar dari sini

Sudah hampir 3 bulan lebih wabah corona berlangsung dan masih belum terlihat hasil memuaskan. Dan memang akhirnya kita harus berdamai dengan virus corona ini. Bukan kita pasrah , memang kenyataan yang kita hadapi seperti ini. Bagi anak-anak selama pandemi ini semua diliburkan dan belajar di rumah. Ternyata belajar dari rumah tidak segampang yang dibicarakan, banyak kendala yang dihadapi baik siswa maupun orangtua. Dan bahkan gurupun banyak yang belum bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi saat anak-anak harus belajar di rumah. Lalu efektikah saat anak-anak belajar di rumah. Hal ini bisa dilihat dari sudut anak , orangtua dan guru, lingkungan Keempat faktor ini sangat berpengaruh efektif atau tidaknya belajar dari rumah.

1 Dari sisi anak. Anak memiliki fasilitas lengkap . internet yang bagus, ponsel dan laptop untuk belajar dari rumah. Nah, dengan fasilitas ini anak-anak memungkinkan untuk belajar dengan baik, karena semua sarana tersedia.Bagaimana dengan anak-anak yang tak memiliki fasilitas bahkan untuk beli kuota saja orangtuanya harus mencari tambahan uang.
2. Orangtua . Pendidikan orangtua juga sangat berpengaruh terhadap kelancaran anak belajar. Dengan pendidikan orangtua yang bagus bisa mendampingi anak-anak untuk belajar dengan baik. Membantu anak-anak untuk berdisiplin dalam hal belajar. Nah, tentunya kendala bagi ibu-ibu yang bekerja di luar rumah. Bagaimana bisa mendampingi anak-anak bisa belajar. Mau tak mau belajar akan dialihkan saat ibunya pulang kerja. Atau anak mengerjakan yang bisa dulu baru nanti yang tak bisa menunggu ibunya pulang kerja.Bagaimana dengan orangtua yang pendidikannya kurang, yang gak bisa membantu anaknya belajar.Bagaimana dengan anak yang hidup dengan neneknya atau saudaranya.
3. Guru. Beberapa yang saya amati, kebanyakan guru hanya memberikan banyak tugas yang membuat anak dan orangtua kewalahan dengan tugas tersebut. Apalagi kalau tugas itu menyangkut materi yang belum diajarkan saat di sekolah. Beberapa sekolah yang bagus dan gurunya memang mau beradaptasi mereka bukan hanya sekedar memberi tugas saja tapi membuat vidio pembelajaran, yang berisi materi yang diterangkan dengan contoh-contoh soalnya, baru ada tugas yang diberikan.
4. Lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh sekali. Bagaimana dengan anak-anak yang berada di lingkungan padat penduduk, anak-anak di desa, anak-anak di perkampungan pinggir kota. Dimana mereka gak punya tempat yang nyaman untuk belajar karena rumahnya kecil, berdempetan. Belum lagi banyak anak-anak akhirnya lebih banyak bermain karena lingkungan gak memungkinkan mereka untuk belajar. Di desa-desa dimana sarana belajar gak ada , mereka lebih suka bermain di alam dengan bebas.

Jadi efektif atau tidaknya belajar dari rumah bisa dinilai sendiri dari keempat faktor tersebut. Saya punya komunitas anak di desa nanggela, selama pandemi ini tetap melakukan belajar tapi saya memberikan vidio-vido pembelajaran kreatif dan mereka menyetorkan tugas. Dari 30 anak yangsetor hanya 15 anak. Kendala yang dihadapi adalah banyak yang gak punya ponsel, kalau punya minim kuota dan lingkungan dan pendidikan orangtua yang kurang. Ternyata gak semua anak-anak bisa belajar dengan baik di rumah. Bahkan banyak sekolah yang anak-anaknya memang gak punya ponsel, menyuruh anak-anak datang ke sekolah untuk mengambil tugas. Kalau tugasnya diketik dan difotocopi lebih enak ya. Tapi ada yang ambil tugas yang harus menulis dulu dari papan tulis. Dikerjakan dari rumah nanti dikumpulkan lagi ke sekolah. Lah, ini sama saja seperti sekolah biasa dong.

Makanya dengan adanya new normal apakah mungkin sekolah dibuka kembali? Dan perlu diingat hak anak adalah bisa mendapatkan pendidikan dengan baik. Padahal gak semua anak bisa mendapatkan belajar dengan baik saat di rumah saja. Makanya new normal sekolah adalah mungkin untuk dibuka kembali agar setiap anak punya hak belajar yang sama. Kadang suka sedih saja, melihat anak-anak yang gak bisa belajar karena sarananya kurang, sedih masih lihat anak-anak gak belajar tapi berkeliaran di luar. Orangtua yang anaknya gak punya sarana belajar yang memadai malah menginginkan anaknya belajar kembali karena kalau tidak seharian bisa bermain terus dengan teman-teman yang lainnya. Belum saya menemukan ibu penjual kerupuk menangis saat saya kasih uang lebih , karena uangnya bisa beli kuota buat anaknya yang mau ujian besok. Dan itu bukan satu atau dua orang tapi cukup banyak yang kesulitan membeli kuota internet.

Nah, bagaiaman bagi orangtua juga yang bimbang saat new normal ini, menurut aku solusinya ada tiga
1 Homeschooling. Bagi orangtua yang mampu mengajarkan anak-anaknya sendiri bisa melakukan homeschooling sesuai kurikulum sekolah
2 Semi homeschooling. Bekerja sama dengan sekolah. Sekolah memberikan vidio pemelajaran dan tugas ke anak untuk dipelajari dan dikerjakan. Sementara anak-anak yang lain sekolah. Materi yang di rumah dan di sekolah sama. Dengan demikian yang sekolah tak terlalu banyak.
3. Sekolah dengan protokol kesehatan ketat. Jumlah siswa sudah berkurang karena ada yang homeschooling dan yang semi homeschooling.Mungkin agar tak banyak anak dalam satu kelas mungkin bisa dilakukan shift2an. Sehingga satu kelas hanya berisi 15-20 orang. Kalau sudah ada anak yang homeschooling atau semi tentunya yang ke sekolah tinggal sedikit. Dan protokol kesehatan harus dijalani seperti cuci tangan , jaga jarak,pakai masker. Mungkin jam belajar dikurangi hanya 4 jam dulu saja dan tak ada istirahat sehingga meminimalisir anak-anak berkerumun. 

Bagi saya ini sangat adil, sehingga anak-anak yang gak punya akses belajar , tetap bisa belajar denagn protokol kesehatan ketat. Aku suka sedih lihat anak-anak yang terkendala dengan fasilitas dan sarana.Akhirnya mereka malah sibuk bermain.Lah di kemarin-kemarin banyak yang ambil tugas ke sekolah dan duduk di kelas bersama-sama , malah membahayakan. Tapi dengan new normal dengan protokol kesehatan jelas akan lebih nyaman bagi anak maupun guru. Bisa? Ya harus bisa. Anak-anak bisa diajarkan untuk disiplin dan guru harus bisa tegas pada anak-anak didiknya.  Semoga harapan saya agar anak-anak yang gak punya akses belajar bisa sekolah kembali secepatnya agar mereka tidak tertinggal dalam belajarnya. 

Tulisan ini bukan untuk diperdebatkan antara orang-orang yang setuju sekolah dan tak setuju sekolah. Tapi hanya memberikan fakta bahwa gak semua anak bisa belajar dengan baik saat pandemi karena banyak faktor di atas. Padahal pendidikan adalah hak setiap anak tanpa kecuali.

18 komentar:

Kornelius Ginting mengatakan...

Dilema memang saat ini kak... karena kita dipaksa mengikuti keadaan (pandemi) tanpa ada persiapan dahulu dan kita jadinya beda beda penerapannya... ada yang siap ada yg belum ada yang belajar cepat tapi banyak juga yang masih gagap..

Kita doakan semoga pandemi segera berakhir ya kak

Tira Soekardi mengatakan...

betul mas kornelius , saat sebagian anak gak bisa belajar dg baik itu ngenes banget

Anonim mengatakan...

Kalau anak sakit lebih sedih lagi Bu. Nggak bisa ngapa2in selain merasakan sakit. Harusnya ini juga bisa dijadikan pertimbangan

Tira Soekardi mengatakan...

anonim, kan sudah saya tulis di atas yg takut ya bisa home schooling atau semi homeschooling. spt di bebeapa daerah di kab di daerah saya, anak2 datang ke sekolah ambil tugas dan nulis tugas di sekolah lalu pulang, dua hari lagi ngumpulin tugas sambil nulis tugas lagi, malah bahaya kan gak ada protokol kesehatan banget, tp dg new normal malah anak2 diajarkan agar mau jaga jarak, pakai masker , cuci tangan.

Astria tri anjani mengatakan...

Bingung juga ya mbk, kasihan juga sama anak-anak yang nggak punya fasilitas untuk belajar dari rumah. Mungkin banyak juga orangtua yang susah buat cari makan ditambah harus beli kuota internet. Apalagi yang rumahnya ada di pelososk dimana nyari sinyal aja susah.

Berdoa aja, semoga pandemi ini bisa segera diatasi.

Tira Soekardi mengatakan...

betul mbak astria, di desa saya punya komunitas, anak2 datang ke sekolah, nulis tugas, pulang, nanti gitu seterusnya. lah ini jadi spt sekolah biasa dong. maalh bahaya

Anonim mengatakan...

masih ada kesenjangan yg sangat besar ya, solusi yang ditawarakan mamah tira menurut saya bagus, win-win solution buat semuanya..

-traveler paruh waktu

Tira Soekardi mengatakan...

betul mas bara, solusi itu adil bagi semua anak

Bengkulu Training School mengatakan...

Saya juga menulis tentang tema Memaksimalkan masa pandemi dengan judul "Pendidik tetap produktive, meskipun masa #DirumahAja# di blog bengkulutrainingschool.blogspot.com.

Di sana saya melihat dari sisi siswa dan pendidik. Saya angkat pendidik karena semua elemen yg terlibat dalam pembelajaran kita sebutb pendidik. Ada beberapa hal yg menjadi konses saya, yaitu dari responsive siswa/ mahasiswa. Tidak semua memang, namun hal ini angka nya juga tinggi, oleh sebab itu saya lebih menyebutkan peserta didik unresponsive. Untuk lebih jelasnya silakan kunjungi bengkulutrainingschool.blogspot.com dan jangan lupa klik ikuti/follow pada pojok kiri bagian bawah..terimakasih

Jingga Satria mengatakan...

Semoga anak2 kita sebagai generasi penerus bangsa bisa berada diruang sekolahnya kembali.😊 Dan Covid 19 harus segera berlalu dari negri ini Amiinn!..🙏🙏

Tira Soekardi mengatakan...

bengkulu, iya sebetulnya sy prihatin dg anak2 yg gak punya akses saja ,itu intinya, makanya ada solusi di atas

Tira Soekardi mengatakan...

satria, betul semoga anak2 yg gak punya akses juga bisa belajar kembali dg protokol kesehatan ketat

Audi mengatakan...

Bingung juga ya mba jadi orangtua kalau harus menyekolahkan anak lagi di masa pandemi ini :( kayaknya mending cari aman aja dengan homeschooling karena meskipun memakai protokol kesehatan, toh anak berkeliaran ke mana aja kan susah diawasinya

Tira Soekardi mengatakan...

iya mbaka udi, kalau memang takut memang lebih baik homseschooling. di desa saya maalh itu td ambil tugas ke sekolah dan nulis tugas malah bahaya, makanya aku bakal nyuruh mereka pakai protokol kesehatan kalau mau ke sekolah

Nurul Sufitri mengatakan...

Aku sih maunya corona benar2 sudah pergi baru deh anak2 bersekolah kembali. Ngeri juga ya takut terkena virusnya. Atau mendingan belajar online dulu nanti tahun depan masuk sekolah secara fisik deh.

kartika mengatakan...

Memang bikin galau ya soal sekolah anak2 ini. Betul pemaparan Ibu, kenyataannya masih banyak anak2 yang tidak punya fasilitas buat belajar di rumah. Semoga segera ada jalan keluar dan kesepakatan dari sekolah dan orang tua, demi terpenuhinya hak anak untuk belajar

$cocoper6 mengatakan...

Kita semua mau gak harus menyesuaikan dengan kondisi ini.

Pemerintah harus melihat ini dengan jernih, bahwa pemerataan fasilitas pendidikan saja masih PR yang tak pernah selesai, ditambah lagi pemerataan tiap keluarga.


Harapannya, sembari beradaptasi, corona ini bisa segera lepas.

Jika keadaan begini terus, mau tidak mau pilihan new normal harus jalan, sekolah juga harus jalan dengan protokol kesehatan. Karena, di sana (sekolah) pemerataannya lebih baik daripada belajar di rumah dengan fasilitas terbatas karena keluarga tak mampu.

Tira Soekardi mengatakan...

scocoper6, betul sekal, makanya aku mencoba membuka kembali komunitas anak milik saya dg protokol kesehatan. mereka tinggal di desa yang gak punya fasilitas belajar memadai, boro2 di rumah di sekolah mereka saja minim fasilitas

Posting Komentar