Selasa, 20 Mei 2014
Perjalanan ke Banjarmasin-Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat (CBS)
32 komentar Diposting oleh Tira Soekardi di 15.27
Suasana di Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat, toko-toko berderet-deret
Melanjutkan
perjalananku di kota Banjarmasin, tidak boleh lupa untuk mampir di pusat intan
di kota Martapura. Orang bilang kota Martapura adalah kota penggila
pernak-pernik dan perhiasan. Tentunya termasuk saya yang suka dengan
pernak-pernik. Jadi gak salah kalau harus mengunjungi kota Martapura. Kota Martapura sendiri adalah ibukota Kabupaten Banjar yang konon
adalah ibukota kesultanan Banjar. Hampir sebagian besar penduduknya beragama
muslim , karena bekas kesultanan Banjar, tulisan arab masih digunakan
bersama-sama dengan tulisan latin .
Di kota
Martapura terdapat Pasar Intan Cahaya Bumi Selamat, merupakan pasar penjualan
intan , tapi jangan berpikir tempat ini mewah loh, ternyata tempat ini merakyat
tidak seperti toko-toko perhiasan yang ada di mall kota-kota besar, padahal di
sini dijual batu-batu intan yang harganya mencapai harga M loh. Di sini dijual batu-batu permata baik yang
sudah diasah atau batu asli atau yang sudah dipadukan oleh emas dan perak dari
harga yang murah sampai yang selangit. Mata tak puas-puas memandang
pernak-pernik perhiasan , rasa gatel untuk membeli semua yang ada.
Di salah satu toko, terlihat sarung khas, perhiasan yang tertata rapih di etalase
Selain
pernak-pernik dan perhiasan juga dijual aneka kerajinan tangan khas Kalimanta
Selatan dan kain sasirangan . Kain sasirangan juga ada yang murah sampai harga
jutaan tergantung bahan yang digunakan.
Karena saya termasuk suka dengan kerajinan tangan saya membeli hiasan
yang terbuat dari getah karet berbentuk perahu dan mandau senjata khas
Kalimantan., dompet dari manik-manik khas orang Dayak. Nah untuk mandau dari
tokonya diberi surat keterangan agar bisa di bawa ke pesawat dan dibungkus
rapat sekali . Wah, di suatu toko saya
tertarik dengan tempat kecil terbuat
dari kayu , eh ternyata itu pasak bumi, padahal yang saya tahu pasak bumi kan
jamu yang diseduh tapi ini dalam bentuk tempat . Cara menggunakannya diisi air
panas yang mendidih dan didiamkan baru diminum. Unik jadi saya putuskan untuk
membeli tapi sampai di rumah tidak digunakan tapi buat hiasan .
Teman suami yang memamerkan cincin yang dibelinya, di belakang tampak dompet manik-manik khas Dayak, dan ada wadah coklat itu jamu Pasak Bumi
Sekitar 7 km
dari kota Martapura terdapat tempat pendulangan intan dan dilakukan secara
tradisonal dimana batu dulangan digali dari dalam tanah. Setelah digali dicuci
, disortir .Jika tak terdapat batu intannya dulangan itu akan dibuang lagi dan
mulai mendulang kembali demikian seterusnya. Konon kalau mendapatkan intan
setiap pendulang mengumandangkan shalawat nabi , kemudian mengulum intan
temuannya di dalam mulutnya. Ini sudah tradisi daerah setempat dan mereka tak
berani melanggarnya bahkan ada pantangannya yaitu tidak boleh kentut, bersiul,
bernyanyi , tertawa keras, mengibaskan pakaian atau kencing di lubang
pendulangan. Aneh juga tapi mereka benar-benar mentaati pantangan tersebut,
entah mengapa!!!!
Begitu banyak
pernak-pernik mulai dari cincin, gelang, kalung, bros, tas yang terbuat dari berlian asli, emas, batu
alam, kristal sampai dari bahan imitasi kaca dan plastik , tinggal memilih yang
sesuai dengan kantung. Sebetulnya perhiasan Martapura terkenal bukan karena
harganya lebih mring juga kualitasnya yang bagus. Biasanya punya nilai artistik
dan keindahan yang tinggi, punya orisinalitas yang tinggi karena produksinya
masih tradisional dan selain itu perpaduan batu mulianya yang mempunyai warna
mencolok dan sangat dominan kadar warnanya , itu yang menyebabkan bisa
dikombinasikan dengan berbagai pernak-pernik dan perhiasan. Itulah sebabnya
kalau ke sana, begitu banyak keraguan karena rasanya semuanya bagus-bagus. Nah,
keraguan sayapun ada yang membuat penyesalan. Cincin kecubung yang saya taksir
tapi ragu-ragu karena saya sudah membeli yang merah saphir tak jadi dibeli,
tapi sudah sampai rumah masih saja terbayang warna ungunya yang indah. Sampai
saat ini masih terbayang-bayang itu cincin kecubungnya!!!! Nah, bagi yang akan
ke Banjarmasin jangan lupa deh mampir ke pusat intan di Martapura, belanja di
sini memuaskan mata dan hati.
Label: jalan-jalan
Kamis, 15 Mei 2014
Pagi itu seperti
biasanya aku mengunjungi rumah sakit kanker Darmais. Baru setengah tahun aku
menjadi sukarelawan bersama teman-temanku yang lain untuk membantu anak-anak
penderita kanker belajar. Melihat begitu banyak anak yang menderita kanker di
usianya yang masih dini, aku patut bersyukur bahwa aku diberikan kesehatan yang
luar biasa oleh Allah. Anak-anak yang seharusnya riang bermain harus bertekuk
lutut dengan kanker yang dideritanya. Kulihat pagi itu anak-anak sudah rapi dan
ada di aula menunggu kakak-kakak yang
akan mengajar mereka.
Aku selalu tertarik dengan dua bocah
yang tampak akrab sekali, Resa dan Rasty, mereka bersahabat dan lucunya
kebetulan nama mereka huruf awalnya sama, jadi mereka selalu menuliskan di buku
mereka tulisan RR. Menurut mereka , mereka akan selalu bersahabat selamanya.
“Resa my best friend,” Rasty selalu
berkata.
“Rasty my best friend too,” Resa
menimpali, biasanya keduanya tertawa. Umur mereka tidak terpaut banyak. Resa
sepuluh tahun dan Rasty sembilan tahun. Aku tersenyum melihatnya. Mereka berdua
cepat sekali kalau diajarkan sesuatu dan Rasty sangat pintar membuat puisi.
Resa penderita leukeumia sedang Rasty kanker mata, mata kiri Rasty sudah
diambil , tapi tak membuat mereka surut dalam belajar. Aku paling suka mengajar
mereka , menurutku mereka cerdas dan punya bakat , sayangnya mereka terkendala
dengan penyakitnya. Mereka berdua saling mengasihi satu sama lainnya, kadang
aku iri terhadap kasih sayang mereka berdua,aku belum pernah merasakah dikasihi
oleh orang lain selain keluargaku.
Waktu aku kembali ke rumah sakit
lagi di lain waktu, aku tak melihat Resa di aula, dan kulihat Rasty juga agak
murung.
“Hai, Rasty, mana Resa?” aku menatap
wajah murungnya.
“Penyakitnya lagi kambuh mbak,” kulihat
Rasty sedang menulis rangkaian puisi. Aku meilhatnya, ya puisi yang berisi
kesedihan karena temannya tak ada di sisinya. Sebelum aku mulai mengajar aku
menyempatkan diri menengok Resa di kamarnya. Kulihat ibunya sedang menyuapi Resa
makan, tapi kulihat dia malas makan, aku tahu efek samping kemoterapi ya rasa
mual yang menyebabkan jadi malas makan.
“Hai Resa,” aku menyapanya dan duduk
di sisi tempat tidurnya. Resa tersenyum dengan wajah yang pucat.
“Makan sama mbak, kamu tahu Rasty murung harus belajar sendirian
tanpamu,” aku mulai menyuapi sedikit dan kulihat hampir saja dimuntahkan
kembali tapi Resa berusaha menelannya kembali.
Kusuapi lagi sejumput ke dalam mulutnya, tapi Resa mulai menggeleng
kembali.
“Mbak, aku sudah lemah sekali ,
rasanya badanku tak kuat lagi,” kulihat matanya berair , aku mengalihkan
pandanganku dari matanya, aku juga tak sanggup melihat penderitaannya.
“Mbak , mau berjanji kalau aku sudah
gak ada, tolong jaga Rasty ya,” aku terkejut saat Resa berbicara seperti itu .
Aku memandang ibunya yang mulai segugukan menangis. Aku hanya mengangguk dan
meninggalkan Resa dengan perasaan yang aku sendiri sulit kuungkapan. Kasih
sayang yang tulus dari dua insan yang sama-sama penderita kanker benar-benar
membuat hatiku pilu.
Aku baru sempat kembali tiga minggu
setelah kunjungan terakhir ke rumah sakit karena kesibukanku mengikuti ujian
akhir di kampusku. Waktu aku ke sana lagi, ada kabar yang membuatku terhenyak.
Resa sudah meninggal tiga hari setelah kunjungan terakhir aku. Aku tak membayangkan
bagaimana perasaan Rasty. Segera aku ke aula untuk menjumpai Rasty, kulihat ada
yang lain darinya. Mata kirinya sudah ada bola matanya lagi dan bisa melihat.
Aku terhipnotis sejenak. Rasty tersenyum padaku dan menyodorkan sebuah buku
padaku.
“Mbak, walau Resa sudah tak ada lagi
, tapi Resa selalu menemaniku, dia tetap my best friend,” Rasty melipat kedua
tangannya di dadanya . Rasty memandangku dengan sorot matanya yang sepertinya
masih ada yang mau dibicarakan lagi. Aku
kembali menatap matanya tanda aku tak mengerti
“Sekarang mata Resa ada di sini,”
Rasty menunjukkan mata kirinya. Ataga , jadi Resa mendonorkan matanya untuk
Rasty. Subhanaallah!!!, betapa rasa cinta mereka berdua yang tulus dan penuh
keikhlasan membuat Resa dengan beraninya memberikan matanya pada Rasty, walau
Resa sudah tiada. Cinta mereka berdua memang unik , diantara cinta-cinta yang
lain. Kubuka buku kumpulan puisi Rasty, pada halaman terakhir aku membaca
rangkaian kata yang ditulis oleh Rasty buat sahabatnya Resa.
Sahabat
Baikku
Kau terhias dari
salju yang putih seputih hatimu
Aku tak
menyangka engkau akan pergi dariku
Andai kau tahu,
aku ingin kau masih di sini bersamaku
Menganyam ilmu ,
merangkaikan kata-kata indah dalam tulisan
Sekarang ku
hanya merasakan pilu yang tercapik di hatiku
Entah aku bisa
tetap berdiri di sini tanpamu
Tapi aku senang
kau akan selalu ada di hatiku
Matamu
membantuku tuk melihat pesona alam ini
Kuurai cerita
ini agar aku selalu mengenangmu lewat matamu
Entah aku sering
merasakan saat engkau selalu mau berbagi cinta denganku
Jemariku selalu
kutautkan tuk merangkai doa-doa panjang buatmu
Sajakku puan
hanya untuk dirimu sahabat!!!1
Aku meneteskan
air mataku , lembaran kertas menjadi buram tertutup air mataku. Cinta dua insan
yang merasakan kepedihan yang sama , begitu menyentuh sanubariku. Memang benar
mereka sahabat selamanya, mata Resa akan selalu menemani Rasty selamanya!!!!!
Jumat, 09 Mei 2014
Saat
Kau Di Sisiku
Kala aku masih
bisa ada di sampingmu
Aku merasakan detak jantungmu bak dentingan piano
yang melagukan lagu cinta...
Menjamah cinta
dalam rengkuhan kalbu tak pernah berhenti
Terus
mengalir dan mengantarkanku terlelap
dalam buaian cinta
Aku tak akan
menyia-nyiakan sang waktu berlalu
Akan kuisi
dengan merengkuh kau dalam pelukan asmara
Hembusan nafasmu
mewangi menyeruak di ubun-ubun kepalaku
Saat kau dekapku
dalam kasih yang tak pernah putus
Melukis
mimipi-mimpi dalam bayang-bayang cinta
Menimang cintaku
sampai mataku terpejam
Hanya cinta yang
terangkai dalam dawai-dawai yang membunyikan sampai aku terlelap dalam tidurku
yang panjang....selalu abadi.....
Cirebon, 10 Mei 2104
Label: Lomba Blog Cimoners
Selasa, 06 Mei 2014
Malam ini
kembali sepi, hanya dinding-dinding putih yang menemaniku setiap saat setiap
detik. Putih di sekelilingku , tak ada suara , hanya tetes-tetes infus yang
terdengar, tes...tes....tes. Sudah lama aku berbaring di rumah sakit keparat
ini dengan banyak selang yang masuk dalam tubuhku. Dadaku terasa sesak , aku
kesulitan bernafas.Penderitaanku bukan sampai di sini tapi pacarku menghilang
entah kemana, dia tak pernah berkunjung lagi. Rasanya lebih sakit dari sakit
kanker paru-paruku. Tiba-tiba aku seperti melayang di udara dan aku tak
merasakan detak jantungku berdetak lagi. Aku sudah berada tepat di plafon kamar
rumah sakit dan menatap tubuhku di bawah.Kulihat perawat-perawat membantuku
dengan menggunakan alat kejut listrik , disudut lain kulihat mamakku menangis .
Melihat mamakku menangis aku sedih sekali, sekarang mamak hanya sendiri
berjuang untuk mencari uang untuk adikku bersekolah, aku mulai menyesal, andai
saja aku tak menjadi budak rokok , tentu aku tak akan menderita penyakit kanker
paru-paru. Kanker ini sudah menggerogoti paru-paruku bahkan nyawaku , semuanya
habis tak bersisa. Aku melayang-layang
tak tentu arah, dan kulihat aku sudah tak bernyawa lagi karena rokok yang sudah
mencandu di dalam tubuhku.
Aku kini telah mati, tapi aku masih
melayang-layang di udara, fisikku telah mati , tapi mengapa aku belum pergi ke
alam lain?????? Apa aku akan jadi arwah yang gentayangan seperti di film-film
horor!!!!!! Aku mulai takut dan berputar-putar tak tentu arah sampai aku
bertemu dengan pria lain . Aku kaget saat dia bisa menembus dinding rumah
sakit. Kukejar pria itu dan astaga aku juga bisa menembus dinding rumah sakit.
Pria itu menoleh , mungkin tahu kalau dia diikuti olehku.
“Mengapa kamu mengikutiku?”
tanyanya, “aku Sukri,” dia memperkenalkan dirinya.
“Aku Deny.” Aku baru tahu kalau
pekerjaan Sukri adalah menyadarkan perokok yang masih betah hidup dengan rokok,
agar mereka sadar akan bahaya rokok.
“Gimana caranya,” aku bingung , kan
sudah beda alam dengan orang-orang di bumi.
“Mudah saja, kau kan sudah tak
nampak bagi orang-orang dibumi, tapi kamu bisa kok menampakan diri pada manusia
dengan wujud saat kamu mati karena kanker paru-paru,” katanya lagi. Aku mulai
sedikit mengerti dan aku bayangkan pasti orang-orang itu akan ketakutan.
Menurut Sukri, kalau orang itu sudah ketakutan, aku harus menyuruh mereka
berhenti merokok kalau tidak mau sepertiku. Oh, begitu aku baru mengerti. Aku
ingin berbuat sesuatu buat manusia agar mereka tidak bernasib sama denganku,
mati karena kanker paru-paru. Paling tidak aku masih bisa berguna buat orang
lain. Aku akan mulai tugas muliaku, jangan ada lagi korban-korban berikutnya.
Sebelum aku memulai tugas aku
melihat prosesi pemakamanku, kulihat mamak masih terlihat sedih. Sekarang aku
menyesal, coba kalau dari dulu aku mematuhi nasihat mamak agar tidak merokok
mungkin aku masih bisa berada di dunia. Aku meihat-lihat ternyata pacarku juga
tak tampak di sana. Tapi aku tak mempedulikannya
lagi , aku harus memberhentikan orang-orang untuk tidak merokok, harus!!!!!.
Siang itu aku melihat kuli pria yang sedang beristirahat dan di mulutnya
terselip sebatang rokok dan kulihat sepagi tadi sambil bekerja tak
habis-habisnya dia menghisap rokok. Aku mulai mendekatinya dan menampakan wajah
asliku saat aku terkena kanker paru-paru. Pria itu ketakutan dan hendak berlari
tapi kupegang tangannya dan kuceritakan bagaimana aku bisa seperti sekarang.
Pria itu melongo sesaat dan aku menyuruhnya berhenti kalau tak mau sepertiku.
Waktu pria itu mengangguk, aku menghilang dari hadapannya. Aku tersenyum
puas!!!!
Media baik cetak
maupun sosial memberitakan kalau banyak perokok yang didatangi oleh hantu yang
menyuruhnya berhenti kalau tidak mau bernasib sama denganku . Sudah banyak
perokok yang berhenti karena melihat penampakanku walau masih ada yang bandel,
tapi tak mengapa. Mudah-mudahan jangan ada lagi orang-orang yang mati karena
rokok atau mau jadi hantu zombigaret yang gentayangan tak punya rumah!!!!
Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Menulis Diary Sang Zombigaret
Label: Lomba Diary sang Zombigaret
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)